URL :
http://journal.sttjaffrayjakarta.ac.id/index.php/JI
p-ISSN : 2685-3477
e-ISSN : 2685-3469
Edition : Volume 2, Nomor 2, Desember 2020
Page :
Pola Asuh Orang Tua Kristen Pada Masa
Pandemi
Albet Saragih, Johanes Waldes Hasugian
Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara
Email: albetsaragih@gmail.com
Johanes Waldes Hasugian
Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara
Email: johaneswhasugian@gmail.com
ABSTRACT: This paper is the result of an analysis
of the practical situation of family education in the Christian community in
the midst of a world pandemic. When the government must limit its citizens to
stay at home, stay at home, work from home, social distancing, must wear
masks, wash hands; then all this has an impact on difficulties for families.
Children learn distance (online) from home. It is the parents who play a
greater role in learning, the burden of the teacher and the school becoming
more corporalized. Christian parents face severe challenges in realizing
their calling and role in the current situation. How should Christian parents
take care during the 19th pandemic? 1). Restore first love. Initial love is
rooted in 2 things: First, the basic relationship of husband and wife love
that has been blessed by God. Second, Restoration of love with God, 2).
Restoration of first love for children, 3). God-Level Patience, 4). Preparing
good nutrition for all family members; 5). Continue to share love, as a model
model for children. Key
Words: Parenting,
Christian Parents, Pandemic, Covid-19
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Paper ini adalah hasil analisis
terhadap situasi praktis pendidikan keluarga komunitas kristiani di
tengah pandemi melanda dunia. Ketika
pemerintah harus membatasi warganya untuk tinggal di rumah saja, stay at home, work from home, social
distancing, harus pakai masker, cuci tangan; maka semua ini berdampak
kesulitan bagi para keluarga. Anak-anak belajar jarak jauh (online) dari
rumah. Orangtualah yang lebih banyak berperan dalam pembelajaran, beban guru
dan sekolah semakin terporalisasi. Para orangtua Kristen menghadapi tantangan
berat dalam mewujudkan panggilan dan perannya dalam situasi seperti sekarang
ini. Bagaimana sebaiknya orangtua Kristen melakukan
pengasuhan di saat pandemi covid 19 ?
1). Pulihkan kasih mula-mula. Kasih
mula-mula itu adalah berakar pada 2 hal: Pertama, dasar hubungan kasih suami-istri yang sudah
diberkati Tuhan. Kedua, Pemulihan
kasih dengan Tuhan, 2). Pemulihan
kasih mula-mula terhadap anak, 3).Kesabaran Tingkat Dewa, 4). Penyiapan gizi
yang baik buat semua anggota keluarga; 5). Tetap berbagi kasih, sebagai model
asuhan keteladanan bagi anak-anak.
|
|
|
Kata Kunci: Pola
Asuh, Orang tua
Kristen, Pandemi, Covid-19
|
PENDAHULUAN
Di tengah situasi pandemic covid 19, yang sudah
berlangsung sejak Februari 2020 hingga sekarang sudah Agustus, jadi sudah hampir
6 bulan, masyarakat kita mengalami kegalauan. Pandemi Corona ini memaksa kita
semua harus melakukan perubahan pola hidup, pola budaya ,keluarga bahkan juga
pola ibadah. Dalam hal keluarga, misalnya, pandemic ini mendorong semakin
memperkokoh ketahanan keluarga, dengan kebijakan pemerintah yang mewajibkan
masyarakat untuk Stay at home, dan Work From Home, menjadikan keluarga yang
selama ini sibuk di luar rumah, sekarang seharian bersama di rumah. Bermain,
memasak, belajar, olahraga, dan juga beribadah bersama di rumah. Namun berbagai
masalah pun muncul. Karena anak-anak harus tinggal di rumah, belajar di rumah
bersama orangtua, maka banyak orangtua mengeluh, bahkan stress. Banyak yang
tidak siap menjadi guru bagi anak-anaknya. Belum lagi kuota internet melambung
tinggi, hp atau laptop anak-anak harus disediakan masing-masing, sementara
ekonomi semakin merosot. Banyak orangtua di rumahkan akibat pengaruh pandemic.
Keuangan keluarga limbung. Sementara kebutuhan akan makanan, dan kebutuhan
anak-anak semakin tinggi. Kehidupan social kita lumpuh. Peribadahan di gereja
juga lumpuh. Sehingga orangtua harus menyelenggarakan ibadah keluarga. Banyak
orangtua tidak siap akan hal ini. Mengasuh anak di tengah pandemic ini menjadi
sorotan. Bagaimana seutuhnya mengasuh anak-anak dalam situasi berkembangnya
virus corona covid 19 yang mematikan ini. Keluargalah sesungguh menjadi unit
terkecil yang paling efektif mencegah, memperlengkapi, dan mengkampanyekan pola
hidup keluarga yang baik, bertumbuh, dan menjadi berkat di tengah
masyarakat kita sekarang ini. Bagaimana
caranya ? Itulah yang akan dikaji dalam tulisan ini.
