Senin, 07 Agustus 2017

LANSIA DALAM BINGKAI PELAYANAN PAK



LANSIA DALAM BINGKAI PELAYANAN PAK
Oleh : Dr Albet Saragih,MA.,MPd.K[1]*

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan nasional adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk usia lanjut terus meningkat dari tahun ke tahun. Penduduk lanjut usia yaitu yang berusia lebih dari 60 tahun tumbuh dengan sangat cepat ,bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Perkirakan Komnas Lansia bahwa mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia, sudah terjadi[2].  Crimmins melaporkan bahwa dalam dekade abad 21 ini terjadi kecenderungan peningkatan usia harapan hidup yang cukup besar, hal ini disebabkan terjadi penurunan angka kematian sekitar 1% dalam setiap tahunnnya pada lansia.[3]Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah memicu timbulnya berbagai perubahan dalam masyarakat, dengan meningkatkan angka harapan hidup.
I. Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.Lansia (Lanjut Usia) adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian.[4]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Lansia berasal dari dua kata yaitu lanjut dan usia yang berarti berumur atau berusia panjang.[5] Akan tetapi secara biologis, penduduk Lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan olehterjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ pada tubuh.
Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap pensiun. Pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Perubahan yang terjadi pada lansia antara lain: Perubahan jasmani , perubahan pada sistem saraf , perubahan panca indera , perubahan intelektual, perubahan emosional , perubahan sosial,  perubahan kehidupan keluarga, dan perubahan spiritual[6].
Ricard Morgan menyebutkan bahwa masa Lansia sering menimbulkan kekuatiran hidup yang sangat dalam, hal ini disebabkan karena masa tua adalah masa semakin menurunnya daya tahan dan kemampuan fisik dan psikis sehingga dia mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi akan orang lain[7]. Pada saat seseorang memasuki masa tua banyak orang yang belum siap untuk menerimanya. Ini terlihat kebanyakan orang yang menjadi gelisah ketika mereka berumur 60 tahun, karena di usia ini tanda-tanda usia tua seperti kerut diwajah, rambut yang memutih, gangguan kesehatan dan berkurangnya tenaga menjadikan mereka merasa dirinya tidak seperti dulu lagi.Demikian juga ada orang yang menolak kenyataan bahwa mereka sudah memasuki usia tua dengan berpakaian dan bertingkah laku seperti orang muda. Ada pula orang yang menjadi acuh tak acuh pada penampilanya dan menghadapi kenyataan tersebut dengan keluh kesah.
Dari buku “Memahami Krisis Lanjut Usia”[8] mencatat tentang krisis kemunduran fungsi organik sebagai bagian dari keberadaan lansia yang tertertulis dalam Alkitab dalam Kejadian 5: 1-11(tentang umur manusia), Kejadian 12 (tentang usia orang yang lebih mendekati kewajaran, contoh Abraham), Kejadian 47 (tentang Yakub di masa tuanya) dan Ul 34:7 (tentang Musa), Mazmur 90:10, Pengkhotbah 12:1; 1 Samuel 12:2, Mazmur 71:18.  Perubahan yang terjadi pada lansia sepenuhnya didukung oleh pemaparan Alkitab. Dalam hal ini Alkitab juga mendukung akan perubahan yang terjadi pada lansia sebagai suatu fase yang harus dilalui sebagi berkat Tuhan.


