PANGGILAN GURU SEKOLAH MINGGU[1]
Pdt Dr Albet Saragih, MA.,MPd.K*
I.
Pendahuluan
Sekolah Minggu adalah wadah Pendidikan
Kristen untuk memperlengkapi dan mempersiapkankan generasi gereja dalam
kebenaran Alkitab. Bagaimana wajah gereja di masa depan sangat banyak
dipengaruhi oleh keseriusan gereja memperlengkapi Sekolah Minggu di masa kini .
Gereja yang tidak memberikan perhatian sepenuh hati bagi peningkatan kualitas
pelayanan dan pembelajaran Sekolah Minggu, maka jangan berharap banyak dalam
kemajuan gereja. Stagnan atau malah kemunduran akan menimpa gereja.
Di tengah perkembangan zaman sekarang ini,
pertumbuhan ekonomi mengglobal, iptek
yang semakin canggih, membawa perubahan di segala aspek kehidupan. Berbarengan
dengan itu, sekularisasi, konsumerisme, materialisme, individualisme,
rasionalisme, serta ateisme semakin tumbuh kembang di kalangan masyarakat kita.
Sekolah Minggu kita harus tumbuh di tengah serbuan segala produk modernisasi
ini. Perubahan-perubahan yang membentuk keluarga mempunyai pengaruh pada
anak-anak kita. Sebagaimana data dari masyarakat Amerika[2]
, perubahan itu antara lain :
1.
60
% dari pernikahan-pernikahan pertama sekarang cenderung berakhir dengan
perpisahan atau perceraian
2.
Hampir
25% dari anak-anak sekarang hidup dalam keluarga dengan orangtua tunggal,
dibanding dengan 9% pada tahun 1960
3.
Hanya
sekitar separoh dari anak-anak dari keluarga-keluarga orangtua tunggal yang
kemudian tinggal dalam keluarga dengan dua orangtua menikah lagi
4.
Hanya
40-50% dari anak-anak yang akan tumbuh dalam keluarga tradisional dengan dua
orangtua
5.
56%
dari anak-anak berusia di bawah 6 tahun dalam keluarga-kelurga yang orangtuanya
masih menikah yang mempunyai ibu bekerja di luar rumah. Hal ini dibandingkan
dengan 19% pada tahun 1960
6.
4%
dari anak-anak dari TK-kelas 3 SD kadang-kadang atau secara tetap ditinggalkan
sendirian untuk memelihara dirinya sendiri
Data ini tidak persis sama dengan apa yang kita alami
di Indonesia. Akan tetapi secara kasat mata bisa dilihat potensi-potensi ke
arah perubahan itu sudah semakin nyata terlihat dalam masyarakat kita.
Michael J. Anthony[3]
menyatakan , karakteristik abad ke-21 ini adalah terus meningkatnya komunikasi,
pasar internasional yang pesat, ekonomi global, pasar bebas, dan relasi yang
multinasional. Semua hal baru ini telah membawa dampak yang mendalam dalam
kehidupan generasi sekarang. Dalam konteks Amerika, ada tiga paham filosofis multikulturalisme, naturalisme, dan
relativisme yang telah menggerus sistem hukum moral dan etika bangsa
Amerika dan juga sistem pendidikan di sekolah negeri. Dikatakan lebih lanjut
bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi oleh pendidikan Kristen pada abad ke-21
ini adalah menghadapi serangan dari semua paham filosofis humanistik sekuler
pada satu sisi, dan pada sisi lain mendidik orang Kristen dengan kebenaran
mutlak yang hanya terdapat di dalam Alkitab. Tantangan yang lebih luas
datangnya dari kalangan masyarakat masa kini yang semakin lama semakin sekuler
dalam sistem nilai dan kehidupannya.
II.
Panggilan Suci
Menjadi
Guru Sekolah Minggu (GSM) adalah panggilan suci. Sama seperti jabatan pelayanan
lainnya seperti pendeta, evangelis/ guru Injil, penatua, diaken adalah suatu
panggilan suci untuk memenangkan jiwa bagi Kristus. Dikatakan panggilan suci
karena hanya orang-orang yang diurapi Tuhan yang dapat menunai tugas itu. Tidak
boleh sembarang orang menjadi pengajar atau pembimbing pada pelayanan
anak-anak. Karena kalau salah dalam memulai maka akhirnya juga tidak baik.
Menjadi GSM bukan hanya siapa yang rela, atau yang punya waktu untuk anak-anak.
Tapi siapa yang sedia membagi hidupnya, imannya dan kasihnya, keterampilan kepada anak-anak. Sebagaimana seorang gembala
menuntun, memberi makan dan minum serta merawat dengan sepenuh hati
domba-dombanya, demikian gambaran panggilan tugas dari para GSM. Karena itu menjadi GSM memiliki kedudukan
strategis dalam pendidikan
Kristen sebab dia menyiapkan generasi gereja. Dan dalam prosesnya ada kegiatan menolong,
membimbing, menanamkan, membangunkan, mengilhami, dan membetulkan. Yesus
sangat memperhatikan dan menyambut baik anak-anak. “Biarkanlah
anak-anak itu , janganlah menghalang halangi mereka datang kepadaKu , sebab orang-orang seperti itulah yang
empunya Kerajaan Sorga” (Mat 19:14). Karena
Yesus memerhatikan anak-anak, begitu pula seharusnya dengan gereja lokal.