Adalah harapan setiap orangtua Kristen
kalau anaknya baik-baik, berprestasi, sopan santun, ramah, dengar nasihat
orangtua , dan takut akan Tuhan. Setiap orangtua pastilah selalu berusaha
sesuai kemampuannya untuk mengasuh anak-anaknya . Pada dasarnya tidak ada
orangtua merancangkan yang jahat untuk anaknya, melainkan rancangan yang baik.
Itu sebabnya, anak-anak dididik dengan telaten, baik di rumah maupun di
sekolah. Masing-masing orangtua dalam mengasuh anak-anaknya memiliki model
pengasuhan sendiri. Para ahli menggolongkannya menjadi tiga model, yakni
otoriter, permisif, dan demokratis. Pola asuh otoriter adalah model pengasuhan
di mana orangtua menerapkan seperangkat peraturan kepada anaknya secara ketat,
serta cenderung menggunakan kekerasan (bersifat diktator). Anak diwajibkan
taat, tunduk, tanpa dan patuh. Semua diputuskan orangtua, yang merasa paling
tahu, dan paling mengerti tentang anaknya. Pola asuh permisif lebih menerapkan
model pengasuhan yang lebih banyak memberikan kebebasan kepada anaknya dan
kurang mengontrol. Arahan maupun bimbingan kurang dilakukan. Anak melakukan
apapun juga sesuai hatinya. Sementara pola asuh demokratis, orangtua ada memberi
kebebasan akan tetapi disertai arahan dan bimbingan orangtua. Orangtua banyak
berdialog dan berembuk dengan anaknya untuk mengambil keputusan, sehingga anak
belajar bertanggung jawab, mandiri, dan dewasa.
Pola asuh orangtua Kristen adalah segala
sikap, didikan, latihan, serta segala perlakuan yang dibuat oleh orangtua
terhadap anaknya dengan didasari oleh spritualitas, dasar iman, serta cara
hidup praktis keluarga kristiani, sehingga anak bertumbuh, berkarakter, dan
berbuah manis di hadapan Tuhan. Pola asuh orangtua Kristen di dasarkan kepada
Firman Allah , sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab (Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru). Orangtua bertanggung jawab untuk memberi asuhan dan
didikan kepada anak mereka serta mempersiapkan mereka untuk hidup berkenan
kepada Allah(Ams
4:1-4; 6:20). Yang terutama bertanggung jawab memberikan didikan
rohani kepada anak-anak adalah keluarga, bukan gereja atau sekolah Minggu. Gereja
dan sekolah Minggu hanya membantu didikan dari orang-tua. Inti pengasuhan Kristen ialah hati Bapa harus
berpaling kepada hati anaknya agar dapat membawa anak itu kepada hati Juruselamat.
Di tengah pesatnya perkembangan zaman sekarang ini,
sering kali keluargalah yang mendapat dampak paling signifikan. Ada banyak
orangtua , khususnya di kota-kota besar - karena kesibukan panggilan pekerjaan,
usaha, maupun minat dan hobi - hampir tidak mempunyai waktu yang cukup buat
anak-anaknya. Sekalipun sekarang ini sudah semakin banyak orangtua sadar untuk
menerapkan quality time bagi anaknya. Namun hal itu belumlah menjadi suatu
gerakan nasional. Masih terbatas komunitas atau perorangan. Sehingga secara
pribadi saya sangat khawatir dengan perkembangan yang tidak sehat ini. Kualitas
keharmonisan keluarga Kristen ada semakin rapuh. Ada semakin banyak anak dalam
keluarga kekurangan kasih sayang, kurang perhatian dan perlindungan. Semakin
banyak keluarga yang brokenhome, KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga),pisah ranjang,
bahkan bercerai dan menikah lagi. Maka anaklah menjadi korban keegoisan
orangtua. Sehingga muncullah istilah singgle parent atau orangtua tunggal.
Banyak terjadi diakibatkan perceraian, tapi juga karena pasangan telah terlebih
dahulu meninggal.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif,
khususnya dengan metode deskriptif dan menggunakan sumber literatur (pustaka)
yang ada berkenaan dengan pola asuh orang tua Kristen di masa pandemi.
HASIL
DAN PEMBAHASAN/ISI
Mengenal Pandemi
Covid-19
Covid-19
adalah pandemi wabah virus yang kini dihadapi oleh dunia, termasuk Indonesia.