Data Lansia Indonesia
·         Menkes Nafsiah Mboi pada pembukaan Launching Pengembangan Program Peduli Lanjut Usia di Jakarta Maret 2013 mengakui bahwa kementerian belum memiliki data yang memadai masalah kesehatan pada lanjut usia karena survei dan penelitian yang terkait dengan lanjut usia masih sangat terbatas.
·         Hasil Sensus Penduduk tahun 2010: Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni 18,1 juta pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk.
·         Umur Harapan Hidup (UHH) manusia Indonesia tahun 2014 diharapkan meningkat dari 70,6 tahun pada 2010 menjadi 72 tahun pada 2014.
·         Proyeksi Bappenas jumlah penduduk lansia 60 tahun atau lebih akan meningkat dari 18.1 juta pada 2010 menjadi dua kali lipat (36 juta) pada 2025.
·         Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007: pola penyakit pada lansia terbanyak adalah gangguan sendi kemudian diikuti oleh hipertensi, katarak, stroke, gangguan mental emosional, penyakit jantung dan diabetes mellitus. (Menkes RI, http://goo.gl/i40e0)
·            Sekitar 2,8 juta orang Lansia yang masih terlantar di Indonesia dari sekitar 20 juta orang Lansia.[9]
·            Data lansia Indonesia 2016:  Berdasarkan data Kementerian Sosial (Kemensos) dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 jiwa yang masuk kategori lansia berjumlah 18.043.717 jiwa. Kategori lansia tidak terlantar berjumlah 10.533.831 jiwa, rawan terlantar 4.658.280 jiwa dan terlantar 2.851.606 jiwa.
·            Dari hasil sensus penduduk yang dilaksakan oleh BPS menunjukan pada tahun 2000,  usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 tahun dari populasi lanjut usia yang di perkirakan 17 juta orang . Pada tahun 2020 jumlah penduduk lansia Indonesia diproyeksikan mencapai  11,34 persen pada tahun 2020, 28 juta orang yang berusia 71 tahun [10].
·            Menjelang tahun 2050 , jumlah warga Lansia akan melonjak menjadi 2,02 miliar atau 21 persen jumlah penduduk dunia. Di puluhan negara, termasuk sebagian besar negara Eropa Timur, jumlah warga berusia di atas 60 tahun akan melebihi 30 persen populasi dunia.  Perubahan komposisi penduduk lanjut usia menimbulkan berbagai kebutuhan  baru yang harus dipenuhi , sehingga dapat pula menjadi permasalahan yang komplek bagi lanjut usia ,baik sebagai individu ,keluarga maupun masyarakat.[11]
Tidak mudah menghabiskan masa tua di Indonesia. Hal itu diakibatkan ketiadaan sistem jaminan sosial membuat kesejahteraan warga Lansia di Indonesia amat rendah. Menurut laporan HelpAge International (satu lembaga nirlaba yang bermarkas di London) sekaitan dengan Hari Warga Lanjut Usia Internasional 1 Oktober 2014 , mengeluarkan suatu Indeks Warga Lanjut Usia Global (Global AgeWatch Index) yang melakukan survei tentang negara ternyaman di dunia bagi kaum lansia tahun ini menempatkan Indonesia pada urutan 71 dari 96 negara yang disurvei. Indonesia jauh di bawah  Thailand (ke-36), Philipina (ke-34), dan Vietnam (ke-45).[12]Singapura dan Malaysia negara yang nyaman untuk lansia di Asia Tenggara. Negara nomor satu yang menjamin para orang tua itu adalah Norwegia. Negara buat orang tua paling sengsara yaitu Afghanistan. Menjadi tua di Indonesia tidak mudah karena buruknya jaminan pendapatan, layanan kesehatan, layanan pendidikan/pekerjaan, dan lingkungan yang mendukung.[13] Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Harapan hidup untuk warga Indonesia  setelah melewati usia 60 tahun adalah 18 tahun, dengan harapan hidup sehat selama 14,3 tahun . Hanya 8,1 persen warga di atas 65 tahun yang punya pensiun. Rendahnya warga punya pensiun karena mayoritas warga bekerja di sektor informal yang tak punya jaminan pensiun. Sebagian warga masih menganut nilai dan filosophi merawat orangtua . Nilai itu membuat indeks dukungan lingkungan bagi warga lanjut usia di Indonesia tinggi.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Lanjut usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukkan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 60 tahun sampai meninggal[14]. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. WHOmenggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
v  Lansia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
v  Lansia (elderly) 60 -74 tahun,
v  Lansia tua (old) 75 – 90 tahun
v  usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. [15]