Gereja merupakan tempat di mana anak-anak disambut dan diajarkan
kebenaran-kebenaran Alkitab. Sayangnya, beberapa gereja tidak memandang anak-anak layaknya Yesus
memandang anak-anak. Apa pun alasannya,
harus ditekankan bahwa Yesus memandang
anak-anak sebagai bagian yang penting dalam kerajaan Allah. Oleh sebab itu, gereja harus mengusahakan dan
melakukan visi Yesus.
Pengertian
Panggilan
Dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru kata “Panggilan” Muncul
dalam pemberitaan sekitar 700 kali sebagai kata kerja, kata benda maupun
sebagai kata sifat. Menurut Perjanjian Lama pekerjaan ataupun aktivitas yang
dilakukan terhadap sesuatu merupakan kekuatan panggilan terhadap suatu tugas
ataupun hak istimewa. Dalam panggilan Abraham (Kej 12:1), Musa (Kel 3:10)
ataupun Yesaya (Yes 6:9) tidak membedakan suatu panggilan dari perintah Tuhan
sendiri.[4]
Dalam Perjanjian Lama kata panggilan memiliki makna teologis yaitu[5]
1. Mengandung
di dalamnya panggilan untuk melayani Allah dalam suatu fungsi dan suatu tujuan
khusus ( 1 Sam 3:44, Yes 49:1)
2. Menguraikan
dan menunjuk kepada suatu hubungan antara Allah yang menamai dan apa yang
menamai (Yes 43:1)
Dalam
Perjanjian Baru istilah yang dipergunakan untuk menyebut panggilan
yaitu κάλέώ yang artinya “memanggil” dengan kata gabungan dan kata
jadiannya merupakan kata verbal yang keluar dari Allah sendiri
(bnd. Roma 11:29)[6]
Dengan demikian panggilan itu adalah bersaksi tentang Tuhan “ Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil
kita dengan panggilan kudus , bukan berdasarkan perbuatan kita, melainan
berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada
kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman” (2 Tim 1:9)
Dalam Perjanjian Lama nabi memiliki dua ciri khas yang
khusus yaitu:[7]
v Suatu panggilan dari Allah. Setiap nabi yang dipanggil
Allah dan diberi tugas untuk bernubuat (Yes 6:1-8).Pemanggilan menjadi seorang nabi tidak berdasarkan
keturunan ataupun dilantik kepada jabatan tertentu meliankan ketentuan langsung dari Tuhan.
v Sebagai
penyampai firman Tuhan kepada manusia lain. Berita atau
firman yang disampaikan bukan suatu karangan manusia melainkan sesuatu yang
diterima dari Allah (bnd. Yer 23:18)
Dalam Perjanjian Baru panggilan
diarahkan secara khusus kepada pemanggilan kedua belas rasul oleh
Yesus.Pemanggilan tersebut memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda dari
kedua belas rasul. Istilah rasul berakar dari bahasa Yunani yaitu Apostolos
yang memiliki arti orang yang diutus, utusan. Dari konteks nyata bahwa rasul bukanlah gelar dan pangkat
namun sebagai fungsi yang diberikan kepada seseorang berhubungan dengan tugas
yang harus dijalankan sebagai utusan Yesus Kristus dalam pemberitaan injil
kerajaan Allah (bnd. Mat 10:1)
Panggilan kepada kedua belas rasul oleh
Yesus bertujuan sebagai pemanggilan terhadap pelayanan. Panggilan terhadap
kedua belas rasul dapat dikategorikan sebagai panggilan khusus dikarenakan
panggilan itu didasarkan atas ketetapan Allah sendiri melalui Yesus Kristus.
Panggilan itu juga berdasarkan atas karunia Allah yang secara mutlak (Mat
25:14-30).
Panggilan merupakan suatu tugas
khusus yang diberikan Allah kepada seseorang. Panggilan atas seseorang didasari
atas prakarsa Allah. Seperti halnya dalam Perjanjian Lama Musa dipanggil Allah
sebagai nabi ditengah-tengah kehidupan bangsa Israel. Dalam Perjanjian Baru
panggilan terus berlanjut walaupun gelar atau sebutan terhadap seseorang yang
dipanggil telah berubah. Dengan kata lain sebutan atas nabi dalam Perjanjian
Lama telah terputus namun makna dan arti panggilan Allah terus berlanjut
melalui pemanggilan kedua belas murid oleh Yesus yang disebut rasul. Panggilan
itu berlanjut terhadap rasul bertujuan untuk melanjutkan karya penyelamatan
Allah melalui Yesus Kristus serta memberitakan Injil kerajaan sorga ke seluruh
dunia. Panggilan atas seseorang manusia yang dimulai dari kehidupan bangsa
Israel sampai masa kehidupan Yesus hingga masa sekarang melalui gereja (Israel
baru) yang menunjukkan relasi hubungan antara Allah dan umat manusia tidak terputus.