Wabah ini adalah sejenis virus baru dalam golongan kelompok virus SARS dan
MERS. Kekhawatiran dunia akan wabah virus ini diakibatkan karena penyebarannnya
yang luar biasa cepat. Tak hanya masalah kesehatan yang terkena
akibat dari bencana ini yang mengakibatkan jutaan orang di seantero dunia
terpapar sakit dan mati, tetapi juga terjadi masalah ekonomi, psikis, dan
masalah sosial kemasyarakatan .World Health Organization (WHO)
sendiri telah menetapkan penyakit akibat virus ini sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020 oleh
Dr.Tedros Adhanom Ghebreyesus, WHO’s Director-General.[1] Artinya, penularan dan ancamannya telah melampaui batas-batas antar negara .
Penularan virus ini sungguh sangat cepat dan berdampak luas. Seperti malaikat
maut pencabut nyawa, virus covid 19 ini menyebar kemana-mana. Pemerintah pusat
dan daerah telah mengeluarkan banyak kebijakan demi memutus penyebaran
Covid-19. Banyak negara atau kota besar menerapkan kebijakan lockdown.
Indonesia sendiri menerapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)
di mana masyarakat dibatasi ruang geraknya. Bandara ditutup, terminal bus
maupun pelabuhan ditutup. Sekolah maupun universitas diliburkan dan mereka
belajar di rumah menerapkan model pembelajaran online (daring) maupun offline.
Kantor-kantor pemerintah maupun swasta pun sempat ditutup. Pergerakan
masyarakat dibatasi, sehingga perjalanan mudik dalam rangka silaturahmi karena
Idul Fitri pun dilarang. Gedung gereja
yang megah tempat kita bersekutu harus tutup, kita diharuskan ibadah keluarga
di rumah saja. Kekhawatiran besar sedang melanda kita. Ribuan orang sudah
meninggal dunia. Pandemi yang kita sedang hadapi bukan hanya musibah tentang
kesehatan saja, tetapi juga masalah ekonomi dan sosial di lingkungan
masyarakat. Masalah ekonomi yang dimaksud seperti PHK massal yang diakibatkan
kebijakan pemerintah atas PSBB dan pembatasan lainnya.
Survey dilakukan oleh Snapcart
pada 17-28 Maret 2020 melibatkan 2000 laki-laki dan perempan berumur 15-50
tahun di 8 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
Medan, Palembang, Makassar, dan Manado) . Survei ini untuk melihat seberapa
besar dampak pandemi virus corona covid 19 terhadap gaya hidup orang Indonesia.
Hasil survei menunjukkan pandemi virus corona berdampak terhadap kehidupan sosial masyarakat. Sebanyak 48 persen
responden mengaku kehidupan sosialnya
terganggu, faktor karier atau pekerjaan 45 persen, berubahnya rencana perjalanan atau liburan 42 persen, kehidupan beragama 32 persen [2]
Apa dampak pandemi covid 19 terhadap
keluarga dan gereja ?
Pendemi covid 19, telah berdampak luas dalam
kehidupan masyarakat kita. Secara khusus di masyarakat kristiani, banyak jemaat
sekarang ini merindukan dapat beribadah bersama di gereja. Hal ini juga terjadi
pada gereja-gereja, di mana sejak akhir Maret 2020 tidak lagi melaksanakan
ibadah yang bersifat pengumpulan umat; tidak ada lagi ibadah di gedung gereja.
Ibadah gereja mulai dialihkan secara digital, melalui teknologi live streaming.
Semua itu bertujuan untuk berpartisipasi dalam menghambat laju penularan
Covid-19 yang bisa terjadi melalui kontak fisik [3].Kalau selama ini
pusat pergerakan ibadah kita ada di gereja, namun sejak Maret 2020 lalu,
pertemuan ibadah di gereja sementara ditutup, persekutuan ibadah keluarga
sektor-sektor ditutup, persekutuan STM (Serikat Tolong Menolong) ditutup.
Pesta-pesta adat , resepsi, gedung pertemuan, wisma adat,hotel-hotel juga
banyak ditutup. Bahkan kalau ada
keluarga yang sakit di rumah sakit, ataupun meninggal dunia, kita tidak berani
membezuknya, karena takut terpapar covid 19. Perkunjungan kita kepada keluarga,
teman, atau sahabat pun ditiadakan, karena takut membawa virus. Tidak ada lagi
sementara ini pulang kampung karena rindu, sebab di kampung juga melarang
perantaunya pulang. Kecuali mau dikarantina di sana 2 minggu. Kekerabatan kita
sedang diuji. Kita tidak boleh salaman
lagi, apalagi berpelukan dengan teman , cipika cipiki. Harus dijaga jarak 1-2
meter supaya terhindar dari covid 19. Rajin cuci tangan, selalu pakai masker
apabila keluar rumah, rajin olah raga, dan mengkonsumsi makanan yang bergizi,
serta hindari stres, adalah pola hidup yang sangat dianjurkan sekarang ini,
sekalipun sudah masuk ke new era.