II.                Tantangan
Menjadi tua adalah pilihan bukan nasib, demikian menurut Romo Endaryono[16] ketika memberi pencerahan di Adi Yuswa MBK. Motivator Dr. Paul Yosopandoyo bahwa sebelum menjadi tua itu perlu persiapan agar nanti di masa tua bisa seperti Sunset, matahari menjelang senja yang indah dipandang dari sudut mana saja. Ini pandangan sangat ideal. Namun kenyataannya menjalani masa tua di Indonesia itu ternyata tidak mudah.
Kemensos juga mencatat terdapat 1,8 juta jiwa Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) ` unregister` dan dipastikan akan mendapatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)[17].Dalam rangka untuk memberikan perlindungan dan jaminan pelayanan sosial bagi kalangan lanjut usia (lansia) dilakukan melalui pendekatan
a.        panti (day care)
b.      nonpanti (home care)
Pelayanan kepada mereka itu merupakan keharusan yang dilakukan pemerintah.Mensos berharap, kaum jompo atau orang lansia tidak dikirim ke panti. Kaum jompo atau orang lanjut usia sepenuhnya menjadi tanggung jawab keluarga. "Kehadiran para lansia di panti lansia merupkan opsi terakhir. Sebab, tetap sepenuhnya tangung jawab berada di dalam keluarga," demikian kata Mensos Khofifah Indar Parawansa.
Budaya timur, lansia  dirawat keluarga seperti anak, cucu, sanak saudara bahkan kerabat . Ikut membantu memelihara dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Perhatian dan pertolongan keluarga sangatlah dibutuhkan oleh lansia dalam menjalani masa tuanya. Perhatian dan pertolongan keluarga bukan saja karena lansiamembutuhkannya, juga  sudah seharusnya setiap anak harus memperhatikan dan memelihara orang tuanya. (Kel 20:12). Semua ini dilakukan bukan hanya  senang hati, juga dengan rendah hati dan penuh hornat sambil menyadari, kita melakukannya di hadapan Allah [18].
Dengan terjadinya pertumbuhan pesat jumlah Lansia di negeri kita, yang berdampak ke berbagai aspek,  harus disikapi dengan bijaksana. Gereja maupun lembaga-lembaga Kristen lainnya tidak bisa berdiam diri.Tidak cukup hanya berdoa dan menghiburkan. Tapi harus ada aksi nyata yang bersifat strategis.
III.             PERAN  PAK
1.      Defenisi
PAK adalah usaha gereja untuk membina kehidupan iman dari anggota-anggotanya dan semua orang yang dipercayakan kepada pemeliharaan gereja dari semua golongan umur dengan berbagai cara dan bentuk, misalnya dengan pengajaran dan latihan keterampilan demi terwujudnya iman Kristen dalam kehidupan mereka[19].
Menurut rumusan Redaksi PAK PGI:  PAK adalah usaha sengaja gereja untuk menolong orang dari semua golongan umur yang dipercayakan kepada pemeliharaannya untuk menjawab penyataan Allah dalam Yesus Kristus, Alkitab dan kehidupan Gereja, supaya mereka di bawah pimpinan Roh Kudus dapat diperlengkapi guna melayani Tuhan di tengah-tengah keluarga, gereja, masyarakat, dan dunia alam.[20]
PAK adalah kegiatan yang berusaha atau bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi (kemampuan)  anak didik (baik anak-anak, remaja, pemuda maupun dewasa-keluarga) kepada ketaatan dan pengabdian kepada Allah dan FirmanNya sesuai dengan ajaran agama Kristen yang berdasarkan Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru).  Ketaatan dan pengabdian mana dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam keluarga, sekolah, tempat bekerja, gereja, jemaat maupun di dalam masyarakat pada umumnya.

Dari rumusan di atas, dapat kita pahami  secara substansial bahwa PAK itu adalah usaha gereja.Artinya pembelajaran PAK itu adalah tanggung jawab sepenuhnya dari gereja sebagai pemegang Amanat Agung Tuhan Yesus  (Mat 28 :19-20), baik pembelajaran PAK yang terlaksana di gereja lokal, di dalam keluarga, maupun konteks masyarakat dan sekolah. Gereja tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawabnya terhadap hal ini. Kalau di Indonesia , pembelajaran PAK menjadi bagian dari Kurikulum Pendidikan Nasional, sehingga dalam pelaksanaannya  pemerintah Indonesia menjadi mitra gereja dalam mewujudkan amanat dimaksud, itu adalah suatu kebaikan yang kita syukuri.