Melalui panggilan seseorang Allah menunjukkan kasih setiaNya kepada umat
manusia sebagai ciptaanNta yang paling mulia.
Dalam masa sekarang panggilan terus
berlanjut melalui gereja. Gereja merupakan suatu bentuk persekutuan orang-orang
yang dipanggil keluar dengan tujuan tertentu yaitu mendapatkan keselamatan dari
Allah. Panggilan terhadap gereja ditujukan secara langsung kepada tugas gereja
di dunia ini yakni sebagai saksi Yesus di dunia akan karya keselamatanNya.
Alkitab sangat jelas memaparkan tugas dari gereja sendiri (bnd. Kis 1:8) dan
inilah yang mengkonkritkan tugas gereja di dunia ini.
Anak-anak adalah aset
besar gereja . Mereka adalah gereja masa kini dan penampakan wajah gereja masa
depan. Oleh sebab itu, gereja harus secara serius memerhatikan pelayanan
Sekolah Minggu dalam konteks misi. Itu sebabnya nuansa penginjilan
(evangelical) warna kental pelayanan anak-anak ini. Sekolah Minggu tidak hanya
dilihat dalam persfektif objek pelayanan , tapi juga subjek yang dapat memberi
pelayanan. Sebagai objek pelayanan, sekolah minggu menjadi tempat pemuridan (methetes) Mat.28:19-20. Dalam konteks
inilah GSM berperan multi, (pembimbing rohani, pendidik, pelatih, gembala) untuk
memperlengkapi anak menuju dewasa rohani. Namun di sisi lain, sebagai subjek
pelayanan; anak-anak juga dapat sangat efektif mengajak dan memberitakan Injil
kepada orang- orang yang dekat di
sekitarnya yang mengasihi mereka : ayah-ibu, nenek-kakek, tante, tetangga,
teman sekolah, dsb.
Sering muncul keluhan
dari para pelayan Tuhan di gereja perihal anak remaja atau pemuda. "Mengapa
kita kehilangan begitu banyak anak remaja yang dulu pernah begitu rajin ke
gereja?" “Anak - remaja kalau sudah hari Minggu pada lambat bangun karena
malam Minggu hingga larut malam main game di warnet”. Para orangtua juga
mengeluh, kalau anaknya dulu ketika SD sangat penurut, sedia diantar ke gereja,
tapi sekarang setelah remaja, selalu membantah, dan tidak mau lagi ke gereja”.
“Yang katanya malulah, malas dan masih ngantuk, tidak menariklah, dan masih
banyak alasan lain”. Saya mencermati bahwa kalau anak-remaja tidak tertarik
ikut kegiatan gereja, banyak faktor penyebabnya. Salah satu faktor penting
adalah pada guru Sekolah Minggunya yang sebelumnya tidak berhasil menanamkan
sikap kebergantungan anak-anak kepada Tuhan. Sehingga ketika mereka tumbuh
menjadi remaja, di mana jasmaninya makin besar dan kesempatan memberontaknya
semakin terbuka, maka keaktifan bergereja.
Sebab gurulah pemegang peran utama di Sekolah Minggu. Alat peraga yang
kurang, atau ruangan yang kurang memadai, akan dapat ditutupi kalau gurunya
semangat, penuh urapan dan kreatif. Sebab
itu, gereja hendaknya membangun GSM berkualitas, memiliki panggilan ,visi dan
misi serta program yang baik.
SM yang memiliki panggilan, visi dan misi tidaklah mudah. Berikut ini beberapa hal penting harus dimiliki agar Sekolah Minggu Anda berhasil dan memiliki panggilan.
1. Visi Sekolah Minggu[8]
"Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat"
(Ams 29:18).
Pertanyaan:
apakah maksud yang mendasari didirikannya SM di tempat anda melayani
? SM tidak didirikan karena keinginan manusia saja.
Allahlah yang menggerakkan manusia yang dikasihiNya untuk memiliki kerinduan menjangkau anak-anak bagi kerajaanNya. Visi SM adalah melihat jauh
ke depan kepada kerinduan Allah untuk bersekutu dengan manusia, di antara
mereka adalah anak- anak yang masih muda belia, supaya melalui mereka kasih dan
kuasa Tuhan dinyatakan.
Visi :
Menjadi anak SM yang saleh, takut Tuhan, dan ceria serta bertumbuh untuk
melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus (Ef 4:13)
2. Misi Sekolah Minggu
"Biarkanlah anak-anak itu, janganlah
menghalang-halangi mereka datang kepadaKu;" (Mat.19:14) Pertanyaan:
apa yang ingin dilakukan dan dikerjakan SM di tempat anda melayani? Melalui
kegiatan SM kita ingin agar anak-anak dapat
dengan bebas datang kepada Tuhan Yesus dan menerima Dia menjadi
Juruselamat pribadi mereka.