Yang perlu dicermati di sini adalah, mulai
bermunculan pelayanan-pelayanan yang terkait dengan digitalisasi. Setiap
pelayanan harus dapat mengaktualisasikan diri dengan eranya[4],
termasuk dengan era digital sekarang ini. Tidak dapat dibayangkan jika keadaan
seperti ini menerpa gereja di masa tahun 1980-an di mana internet masih begitu
asing sekali. Bukankah peristiwa ini dapat dijadikan momentum, karena persoalan
social distancing dapat diatasi dengan virtual meeting ala teknologi digital
melalui aplikasi video conference. Itu satu hal yang harus dilihat sebagai sisi
baik, bahwa gereja menembus batas-batas fisik, hadir dalam ruang yang lebih
luas dan dapat dinikmati oleh siapa saja. Momentum lain adalah munculnya
ibadah-ibadah rumah, yang meng-ingatkan kembali pada masa para rasul, di mana
mereka membangun gereja rumah.
Peran Keluarga Hadapi Pandemi
Covid-19
Pandemi atau wabah global Covid-19 menjadi masalah besar
yang mengejutkan semua pihak. Dampaknya sangat hebat mengenai semua lapisan
masyarakat. Siapa yang bisa berperan dalam penanganan dan pencegahan penyebaran
virus ini? Semua pihak, siapa saja dari unsur pemerintah dan masyarakat.
Bagaiman caranya? Tentu dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Peran keluarga
menjadi menarik untuk dibahas.
Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling bergantungan. (Depkes
RI, 1988). Lina Handayani, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta menyatakan, fungsi
esensial keluarga menjadi sangat terasa dan lebih terasa di masa physical
distancing. Di saat semua orang sangat dibatasi keluar rumah, maka fungsi
keluarga menjadi solusi bagi pemenuhan kebutuhan dasar sebagai makhluk sosial.
Keharmonisan keluarga menjadi salah satu cara untuk mengurangi stress dan tetap
dalam zona kebahagiaan. Bila tidak stress dan tetap bahagia, imunitas terjaga.[5]
Penerapan asuhan keluarga
Kristen
Keluarga Kristen di tengah pandemi ini sekarang ini
tentu juga sangat mengalami kesulitan, bahkan krisis di segala bidang. Stay at
home , work from home, selalu pakai masker, dan rajin cuci tangan, social
distancing, menjadi gaya hidup kita
sekarang. Akibat dari dirumahkanya semua aktivitas kegiatan pekerjaan,
maka proses belajar mengajar anak-anak,
mengerjakan pekerjaan kantor, melakukan bisnis maupun beribadah online. Pada masa pandemi ini sedang terjadi revolusi,
perubahan yang terjadi secara cepat, pada aktivitas sosial masyarakat . Banyak
masyarakat kita gagap dalam menghadapi situasi . Gereja yang selama ini sudah
mapan dalam tradisi pelayanan yang ada, begitu pandemi covid 19 mewabah, juga
banyak tidak siap . Banyak hamba Tuhan maupun para majelis gereja gagap,
bingung, apa yang harus dilakukan. Sejak Maret 2020, gereja tidak lagi bisa
beribadah di gereja. Tidak ada lagi persekutuan secara bersama.Mulailah ibadah online. Pendeta, atau Hamba Tuhan,
beserta beberapa majelis memimpin ibadah secara virtual. Perjamuan kudus juga
secara virtual. Keluarga-keluarga
kristiani juga banyak gagap menghadapi situasi pandemi covid 19 ini. Biasanya
semua anggota keluarga sibuk dengan pekerjaan sendiri. Bapa pergi pagi pulang
sore atau malam untuk berkerja. Ibu juga sibuk di rumah mempersiapkan segala
kebutuhan keluarga, berbelanja, dsb. Anak-anak pergi pagi pulang sore dari
sekolahnya, banyak les tambahan, berdiskusi dengan teman, olah raga, main game
online di warnet. Semua ini stop. Semua harus stay at home. Bapak, ibu, dan anak-anak seharian di rumah saja.
Kalau hari biasanya anak-anak , apalagi sudah remaja tak betah berlama lama di
rumah. Tapi sekarang ini harus. Anak-anak yang terbiasa bermain, olah raga,
lari-lari, ngumpul, ketawa-ketawa bersama teman, jajan bersama, berpelukan
dengan kawan, duduk berdempetan, bahkan kadang bergumul di rerumputan sekolah.
Sekarang, dalam proses belajar mengajar maupun ibadah, semua dilakukan secara
virtual. Aplikasi zoom, google classroom,
WA Grup, Youtube, bahkan TVRI menjadi solusi pembelajaran maupun ibadah paling
efektif di masa covid 19 ini. Menghadapi situasi seperti ini, keluarga
–keluarga kristiani ada yang siap, tapi mungkin lebih banyak yang tidak siap. Penggunaan
teknologi digital dalam melakukan ibadah bukanlah hal yang menghilangkan esensi
ibadah, karena sejatinya gereja merupakan persekutuan, dan persekutuan dibangun
atas dasar iman kepada Yesus Kristus. Gereja rumah pada masa rasul-rasul dapat
diimplikasikan dalam bentuk gereja digital pada masa kini33, masa digitalisasi[6].