2.      PAK atau PWG

Sejak tahun 50-an gereja-gereja di Indonesia mengenal dua istilah baru, yaitu PAK (Pendidikan Agama Kristen) dan PWG (Pembinaan Warga Gereja). Itu belum berarti bahwa pengertian di balik kedua istilah itu telah dipahami secara benar. Orang cenderung mengasosiasikan PAK dengan Sekolah Minggu, anak kecil atau pelajaran agama di sekolah. Pengertian PWG pun dipahami secara keliru. Orang mengerti bahwa PWG adalah kursus untuk menjadi “pendeta mini” yang pandai memimpin renungan.
PAK merupakan cabang ilmu “baru” di Indonesia. Mulai dikenal setelah Indonesia merdeka. PAK dalam tradisi berbahasa Inggris disebut Christian Education, atau Christian Religious Education (CRE),  adalah berakar dari tradisi gereja Inggris dan Amerika. Inggris, karena dari sanalah Bapak Sekolah Minggu (Sunday School) Robert Raikers. Akan tetapi pembelajaran PAK berkembang seutuhnya di Amerika, khususnya pada gereja Methodis, Baptis, dan gereja Injili lainnya, Pentakosta dan New Pentakosta yang sering disebut Kharismatik.
Di Indonesia, sejak awal masuknya Badan Misi Protestan adalah berasal dari kawasan Eropa Kontinental, yakni Belanda,  Jerman. Gereja-gereja hasil misi dari Eropa kontinental ini hampir tidak mengenal istilah PAK. Tapi justru yang dikembangkan dalam pengajaran kepada kedewasaan gereja lokal adalah Pembinaan Warga Gereja (PWG). Itulah sebabnya , sejak dari awal mula berdiri sekolah-sekolah Teologi di bumi Nusantara , mata kuliah PWG sudah menjadi bagian dari kurikulumnya. Tujuannya tentu memperlengkapi para calon pendeta supaya mendewasakan jemaat (Ef 4:11-12)
Pendidikan Agama Kristen atau Christian Religious Education mulai dikenal gereja-gereja di Indonesia, ketika beberapa misionaris gereja-gereja Baptis dan Methodis dari Inggris dan Amerika masuk ke tanah air kita. Antara lain, misi Baptis yang dibawa masuk semasa Sir Jhon Rafless menjadi Gubernur Jenderal Inggris yangg saat itu berpusat di Malacca di mana wilayah kekuasaannya sempat sampaike Nusantara. Utusan Misionaris Baptis yang terkenal tercatat pernah melayani ke Tanah Batak, adalah Burton dan Ward pada tahun 1824. Mereka mundur karena Inggris menarik diri dari Sumatera. Sepuluh tahun kemudian 1834, Misi Baptis Amerika mengutus dua orang missionaris, Munson dan Layman, masuk  lagi ke Tanah Batak , dengan berjalan kaki dari Sibolga menuju Silindung. Di perjalanan itulah, tepatnya di desa Lobu Pining, mereka dibunuh masyarakat setempat. Mereka mati martir. “Darah orang martir menjadi benih gereja” , demikian dinyatakan Bapa Gereja Tertulianus pada abad ke-4. Darah misionaris Baptis menjadi benih , sehingga gereja- gereja Protestan yang bertumbuh dan berkembang besar di Tanah Batak. Terpujilah nama Tuhan.
Gereja – gereja Baptis secara konsisten menerapkan Sunday School. Sekolah Minggu yang benar-benar sekolah pada hari Minggu, di mana kelas-kelas pembelajaran di mulai dari kelas pratama untuk kanak-kanak hingga kelas manula. Ada kurikulumnya, ada kepala sekolah, guru, buku raport, dsb. Tercatat, mantan Presiden Jimmi Carter, walau sudah berusia 80-an tahun masih aktif sebagai guru Sekolah Minggu Baptis untuk kelas Lansia . Berbeda dengan apa yang dikenal Sekolah Minggu pada  umumnya di Indonesia, di mana pada prakteknya Sekolah Minggu itu adalah ibadah Anak-anak.

Dalam pelaksanaan PAK , gereja sebagai pemegang mandat Amanat Agung Tuhan Yesus,  berinsiatif, kreatif, dan inovatif memprakarsai, adanya “ ruang” untuk memperlengkapi setiap orang pecaya dari segala umur, agar mereka  dimampukan mengemban perintah Firman Tuhan  untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus..”(Ef.4:12-13)
 Ada begitu panjang kurun waktu pembelajaran  PAK terhadap seseorang yang percaya,  sejak kandungan hingga Lansia. Tugas PAK adalah mengisi ruang tersebut secara merata dan maksimal. Selama ini dikenal di gereja pelayanan PAK bersifat kategorial. Tapi penekanannya lebih condong kepada  anak,  remaja, dan  pemuda. Sebagai mensikapi tantangan zaman,  gereja perlu mengusahakan terobosan-terobosan  yang kreatif dan inovatif dalam pelayanan PAK ini, sehingga nuansa pemuridan yang menonjol. Dan akan hal pelayanan kategorial tersebut perlu ada diversifikasi, sehingga bukan hanya pembelajaran PAK terhadap anak, remaja dan pemuda dan untukpranikah,  seperti lajimnnya selama ini ada di gereja, melainkan juga  ada  kelas-kelas-kelas pemuridan/pembelajaran PAK untuk memperlengkapi antara lain  :