Misinya:
1).
Memperlengkapi anak-anak SM supaya bertumbuh imannya menuju kedewasaan dan
kepenuhan Kristus
2). Memperlengkapi anak-anak SM bagi
pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus
3. Tujuan Sekolah Minggu
"Gembalakanlah
domba-domba (kecil) Ku." (Yoh. 21:18) SM bertujuan untuk:
a. menjadi sarana yang dapat dipakai Allah untuk
mengumpulkan
anak-anak dan memberitakan Firman Tuhan kepada mereka.
b. menjadi sarana agar anak-anak mendapat siraman
kasih Allah melalui persekutuan yang
diadakan.
c. menjadi sarana agar anak-anak
dimuridkan dan menjadi alat bagi
pelebaran kerajaanNya.
III.
Syarat Menjadi GSM
Dasar alkitabiah :
1. "Janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab
kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih
berat" (Yak. 3:1).
2. "Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah
terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan lemah lembut menuntun
orang yang suka melawan" (2 Tim. 2:24).
3. "Mereka (diaken/pelayan Tuhan) juga harus diuji dahulu, baru
ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat"
(1 Tim. 3:10).
4. "Sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat (pelayan
Tuhan) harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum,
bukan pemarah, tidak serakah ..." (Tit. 1:7).
Syarat-syarat dasar seorang GSM[9]:
1. Memiliki hati
yang baru (Yoh. 3:3; 1Kor. 2:14; 2Kor. 5:17).
GSM haruslah seorang yang rohnya telah diperbarui oleh Roh Kudus atau
sudah lahir baru. GSM yang mengenal Tuhan Yesus secara pribadi dan
sungguh-sungguh mengalami kasih-Nya yang luar biasa akan dapat dengan mudah
menceritakan kepada anak-anak yang dilayaninya siapakah Yesus yang
sesungguhnya.
2. Memiliki hati yang lapar (1
Pet. 2:2; Yoh. 6:35).
GSM haruslah seorang yang rindu memiliki hati yang selalu lapar dan
haus akan Firman Tuhan. Dari persekutuannya dengan Firman Tuhan, guru bertumbuh
dan siap menjadi berkat karena hidupnya adalah seperti aliran air yang tidak
pernah kering.
3. Memiliki hati
yang taat (Flp. 1:21-22; Gal. 2:20-21).
Hidup
seorang GSM adalah milik Kristus. Karena itu, hidupnya adalah hidup yang taat
sebagai hamba yang setia dan rela menjalankan apa yang dikehendaki oleh
Tuannya.
4. Memiliki hati
yang disiplin (Rom. 12:11; 2 Kor. 4:8).
GSM
harus bergumul untuk memiliki hati yang disiplin dan tidak tergoyahkan karena
kesulitan. Guru juga harus berani memaksa diri untuk tidak hanyut dalam
kejenuhan karena rutinitas belajar dan mengajar. Hati yang disiplin akan
menolong kita untuk senantiasa melayani secara konsisten, berapi-api, dan terus
memberikan kemajuan.
5. Memiliki hati
yang mengasihi (Yoh. 3:16; Ef. 4:1-2).
GSM
yang telah mengalami kasih Tuhan akan sanggup mengasihi anak-anak didiknya,
sekalipun kadang mereka nakal, bandel, dan sulit dikasihi. Setiap anak berharga
di mata Tuhan. Kasih Tuhan memungkinkan kita untuk mau berkorban dan terus
mengasihi dengan kasih yang tanpa pamrih karena pelayanan kita didorong oleh
motivasi yang benar, yaitu mengasihi Tuhan dan anak-anak didik kita.
6. Memiliki hati
yang beriman (Ams. 3:5; 2 Tim. 1:12).
GSM
harus senantiasa bersandar pada Tuhan dan bukan pada kekuatan sendiri. Ingatlah
bahwa hidup kita bukanlah hidup karena melihat, tapi karena percaya bahwa semua
kekuatan kita datangnya dari Dia yang memberinya dengan berkelimpahan.
7. Memiliki hati
yang mau diajar (Yes. 50:4; 1 Tim. 4:6).
Sebelum
GSM melayani dan mengajar anak-anak, mereka harus terlebih dahulu mau belajar
dan dilatih dengan pokok-pokok kebenaran Firman Tuhan. Guru yang baik adalah
juga murid yang baik dalam kebenaran. Oleh karena itu, seorang guru harus
rendah hati bersedia dikritik dan ditegur supaya ia bisa terus lebih baik.
8. Memiliki hati
yang suci (1 Pet. 1:15; 1 Tim. 4:12).
Hidup
suci adalah modal utama bagi seorang pelayan Tuhan yang ingin memberikan
teladan hidup yang benar dan berkenan kepada Tuhan. Seorang pelayan Tuhan tidak
akan membiarkan hidupnya dikotori oleh kebiasan buruk dan perbuatan-perbuatan
dosa yang akan mempermalukan nama Tuhan.