Pengasuhan
Orang tua Kristen di Masa Pandemi Covid-19
1. Pulihkan kasih mula-mula
Kasih mula-mula itu adalah berakar pada 3 hal; Pertama,
dasar hubungan kasih suami-istri yang sudah diberkati Tuhan. Hubungan
suami-istri yang selama ini mungkin sudah mulai hambar akibat kesibukan oleh
karena pekerjaan, anak-anak, atau kesibukan bisnis; maka inilah saatnya itu
dipulihkan. Karena setiap hari 24 jam kita bersama, maka lakukanlah
pendekatan-pendekatan yang mencairkan kebekuan itu. Kualitas hubungan kembali
dipulihkan. Kedua, Pemulihan kasih dengan
Tuhan. Dengan merebaknya masa pandemi ini, eksistensi keluarga sebagai gereja semakin diteguhkan.
Persekutuan doa keluarga, serta kesempatan ibadah minggu sekeluarga tentulah
mambawa makna tersendiri. Bapak, ibu, dan anak bersatu hati mengambil tugas
pelayanan. Membawa pujian, memimpin doa, membaca alkitab, atau renungan.
Mendengar khotbah secara online dari pendeta bersama-sama. Tentu dengan
berpakaian ibadah. Bukan menonton khotbah pendeta. Ada persembahan, persembahan
syukur, persembahan persepuluhan. Persembahan ini ditransfer ke rekening
gereja. Hal yang penting dan utama di dalam pelaksanaan ibadah di rumah ialah
jemaat tetap sungguh-sungguh beribadah kepada Allah Tritunggal, menyanyikan
pujian kepada Tuhan, berdoa, dan puncak serta pusatnya ialah mendengarkan
firman Tuhan melalui khotbah secara langsung (live streaming) atau di dalam
bentuk rekaman atau di dalam bentuk cetakan tertulis[7].
Ketiga, Pemulihan
kasih mula-mula terhadap anak. Pada dasarnya semua orangtua mengasihi
anak. Akan tetapi sering terjadi hubungan orangtua dengan anak mengalami pasang
surut. Anak-anak banyak yang nakal, susah diatur, lasak, suka melawan. Oleh
karena itu, orangtua bersifat dingin kasih kepada anak. Kewajiban memberi
nafkah dan mencukupkan kebutuhan anak tetap dilakukannya. Akan tetapi hubungan
tidak mencair, tidak kompak, kurang harmonis. Inilah saatnya semua itu
diperbaharui. Orangtua yang bijaksana melakukan berbagai pendekatan dengan
anaknya agar hubungan mencair. Mulai dari menyiapkan makanan yang dan bergizi,
mengadakan permainan bersama, berolahraga bersama, berjemur bersama, sampai
berkebun bersama. Dan tentunya melalui ibadah-ibadah bersama, saling mendoakan
satu dengan yang lain dalam doa berantai di rumah, Roh Kudus kiranya mengurapi
terjadinya pemulihan itu. Irwnto Berutu & Haris Evan R Siahaan memberi
saran, Setiap anggota berdoa dan memuji
serta menyembah Tuhan …. melalui pertemuan virtual, dengan durasi yang lebih
singkat. Selanjutnya, penyampaian firman Tuhan dalam berbagai format akan lebih
mudah dilakukan[8].
Adalah menjadi tanggung jawab orangtua untuk mendidik
anak dalam Tuhan. Ada 15 langkah yang harus diambil oleh para orang- tua untuk menuntun anak mereka
menuju kehidupan yang saleh di dalam Kristus:1). Menyerahkan anak-anak kepada
Allah (1Sam 1:28; Luk
2:22),2) Mengajar anak-anak agar takut akan Tuhan Ibr
1:9),3). Mengajar anak-anak untuk menaati orang-tua (Ul 8:5; ),4) Melindungi
anak-anak dari berbagai pengaruh jahat (Ams
13:20; 28:7; 1Yoh 2:15-17), 5) Menyadarkan anak-anak
bahwa Allah selalu mengamati dan menilai apa yang mereka lakukan, pikirkan, dan
katakan (Mazm
139:1-12), 6) Membawa anak kepada iman pribadi, pertobatan (Mat 19:14), 7) Menetapkan anak-anak
dalam sebuah gereja rohani " (Mazm
119:63), 8). Mendorong anak untuk tetap hidup terpisah dari
dunia serta bersaksi dan bekerja bagi Allah 2Kor 6:14-7:1, 9). Memberi tahu
anak tentang pentingnya baptisan dalam Roh Kudus (Kis
1:4-5), 10)Mengajarkan anak-anak bahwa Allah mengasihi
mereka (Luk
1:13-17). Tiap hari anak diajarkan Firman Allah (Ul 4:9; 6:5-7; ), 12).