·         Ibu-ibu  hamil
·         para keluarga muda
·         para keluarga yang menghadapi anak remaja
·         para keluarga yang dalam menghadapi usia pensiun
·         ibu-ibu para janda
·         kelompok-kelompok profesional 
·         kepada para lansia

Untuk menjawab tantangan pembelajaran di atas, maka gereja dalam arti lembaga bersama ahli-ahli di bidang PAK dan Teologi, Psikologi, ahli terkait lainnya, perlu bekerjasama merumuskan kurikulum pembelajarannya  yang tentunya dikembangkan berdasarkan kajian teologisdan philosophis gereja tersebut.
Secara khusus berbicara tentang  pelayanan PAK kepada Lansia adalah urgen ditangani secara trategis, karena sesuai perkembangan pesat jumlah Lansia seiring dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat. Pada prinsipnya pola yang berlaku di tengah-tengah masyarakat Kristen di Indonesia bahwa kehidupan Lansia ditanggungjawabi oleh keluarga. Kehadiran Panti Jompo atau sejenisnya belum menjadi solusi utama. Sebab pada umumnya masyarakat Batak Kristen beranggapan adalah tanggung jawabnya untuk memelihara orangtuanya hingga akhir hidupnya. Kalau ada keluarga yang menitipkan Lansianya ke Panti Jompo, masih ada anggapan bahwa tindakan itu seperti “mambuangkan” orangtuanya. Keluarga itu dianggap tidak menghormati orangtuanya lagi.
Saya percaya, anggapan itu tidak benar. Kehadiran panti jompo atau sejenisnya, yang dikelola dengan berdasarkan kasih Kristus menjadi solusi atas pergumulan Lansia . Ketika Lansia ada bersama keluarga , di mana anak dan cucunya sibuk dengan berbagai bisnis dan pekerjaan lainnya, maka mereka sering mengalami kesepian, merasa terabaikan, tidak ada teman curhat, dsb. Panti, Pos Pelayanan Orangtua Sejahtera, atau paguyuban Lansia, saya percaya bisa menjadi solusi. Para Lansia dalam pertemuan-pertemuan, maupun dalam keseharian mereka di panti , setiap hari ada waktu untuk berbagi cerita dan pengalaman. Masih ada banyak aktivitas yang menghasilkan bisa mereka kerjakan. Menghabiskan usia mereka di dalam takut akan Tuhan adalah hal urgen yang harus kita lakukan. Jangan sampai Lansia meninggal dalam ketidakpercayaan kepada Tuhan sebagai akibat dari ketidakpedulian kita. Di sinilah pelayanan PAK Lansia mengambil peran penting. Setiap warga gereja , atau masyarakat pada umumnya, kiranya perlu diperlengkapi bagaimana mengasuh Lansia dalam presfektif kristiani dan humanis.
Sementara itu, dari sisi pandang akademis, bagi kami PAK Lansia merupakan sambungan dari rangkaian mata kuliah pada Kurikulum S1PAK[21]yang kalau di STTSU terdiri dari :
1.      Pembimbing PAK 1,2             = 4 SKS
2.      PAK Anak 1,2                        = 4 SKS
3.      PAK Remaja/Pemuda 1,2       = 4 SKS
4.      dan PAK dewasa/keluarga.    = 2 SKS
______________
Jumlah = 14 SKS
PAK kepada Lansia pada S1 ,  teorinya tidak dipisahkan dari lingkup PAK dewasa/keluarga. Dalam pembelajaannya, selain teori dan diskusi di kelas, para mahasiswa diperlengkapi dengan pengalaman lapangan melalui praktek mengajar PAK anak, remaja/pemuda di kelas, survey lapangan, maupun  PPL di semester akhir. Sementara mata kuliah PAK Lansia, dimunculkan di S2 Program Magister Pendidikan untuk 2 SKS sebagai suatu kajian.