IV.
Kewajiban Dan Tanggung Jawab GSM
Tujuh hal yang dituntut dari seorang GSM:
1. Mengajar
(Teaching) -- 1 Tim. 2:7.
Yang disebut "mengajar" adalah suatu proses belajar-mengajar
(Teaching-Learning Proccess). Di dalam proses belajar mengajar ini, guru harus
dapat mewujudkan perubahan dalam diri murid, baik perubahan dalam pengetahuan,
pemikiran maupun sikap atau tingkah laku. Melalui Alkitab Paulus menyebutkan,
dalam kehidupannya sebagai pengajar, ia menjadi alat Roh Kudus untuk mewujudkan
perubahan atas diri orang lain: yang tadinya tidak percaya menjadi percaya;
yang tadinya tidak memahami kebenaran menjadi memahami kebenaran; yang tadinya
menentang sekarang taat.
2. Menggembalakan
(Shepherding) -- Yeh. 34:2-6; Yoh. 10:11-18.
Nabi Yehezkiel menegur gembala pada zaman itu yang tidak menunaikan
kewajibannya dengan baik. Berbeda dengan yang kita lihat dalam Tuhan Yesus,
seorang Gembala yang baik itu. Guru SM harus meneladani Yesus dalam
menggembalakan domba-domba kecil-Nya. Seorang gembala mempunyai hati yang rela
berkorban. Meskipun menghadapi kesulitan, ia tidak akan meninggalkan dan
membiarkan domba-dombanya sendirian; ia juga mengenal setiap dombanya, bahkan
bersedia membawa domba yang masih berada di luar untuk masuk ke dalam
kandangnya; ia pun wajib menyediakan makanan rohani untuk kebutuhan dombanya,
termasuk kebutuhan intelektual, emosi dan mental.
3. Kebapaan
(Fathering) -- 1 Kor. 4:15
Paulus berkata, "Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu
pendidik dalam Kristus Yesus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah
yang dalam Kristus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan
kepadamu." Banyak guru yang dapat memberi nasehat dan menegur, namun
sedikit di antara mereka yang dapat merangkul, mengayomi, membesarkan hati, dan
mendidik murid-muridnya dalam Injil. Seorang guru bukan hanya dapat menggurui,
tapi juga dapat membagikan hati dan hidupnya bagai seorang bapa yang mengasihi
anaknya.
4. Menjadi
Teladan (Modeling) –
Kor. 11:1; Flp. 3:17; 1T es. 1:5- 6; 2 Tes.
3:7; 1 Tim. 4:11-13.
Paulus, selaku guru, sangat berani menuntut orang-orang Kristen untuk
meneladaninya sebagaimana ia telah meneladani Kristus. Paulus menasihati
Timotius, "Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda.
Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah
lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." Seorang
guru akan mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap muridnya apabila ia terus
memberi masukan positif yang dapat ditiru, baik dalam cara berpikirnya maupun
tutur katanya. Oleh karena itu, seorang guru perlu selalu memperhatikan dirinya
sendiri apakah ia patut menjadi teladan yang baik bagi muridnya.
5. Menginjili
(Evangelizing) -- 1 Tim. 2:7.
Selaku guru, Paulus mengajar orang untuk mempercayai Kristus sebagai
sasaran utamanya, demikian juga seharusnya seorang guru SM. Mengajar bukan
hanya mengisi murid dengan kebenaran yang bersifat kognitif saja, tetapi
terutama mengisi kebutuhan jiwa mereka dengan kasih dan iman yang
menyelamatkan. Karena itu, bawalah anak-anak didik untuk mendengar berita Injil
supaya keselamatan sampai kepada jiwa mereka.
6. Mendoakan
(Praying) -- 2 Tes. 1:11-12.
Kewajiban lain dari seorang guru SM adalah mendoakan muridnya satu per
satu dengan menyebut nama dan kebutuhan mereka masing-masing. Yakinkan bahwa
Anda cukup dekat dengan mereka sehingga tahu apa yang harus didoakan; apakah
itu untuk keluarganya, sekolahnya, atau lingkungan masyarakat tempat pergaulan
mereka, dll. Mereka sangat membutuhkan pertolongan Allah dan Andalah yang akan
ikut memperjuangkannya.
7. Meraih
Kesempatan (Catching) -- 2 Tim. 4:2.
Satu hal penting lain yang harus dipenuhi oleh guru SM adalah meraih
kesempatan. Manusia di dunia ini tidak hidup dalam kekekalan. Kesempatan sering
datang hanya sekejap dan dalam waktu yang tidak diduga. Bila guru SM sanggup
memanfaatkannya, walaupun mungkin hanya dengan sepatah kata atau satu sikap,
mungkin juga dengan satu doa syafaat, hal ini dapat memberikan pengaruh kekal
bagi murid-muridnya. "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak
baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan
segala kesabaran dan pengajaran".[10]
Deskripsi Jabatan Guru[11]
V.