Mendorong anak hidup bertekun dalam doa
melalui teladan dan nasihat, (Kis
6:4; Rom 12:12), 13) Mempersiapkan
anak menderita dan dalam mengalami
penganiayaan oleh sebab kebenaran (Mat 5:10-12), 13). Berdoa syafaat untuk
anak(Ef
6:18; ). Memiliki kasih
dan kepedulian untuk anak-anak[9]
Kesabaran dalam mengasuh
anggota keluarga
Di tengah pandemi ini, tingkat stres, dan emosional
keluarga pada umumnya semakin tinggi. Hal itu dilatarbelakangi terjadinya
krisis diberbagai dimensi kehidupan kita. PHK terjadi besar-besaran,
perekonomian merosot, kriminalitas semakin merajalela, kekhawatiran akan virus
covid 19, membuat para orangtua dan dewasa lainnya semakin stress. Belum lagi anak-anak
riuh di rumah. Tugas PR nya banyak, dan ibu atau bapak harus banyak
menggantikan peran guru di sekolah. Ada banyak
orangtua sangat kewalahan membantu PR anaknya. Sementara tuntutan dari
sekolah, setiap PR harus dikerjakan, dan segera dikirim secara online. Pulsa
internet untuk program belajar ini sangat menyedot keuangan keluarga, belum
lagi harus bayar uang sekolah atau komite setiap bulan. Sekolah swasta menuntut
demikian, karena guru dan pegawai harus mendapat gaji juga, karena mereka
mengajar secara virtual juga.Demikian juga di sekolah negeri hampir tidak jauh
beda. Sebab banyak sekolah negeri sekarang ini harus mempekerjakan guru honor,
akibat tidak mencukupi guru berstatus
ASN, di mana dari uang komitelah dianggarkan honor mereka.
Tambahan lagi, karena anak seharian di rumah,
kelasakan dan keributan mereka biasanya di sekolah, sekarang ini di rumah terjadi. Rumah bisa berubah menjadi
seperti kapal pecah. Riuh rendah teriakan, tertawa, bunyi mainan, suara TV,
musik, dll. Bapak dan terlebih Ibu, harus memiliki kesabaran yang tinggi
menghadapi semua ini. Mengutip pesinetron, “ butuh kesabaran tingkat dewa”. Tapi kesabaran yang seperti itu
menjadi tiang dalam pengasuhan orangtua kristen di masa pendemi ini terhadap
anak-anak mereka. Sehingga ada terlontar ungkapan seorang ibu, “ ternyata
menjadi guru bagi anak-anak itu tidak mudah”. Situasi pandemi ini rupanya
menyadarkan para orangtua, betapa sulitnya mendidik anak di sekolah.
Imunitas tubuh
dengan asupan vitamin
Di tengah situasi
menghadapi pandemi covid 19 ini, sampai
sekarang belum ditemukan obat penangkalnya. Para medis selalu mendorong setiap
anggota keluarga mempertahankan dan meningkatkan antibodi setiap individu agar
tubuh mampu melawan apabila terpapar
virus covid 19. Selain itu, setiap anggota keluarga harus saling
mengingatkan dan memberi teladan dalam perilaku hidup bersih dan sehat.
Keluarga menyediakan sarana untuk hidup
bersih dan sehat, yaitu dengan menyediakan sabun, air bersih, desinfektan, sirkulasi udara terjaga dengan
baik. Keluarga hendaknya mengusahakan pemenuhan gizi seimbang. Makanan
yang bergizi tidak harus mahal. Sayur
dan buah yang murah meriah. Pilih sayur dan buah yang sedang musim sehingga
lebih mudah didapat dengan harga lebih terjangkau. Keluarga juga membiasakan
berolah raga dan aktivitas fisik. Olah raga ringan dan murah dapat
dilakukan di rumah, seperti senam dan naik turun tangga. Berada di rumah tidak
identik dengan bermalas-malasan.[10]
Tetap berbagi kasih, sebagai model asuhan
keteladanan bagi anak-anak
Saat pandemi covid 19 masih melanda Indonesia, bahkan
lebih dari 129 negara di dunia, krisis terjadi di mana-mana. Tentunya, hal ini
menjadi sebuah persoalan teologis yang serius dan membutuhkan langkah-langkah
yang tepat dalam menyikapinya[11]. Tak terelakkan,
krisis ekonomi paling terasa berdampak. Seperti diberitakan, dampak covid 19,
pemerintah pusat maupun daerah yang ada di zona merah mengambil kebijakan PSBB,
dengan menerapkan protokoler kesehatan secara ketat untuk memutus penyebaran
virus tersebut. Pemerintah menutup atau membatasi transportasi darat,laut, dan
udara. Bandara ditutup. Hotel-hotel dan tempat hiburan harus tutup. Perusahaan
maupun kantor-kantor pemerintah menerapkan work
from home , sekolah hingga universitas diliburkan dan belajar secara jarak
jauh dengan online. Kebijakan ini mengakibatkan, semua orang harus tinggal di
rumah, memakai masker, sering cuci tangan, dan harus mengatur gizi untuk
keluarga. Krisis ekonomi terjadi di mana-mana. Banyak perusahaan tutup,
karyawannya di rumah. Puluhan ribu buruh mengalami gelombang PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja). Hal ini tentu memunculkan kesulitan-kesulitan baru yang
berdampak kepada lemahnya ketahanan keluarga. Masyarakat bawah (grasroot)
paling merasakan dampak pandemi ini. Para petani, buruh tani, nelayan kecil,
karyawan di dunia hiburan, karyawan hotel maupun supir angkot dan ojol (ojek
online) sangat mengeluhkan sulitnya membutuhi kehidupan masa pandemi ini. Tidak heran kalau banyak orang harus banting
setir, dalam pekerjaannya. Dari supir perusahaan atau perhotelan, sekarang
mencoba tanaman hidroponik di pekarangan rumah. Para karyawan enterteiner,
banyak beralih pekerjaan menjadi reseller, membuka usaha online, ikut MLM, atau
membuat pelatihan-pelatihan dengan memanfaatkan IT, seperti webiner, diklat
virtual.