Mata Kuliah PAK Lansia melakukan kajian  terhadap teori dan masalah-masalah di sekitar pelayanan PAK kepada Lansia (Lanjut Usia) . Kajian terhadap keberadaan Lansia ini akan ditinjau dari berbagai aspek; antara lain dari sisi teologis, filosophis , sosial budaya, psikologis, Konseling pastoral, kesehatan. Dan dilanjutkan dengan bentuk-bentuk pelayanan PAK praktis yang dapat dilakukan kepada para lansia di gereja, masyarakat, maupun dalam konteks keluarga.
Tujuan : Diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi mengkaji, menganalisis, dan melakukan inovasi terhadap  prakasis   pelayanan PAK kepada para manula, baik di gereja, masyarakat, maupun dalam keluarga.
Sebagai sesuatu ilmu yang akademis tapi juga praktis,  PAK Lansia seyogianya terus menerus harus diadakan kajian dan penelitian  mendalam untuk pengembangan ke depan. Pengembangan itu bukan hanya menyangkut kepada pengembangan secara akademis melalui peningkatan prodi maupun program pascasarjana PAK yang tentunya membawa kepada pusaran penelitian-penelitian yang mendalam yang akan tersajikan di jurnal-jurnal nasional terakreditasi secara nasional maupun internasional. Di pihak lain, akan terus dilakukan pengembangan kurikulum PAK, baik di gereja maupun dalam konteks pendidikan nasional. Untuk itu, para praktisi maupun para pakar di bidang PAK hendaknya sehati melakukan terobosan pengembangan  dan kajian teologi, filosophi, kurikulum, pendekatan, strategi, metode , kegiatan pembelajaran serta evaluasinya. Sehingga PAK kiranya semakin membumi di Indonesia.
2.Pendekatan  PAK
Menurut Jack L. Seymour dan Donald E. Miller dalam Contemporery Approaches Christian Education[22],  mengemukakan adanya beberapa pendekatan Pendidikan Agama  Kristen yang biasa berkembang saat ini , yaitu :
Pertama, Pengajaran Agama  Kristen. Tujuannya adalah membantu peserta didik dalam perjumpamaannya dengan tradisi kristiani dan Wahyu Allah untuk memahmi , memikirkan, meyakini dan mengambil keputusan berdasarkan isi pengajarannya. Pendekatan ini menekankan pola belajar  teratur atau terencana.
Kedua, persekutuan dan ibadah. Tujuannya adalah membantu umat untuk memahmi  dan menghayati arti dari menjadi umat Allah dan umat beriman di dalam dunia ini. Strategi belajar mengajar berakar pada kehidupan dan pengalaman mereka sebagai gereja Tuhan.
Ketiga , pengembangan spiritual. Tujuan utama dalam pendekatan ini ialah membantu peserta didik berpartisipasi dalam tradisi imannya, supaya mereka menjadi orang  Kristen yang dewasa. Pembebasan, tujuan pendekatan ini adalah mendorong umat untuk menghayati gaya hidup kristiani dalam upaya bersama-sama mewujudkan perubahan dunia ke arah yang lebih manusiawi.
Keempat,penafsiran, bertujuan untuk membantu sesorang mempelajari keterampilan berkenaan dengan tradisi iman dengan pengalaman nyata kehidupan sehari-hari.[23]
Firman Tuhan: "Mata yang mengolok-olok ayah dan enggan mendengarkan ibu akan dipatuk gagak lemah dan dimakan anak rajawali." (Amsal 31:17) Menghormati orangtua adalah perintah Tuhan; jadi, lakukanlah demi Tuhan!
IV.             Bentuk pelayanan PAK kepada Lansia

1.      Ibadah bersama Lansia
2.      Kunjungan rumah
3.      Doa
4.      Pembagian traktat atau panduan doa dan renungan
5.      Kunjungan dan doa kepada lansia di panti jompo
6.      Pendampingan saat sakit
7.      Membuka Posko persekutuan Lansia
8.      Membuka Posyandu Lansia