Persiapan
dasar bagi GSM :
1.
Pengetahuan Alkitab
Karena Alkitab merupakan buku pegangan yang terpenting
dalam sekolah minggu, guru harus paham mengenai isinya. Ia harus mengusahakan
dirinya untuk mempelajari Alkitab dengan sungguh-sungguh dan sistematis.
Misalnya, untuk mengerti pelayanan Yesus, bukan saja pokok-pokok utama dari
pengajaran-Nya yang harus diketahui, tetapi juga keadaan sosial, politik,
ekonomi, dan rohani yang menjadi latar belakang seluruh pelayanan Yesus di
bumi. Bagaimanakah hal-hal ini memengaruhi tindak-tanduk-Nya? Atau bagaimanakah
kehidupan pada zaman Yesaya, Yeremia, atau Yehezkiel?
Pada saat apa dalam sejarah bangsa Yahudi, mereka
bernubuat? Penelaahan Alkitab sedemikian itu tidak dilakukan sebagai ibadah
pribadi, itu merupakan satu usaha sistematis untuk memahami arti Alkitab dan
menguasai isinya. Ketika seseorang melakukan hal ini, pengajarannya menjadi
makin berkuasa dan Alkitab menjadi lebih nyata dalam pikiran murid-murid.
2.
Teologi
Kadang-kadang orang memikirkan teologi sebagai satu
pelajaran yang rumit. Pelajaran ini tampak kepada mereka sebagai satu campuran
teori dan pikiran-pikiran yang abstrak dan kabur. Sebenarnya, setiap orang
memiliki teologi, yakni sesuatu yang dipercayainya mengenai kebenaran Kristen.
Kepercayaannya mungkin tidak tersusun dan ia mungkin tidak dapat menyatakannya
dengan jelas; walaupun demikian, ia yakin bahwa semua yang dipercayainya itu
benar.
Dalam hal mengajar, bilamanapun seorang guru berbicara
tentang Allah, tentang Yesus,tentang Roh Kudus, Alkitab, kasih, dan iman, ia sedang
mengajarkan teologi. Betapa pentingnya kesesuaian pengajarannya itu dengan
pengajaran-pengajaran Alkitab dan apa yang dipercayai (doktrin/konfesi)
gerejanya.
3.
Sifat-Sifat Kelompok Usia
Pengajaran itu efektif bila dilakukan dengan mengingat minat, keperluan,
dan sifat-sifat murid. Dalam hal mengajar di sekolah minggu, banyak anggota
kelas tertinggal sementara guru maju dalam suatu perjalanan rohani karena guru
tidak memulainya pada tingkat pengertian si murid. Para guru yang mengajar
anak-anak harus mempertimbangkan tingkat perkembangan murid-muridnya agar tidak
mengajarkan konsep-konsep agama yang tidak mungkin dipahaminya. Para guru orang
dewasa harus memastikan bahwa mereka memberi pengajaran yang cukup dalam yang
perlu bagi pendewasaan kelas itu.
4.
Teknik Mengajar
Penggunaan teknik-teknik dengan
bijaksana akan menjadikan pengetahuan Alkitab lebih berarti dan tetap. Hukum
dasar dalam hal belajar adalah bahwa pengajaran itu lebih berhasil bila para
murid melibatkan diri dan saling memengaruhi. Jadi, seorang guru harus
mengetahui teknik-teknik manakah yang akan menerbitkan tanggapan terbaik atas
suatu kebenaran pelajaran yang diberikan. Ia juga harus mengetahui batas-batas
dari bermacam-macam teknik itu, cara untuk menyesuaikannya dengan kesanggupan kelompok
usia itu, dan bagaimana waktu serta ruangan yang tersedia memengaruhi pemilihan
suatu metode mengajar. Misalnya, seorang guru tidak menceritakan sebuah cerita
dalam cara yang sama dalam kelas kanak-kanak dan kelas tunas remaja; ia juga
tidak akan memisah-misahkan kelas itu dalam beberapa kelompok diskusi jika
hanya ada lima atau enam murid yang hadir dalam kelas itu.
VI.
Persiapan Pembelajaran
1.
Isi pelajaran berpusat
pada Alkitab
Guru-guru sekolah minggu juga tidak boleh lupa pada subjek yang mereka ajarkan
-- Alkitab! Oleh sebab itu, mereka yang melayani sebagai guru harus menjadi
orang yang dengan setia mengikuti perintah dalam Titus 2:1: "Beritakanlah
apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat."
Yang menjadi perhatian guru dalam hal ini adalah "Apa yang
dikatakan Alkitab?" Ia harus mengetahui tokoh-tokoh Alkitab, apa yang
mereka lakukan, dan di mana serta kapan mereka melakukannya. Biarpun cerita
atau kebenaran asasi itu sudah lazim bagi guru, ia harus selalu bertanya kepada
dirinya: "Terdapat pelajaran apakah bagi saya pribadi di sini?"
sambil mengizinkan Roh Kudus menyatakan penerapan yang baru baginya. Lalu ia
akan mempelajari pelajaran itu dari segi pandangan murid, lagi pula menyadari
bahwa pandangan seorang anak kelas satu SD akan jauh berbeda dari seorang
remaja.