Melihat kondisi ekonomi masyarakat semakin merosot,
semakin banyak pengangguran, kemiskinan makin signifikan. Oleh karena itu,
masyarakat harus ditumbuhkan sikap kegotongroyongan. Keluarga-keluarga
kristiani hendaknya bisa memanfaat situasi covid ini untuk berbagi kasih kepada
keluarga atau individu yang teradampak covid
19. Dan saat-saat berbagi kasih itulah, anak-anak kristiani perlu
menyaksikan dan dilibatkan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya.
Sehingga nilai-nilai solidaritas, semangat rela berkorban dan berbagi kasih,
perduli dengan orang lain, mengasihi sesama, kiranya semakin tertanam dalam
benak mereka. Bahwa sekalipun kesulitan yang berasal dari covid 19 sedang
melanda, tetapi semangat mengasihi dengan berbagi kasih tetap bergelora, agar
kita semakin diberkati.
KESIMPULAN
Masa pandemic covid-19 yang dihadapi sekarang ini
membawa dampak luas dalam masyarakat, baik ekonomi, social, kerohanian,termasuk
di dalam ketahanan keluarga dalam menjaga dan mewujudkan asuhan yang baik dalam
keluarga. Keluarga-keluarga kristiani , ditantang untuk menyikapi secara kratif
dampak pandemic ini sehingga bisa bertahan, bahkan bisa melangkah maju, jangan
sampai pengasuhan kepada anak-anak terabaikan. Oleh karena itu, hal -hal yang
sangat perlu dilakukan keluarga-keluarga kristiani dalam pengasuhan kepada
anak-anak adalah : 1.Pulihkan kasih
mula-mula yang berakar pada 3 hal;
Pertama, dasar hubungan kasih suami-istri yang sudah diberkati
Tuhan. Kedua, Pemulihan kasih setia kepada Tuhan. Ketiga, Pemulihan kasih
mula-mula terhadap anak. 2. Bapak dan ibu diharapkan memiliki Kesabaran dalam mengasuh anggota keluarga. Kesabaran dimaksud layaknya “ kesabaran tingkat dewa”. Tapi kesabaran
yang seperti itu menjadi tiang dalam pengasuhan orangtua kristen di masa
pendemi ini terhadap anak-anak mereka. 3. Imunitas
tubuh dengan asupan vitamin. Keluarga
menyediakan sarana untuk hidup bersih dan sehat, yaitu dengan
menyediakan sabun, air bersih, desinfektan,
sirkulasi udara terjaga dengan baik. Keluarga hendaknya
mengusahakan pemenuhan gizi seimbang. 4. Tetap berbagi kasih, sebagai model asuhan keteladanan
bagi anak-anak.Melihat kondisi ekonomi masyarakat
semakin merosot, semakin banyak pengangguran, kemiskinan makin signifikan. Oleh
karena itu, masyarakat harus ditumbuhkan sikap kegotongroyongan.
Keluarga-keluarga kristiani hendaknya bisa memanfaat situasi covid ini untuk
berbagi kasih kepada keluarga atau individu yang teradampak covid 19. Dan saat-saat berbagi kasih itulah,
anak-anak kristiani perlu menyaksikan dan dilibatkan, baik dalam perencanaan
maupun pelaksanaannya. Sehingga nilai-nilai solidaritas, semangat rela
berkorban dan berbagi kasih, perduli dengan orang lain, mengasihi sesama,
kiranya semakin tertanam dalam benak mereka.