Daftar Kepustakaan
1.      Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Komnas Lansia. Jakarta
2.      Crimmins, E.M. 2004. Trends in The Health of the Elderly, Annu. Rev Public Health
3.      Ronald Hutapea, Sehat dan Ceria Diusia Senja: PT Rhineka Cipta, Jakarta, 2005
4.      Tim penyusun KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 2001
5.      Elizabeth Hurlock, B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Eriangga, 1980
6.      Richard L. Morgan., Tetap Ceria di Usia Senja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1999
7.      Hanna Santoso “Memahami Krisis Lanjut Usia” .Jakarta. BPK GM
8.      Haryono,  Jurnal Teologi dan Misi  : “Pendidikan Berkualitas di Geneva “ 2012
9.      John w,santrock. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:erlangga,2002
10.  KOMPAS, Kamis 2,3 Oktober 2014.
11.  John w,santrock. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:erlangga,2002
12.  Robert. R.Boehlke, Eli Tanya, Sumbangan Pemikiran Ramdolp Crump Miller di bidang PAK Bagi Gereja-gereja di Indonesia.
13.  Kurikulum Nasional 2003
14.  Jack L. Seymour dan Donald E. Miller .Contemporery Approaches Christian Education
15.  M.S.E. Simorangkir., Buku Konkord, Konfesi Gereja Lutheran, Jakarta: BPK-GM, 2004
16.  Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus Penduduk 2010,http://demografi.bps.go.id/proyeksi/index.php/proyeksi-penduduk2/dataproyeksi2
20.  http://Lanjut usia Indonesia.go.id. tanggal 24/09/2014
22.  (Arhttp://news.okezone.com/read/2016/06/02/337/1404941/pemerintah-tangani-warga-lansia-melalui-dua-pendekatan?page=2i), diakses 3 juni 2016


[1] Penyaji adalah Ketua Prodi PAK S1, dan dosen Pascasarjana (S2,S3) di STT Sumatera Utara. Selain mengajar  di Pascasarjana STT Pelita Kebenaran Medan, STT Renatus Pematang Siantar, STT REAL Batam, STT Injili Humble di Bengkayang, Kalbar; juga menjadi gembala sidang di GPIBI Syalom Medan-Pancurbatu; serta menjabat pengurus Badan Pimpinan Pusat GPIBI.
[2] Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Komnas Lansia. Jakarta
[3]Crimmins, E.M. 2004. Trends in The Health of the Elderly, Annu. Rev Public Health 25:79-98
[4] Ronald Hutapea, Sehat dan Ceria Diusia Senja: PT Rhineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm.32
[5] Tim penyusun KBBI, Jakarta: Baiai Pustaka, 2001, hlm.496
*Makalah ini telah disajikan dalam Panel Diskusi “Christian Religious Education For Senior Adult” (PAK untuk Lansia) yang diselenggarakan Prodi PAK S1,S2, STTSU, Sabtu 11 Juni 2016.
[6]Elizabeth Hurlock, B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Eriangga, 1980, hlm. 396
[7] Richard L. Morgan., Tetap Ceria di Usia Senja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1999, hlm.3
[8] Hanna Santoso “Memahami Krisis Lanjut Usia” .Jakarta. BPK Gunung Mulia
[10] Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus Penduduk 2010,http://demografi.bps.go.id/proyeksi/index.php/proyeksi-penduduk2/dataproyeksi2
[12]KOMPAS, Kamis 2,3 Oktober 2014.
[14] John w,santrock. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:erlangga,2002, hal 193 2 http://Lanjut usia Indonesia.go.id. tanggal 24/09/2014

[17] (Arhttp://news.okezone.com/read/2016/06/02/337/1404941/pemerintah-tangani-warga-lansia-melalui-dua-pendekatan?page=2i), diakses 3 juni 2016
[18]M.S.E. Simorangkir., Buku Konkord, Konfesi Gereja Lutheran, Jakarta: BPK-GM, 2004, blm 505
[19]Robert. R.Boehlke, Eli Tanya, Sumbangan Pemikiran Ramdolp Crump Miller dibidang PAK Bagi Gereja-gereja di Indonesia.
[20] Kurikulum Nasional 2003
[21]Istilah-istilah dan pembagian PAK di atas adalah bersumber dari kurikulum PAK di Perguruan Tinggi Teologi Agama Kristen (PTTAK)  yang dikembangkan pada prodi PAK  di STTSU Medan.

[22]Jack L. Seymour dan Donald E. Miller .Contemporery Approaches Christian Education
[23]Haryono,  Jurnal Teologi dan Misi  : “Pendidikan Berkualitas di Geneva “ 2012