2. Penerapannya berpusat pada murid
Bila guru hanya memerhatikan apa yang
dikatakan Alkitab, pelajaran akan menjadi terlalu teoritis dan tidak
berhubungan dengan soal-soal kehidupan yang sedang dihadapi oleh anak-anak di
kelas. Jadi, guru harus memikirkan apa yang diperlukan murid-muridnya dan
menyusun suatu tujuan pelajaran yang akan memimpin ia untuk memberi pelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan dan pengertian mereka. Dalam hal mengajar SM ,
guru harus menyusun rencana pelajaran untuk menolong mengatur bahannya dan menyajikan pelajarannya
dengan lebih efektif. Rencana pembelajaran setidaknya memuat :
a. Tujuan pelajaran ; dibuat singkat, padat, cukup
terbatas supaya dapat dicapai, dan cukup bersifat pribadi supaya dapat
mengubahkan hidup.
b. Menyiapkan materi pembelajarannya
c. Memilih metode
d. Proses kegiatan pembelajaran
e. Evaluasi
Seluruh persiapan pelajaran memuncak dalam penyajian pelajaran. Pada saat inilah para murid dipimpin dan digerakkan. Meskipun guru telah merencanakan dengan teliti dan merasakan sebelumnya apa yang akan menjadi tanggapan kelasnya, ia tahu bahwa ia harus menyisihkan apa pun yang perlu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tak disangka-sangka, untuk mengubah satu kehidupan meskipun ia tidak menyampaikan seluruh pelajarannya! Teknik mengajar yang bermacam-macam itu memungkinkan seorang guru menyesuaikan pengajarannya dengan keadaan kelasnya.
VII.
Harapan bagi GSM
- Antusiaslah saat berada di dalam kelas. Sikap ini membantu menciptakan suasana di mana ada keinginan yang kuat untuk belajar sebagai murid. Bila seorang guru terlalu banyak bergerak, membosankan, atau terus menguap karena kurang tidur, maka dia tidak bisa berharap bahwa murid-murid yang diajarnya akan sangat tertarik untuk mendengarkan apa yang dia katakan.
- Doronglah supaya muncul pertanyaan. Saat murid-murid bertanya, jawablah dengan sopan dan sabar. Selalu gunakan Alkitab untuk menjawabnya: "menyelidiki Alkitab" (Yohanes 5:39) Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci… . Saat Anda tidak tahu jawabnya, akuilah itu, kemudian katakan kepada murid-murid Anda bahwa Anda akan mencoba memberi jawabannya sebelum minggu berikutnya.
- Tantanglah murid-murid Anda. Dalam beberapa kasus, mereka dapat melakukan lebih banyak dari yang dapat kita berikan kepada mereka. Berilah mereka tugas-tugas. Tugas-tugas itu tidak akan membunuh mereka. Mereka mungkin meresponsnya dengan mengatakan bahwa mereka sangat sibuk dengan kegiatan sekolah atau pekerjaan, dan mungkin saja alasan itu benar. Tetapi sekolah dan pekerjaan merupakan hal kedua setelah mempelajari firman Tuhan.
- Berdoalah bagi murid-murid Anda. Doakan pengertian dan pertumbuhan rohani mereka melalui apa yang Anda lakukan. Biarkan mereka tahu bahwa Anda berdoa bagi mereka dan benar-benar peduli pada mereka.
- Tepat waktulah hadir di kelas. Bila pada kenyataannya, Anda dan murid-murid Anda langsung ke kelas tanpa terlebih dahulu diadakan pertemuan di aula atau tempat lain, maka hadirlah di kelas beberapa menit sebelum kelas dimulai dan beradalah di kelas menunggu jiwa-jiwa yang sangat berharga yang akan Anda ajar ini. Sapalah setiap murid dengan sapaan yang hangat. Mungkin ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan guru datang terlambat. Kejadian ini memang tidak dapat dihindari. Tetapi para guru yang punya kebiasaan terlambat hadir di kelas memberikan pesan yang sangat kuat (pesan yang sangat tidak diinginkan!) bagi murid-murid mereka.
Bila seorang guru
terlambat 5 menit sebanyak lima puluh kali dalam setahun, maka dalam 1 tahun
dia sudah mencuri waktu dari murid-muridnya untuk mempelajari Alkitab selama
250 menit (4 jam 10 menit). (2 Kor 13:5). Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu
tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan
dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian,
kamu tidak tahan uji.
- Siapkan baik-baik setiap kelas. Jangan biarkan ada yang mengganggu pelajaran dan persiapan Anda. Anak yang masih kecil sekalipun dapat "menusuk" guru yang tidak siap. Bila sekolah minggu merupakan pengajaran yang berharga, maka sangat penting untuk memberikan usaha yang terbaik (Kolose 3:23) Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. , dan itu berarti harus mempersiapkan diri sebelum mengajar di kelas.
- Selalu ingat tujuan dari pelayanan Anda sebagai guru. Mengajar tidak berarti akan terbebas dari masalah. Mengajar bisa membuat frustrasi, bahkan kadang-kadang membuat putus asa. Saat kita merasa bahwa kita hanya melihat kemajuan yang sedikit pada murid-murid, kita perlu ingat bahwa Roma tidak dibangun dalam semalam saja, demikian juga dengan seorang anak yang belajar kehendak Tuhan dan bagaimana berjalan dengan iman dalam jangka waktu yang singkat. Teruslah bekerja dengan giat.[12]
Puisi doa yang ditulis oleh Leslie
Pinckney Hill[13]
Guru
Tuhan, siapakah aku ini sehingga boleh mengajarkan
jalan-Mu hari lepas hari kepada anak-anak-Mu?
bukankah aku pun rawan tersesat?
Aku mengajarkan mereka pengetahuan,
namun aku menyadari
betapa kecilnya cahaya lilin pengetahuanku.
Aku mengajarkan mereka kuasa
untuk berkehendak dan berbuat
tetapi sekarang barulah aku melihat
kelemahan demi kelemahanku.
Aku mengajarkan mereka untuk mengasihi
semua manusia dan semua ciptaan Tuhan
namun aku menyadari
bahwa kasihku masih jauh dari cukup.
Tuhan, jika aku harus tetap menjadi
pemandu bagi mereka
Oh biarlah anak-anak kecil itu melihat
bahwa guru mereka bersandar erat-erat pada Engkau.
Aku mengajarkan mereka pengetahuan,
namun aku menyadari
betapa kecilnya cahaya lilin pengetahuanku.
Aku mengajarkan mereka kuasa
untuk berkehendak dan berbuat
tetapi sekarang barulah aku melihat
kelemahan demi kelemahanku.
Aku mengajarkan mereka untuk mengasihi
semua manusia dan semua ciptaan Tuhan
namun aku menyadari
bahwa kasihku masih jauh dari cukup.
Tuhan, jika aku harus tetap menjadi
pemandu bagi mereka
Oh biarlah anak-anak kecil itu melihat
bahwa guru mereka bersandar erat-erat pada Engkau.
DAFTAR
REFERENSI
Michael J. Anthoni, ed.Foundation
of Ministry . Surabaya, Gandum mas, 2012.
________________ "Introducing Christian Education:
Foundations for the Twenty-first Century". Michigan, Grands Rapid
Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 2, Yayasan Penerbit Gandum
Mas, Malang, 1996.
Robert Clark dalam Lawrence O. Richards. Pelayanan Kepada Anak-Anak. Bandung,
Kalam Hidup 2007
e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak
http://www.telaga.org/artikel/tiga_tantangan_yang_dihadapi_guru_sekolah_minggu, diakses 17/6, 2016
[1]
Bahan ini disajikan dalam Kegiatan Pembinaan Guru Sekolah Minggu (GSM)
se-Provinsi Riau tanggal 22-25 Juni 2016 di Pekanbaru diselengarakan oleh
Pembimas Kristen Kanwil Kemenag Riau
*Penyaji adalah dosen
S1,S2,S3 dan Ka.Prodi PAK STT Sumatera Utara di Medan, serta menjadi dosen
Pascasarjana di STT Pelita Kebenaran Medan, STT Renatus Pematang Siantar, dan
menjabat sebagai Ketua STTI Humble Bengkayang, Kalbar. Menjadi pendeta dan menggembalakan
jemaat Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia (GPIBI) Syalom di Medan,
serta menjabat sebagai unsur pimpinan di Badan Pimpinan Pusat (BPP) GPIBI
Nasioal di Jakarata.
[2].
Michael J. Anthoni, ed.Foundation of
Ministry . Surabaya, Gandum mas, 2012. Hal.147
[3]
Michael J. Anthony "Introducing Christian Education: Foundations for the
Twenty-first Century". Michigan, Grands Rapid
[4]
William A. Dyrness, Agar Bumi Bersukacita BPK-GM
hlm. 113
[5]
http://benny-hutagalung.blogspot.co.id/2011/12/panggilan-nabi-dalam-perjanjian-lama.html,
diakses 20 JUNI 2016
[6]
Frank M. Boyd, Kitab
Nabi-Nabi Kecil, Gandum Mas-Malang
[7]
David L. Baker, Roh dan Kerohanian, BPK-GM hlm.20
[8] e-BinaAnak:
http://fb.sabda.org/binaanak
[9]
Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 2, Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1996. hal
217 -- 219
[10]
Ibid
[11]
Robert Clark dalam Lawrence O. Richards. Pelayanan
Kepada Anak-Anak. Bandung, Kalam Hidup 2007, hal.416
[12]
e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak
[13]
http://www.telaga.org/artikel/tiga_tantangan_yang_dihadapi_guru_sekolah_minggu,
diakses 17/6, 2016
Diatetupa untuk tulisannya Bapa
BalasHapus