DAFTAR RUJUKAN
alkitab.
sabda.org,penjelasan tafsiran ayat. diakses 30/6/2020
Amtiran , Abdon “Pandemi Covid-19 dan Implikasinya
terhadap Polarisasi Mazhab Teologi di Indonesia”. MAGNUM OPUS: Jurnal
Teologi dan Kepemimpinan Kristen, Vol 1, No 2 (Juni 2020)
Berutu , Irwanto, Siahaan , Harls Evan R. “Menerapkan
Kelompok Sel Virtual di Masa Pandemi Covid-19”. SOTIRIA (Jurnal Theologia
dan Pendidikan Agama Kristen), Vol 3, No 1, Juni2020
Dwiraharjo , Susanto ,”Konstruksi Teologis Gereja Digital:
Sebuah Refleksi Biblis Ibadah Online di Masa Pandemi Covid-19”. EPIGRAPHE:
Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani; Vol 4, No. 1 (Mei 2020)
Irwan Widjaja, Fransiskus dkk, “Menstimulasi Praktik
Gereja Rumah di tengah Pandemi Covid-19” KURIOS (Jurnal Teologi dan
Pendidikan Agama Kristen), Vol. 6, No. 1, April 2020
Saputra , Eka Yudah, “WHO Tetapkan COVID-19 Sebagai Pandemi, Apa
Maksudnya?,” Tempo, accessed March 20, 2020,
https://dunia.tempo.co/read/1318511/who-tetapkan-covid-19-sebagai-pandemi-apa-maksudnya/full&view=ok.
https://www.liputan6.com/bola/read/4225707/riset-tunjukkan-gaya-hidup-orang-indonesia-berubah-karena-virus-corona-covid-19, diakses 29/6/2020
Pelayanan Kristiani 1, no. 1 (2017): 23–38,
www.stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/epigraphe.
https://www.suaramerdeka.com/news/opini/228739-peran-keluarga-hadapi-pandemi-covid-19,
diakses 29/6/20
Rafflesia, 6/2 (April 2020) P-ISSN: 2356-4547
https://s.id/Man_Raf E-ISSN: 2721-0006
Siahaan, Harls Evan R. “Aktualisasi Pelayanan Karunia Di Era
Digital,” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan
(https://www.redaksi9.com/read/1974/Strategi-Keluarga-dalam-Hadapi-Pandemi-Covid-19.html, diakses 29/6/20)
Silitonga , Roedy , “Respon Gereja Atas Pandemik
Coronavirus Disesasi 2019 Dan Ibadah di Rumah . Manna
[1] Eka Yudah Saputra, “WHO
Tetapkan COVID-19 Sebagai Pandemi, Apa Maksudnya?,” Tempo, accessed
March 20, 2020,
https://dunia.tempo.co/read/1318511/who-tetapkan-covid-19-sebagai-pandemi-apa-maksudnya/full&view=ok.
[2]
https://www.liputan6.com/bola/read/4225707/riset-tunjukkan-gaya-hidup-orang-indonesia-berubah-karena-virus-corona-covid-19,
diakses 29/6/2020
[3]
Susanto Dwiraharjo ,”Konstruksi Teologis Gereja Digital: Sebuah Refleksi Biblis
Ibadah Online di Masa Pandemi Covid-19”. EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan
Pelayanan Kristiani; Vol 4, No. 1 (Mei 2020)
[4]
Harls Evan R. Siahaan, “Aktualisasi Pelayanan Karunia Di Era Digital,” EPIGRAPHE:
Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 1, no. 1 (2017): 23–38,
www.stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/epigraphe.
[5]
https://www.suaramerdeka.com/news/opini/228739-peran-keluarga-hadapi-pandemi-covid-19, diakses 29/6/20
[6]
Fransiskus Irwan Widjaja dkk, “Menstimulasi Praktik Gereja Rumah di tengah
Pandemi Covid-19” KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen),
Vol. 6, No. 1, April 2020
[7]
Roedy Silitonga , “Respon Gereja Atas Pandemik Coronavirus Disesasi 2019 Dan
Ibadah di Rumah . Manna Rafflesia, 6/2 (April 2020) P-ISSN: 2356-4547
https://s.id/Man_Raf E-ISSN: 2721-0006
[8]
Irwanto Berutu, Harls Evan R. Siahaan, “Menerapkan Kelompok Sel Virtual di
Masa Pandemi Covid-19”. SOTIRIA (Jurnal Theologia dan Pendidikan Agama
Kristen), Vol 3, No 1, Juni2020
[9]
alkitab. sabda.org,penjelasan tafsiran ayat. diakses
30/6/2020
[10]
(https://www.redaksi9.com/read/1974/Strategi-Keluarga-dalam-Hadapi-Pandemi-Covid-19.html,
diakses 29/6/20)
[11]
Abdon Amtiran, “Pandemi Covid-19 dan Implikasinya terhadap Polarisasi Mazhab
Teologi di Indonesia”. MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan
Kristen, Vol 1, No 2 (Juni 2020)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar