LANSIA DALAM BINGKAI PELAYANAN PAK
Oleh
: Dr Albet Saragih,MA.,MPd.K[1]*
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan nasional
adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin
meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk usia
lanjut terus meningkat dari tahun ke tahun. Penduduk lanjut usia yaitu yang berusia
lebih dari 60 tahun tumbuh dengan sangat cepat ,bahkan tercepat dibanding
kelompok usia lainnya. Perkirakan Komnas Lansia bahwa mulai tahun 2010 akan
terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia, sudah terjadi[2]. Crimmins melaporkan bahwa dalam dekade abad
21 ini terjadi kecenderungan peningkatan usia harapan hidup yang cukup besar,
hal ini disebabkan terjadi penurunan angka kematian sekitar 1% dalam setiap
tahunnnya pada lansia.[3]Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
telah memicu timbulnya berbagai perubahan dalam masyarakat, dengan
meningkatkan angka harapan hidup.
I.
Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah periode
penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh
tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat
fisik dan psikologis yang semakin menurun.Lansia (Lanjut Usia) adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian.[4]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Lansia berasal dari dua kata yaitu
lanjut dan usia yang berarti berumur atau berusia panjang.[5] Akan
tetapi secara biologis, penduduk Lansia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan olehterjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi
sel, jaringan serta sistem organ pada tubuh.
Lansia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Saparinah (1983) berpendapat
bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap
pensiun. Pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau
kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul
perubahan-perubahan dalam hidupnya. Perubahan yang terjadi pada lansia antara
lain: Perubahan jasmani , perubahan pada sistem saraf , perubahan panca indera
, perubahan intelektual, perubahan emosional , perubahan sosial, perubahan kehidupan keluarga, dan perubahan
spiritual[6].
Ricard Morgan menyebutkan bahwa masa Lansia sering
menimbulkan kekuatiran hidup yang sangat dalam, hal ini disebabkan karena masa
tua adalah masa semakin menurunnya daya tahan dan kemampuan fisik dan psikis
sehingga dia mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi akan orang lain[7].
Pada saat seseorang memasuki masa tua banyak orang yang belum siap untuk
menerimanya. Ini terlihat kebanyakan orang yang menjadi gelisah ketika mereka
berumur 60 tahun, karena di usia ini tanda-tanda usia tua seperti kerut
diwajah, rambut yang memutih, gangguan kesehatan dan berkurangnya tenaga
menjadikan mereka merasa dirinya tidak seperti dulu lagi.Demikian juga ada
orang yang menolak kenyataan bahwa mereka sudah memasuki usia tua
dengan berpakaian dan bertingkah laku seperti orang muda. Ada pula orang yang menjadi acuh tak acuh pada penampilanya dan menghadapi kenyataan tersebut dengan keluh
kesah.
Dari
buku “Memahami Krisis Lanjut Usia”[8]
mencatat tentang krisis kemunduran fungsi organik sebagai bagian dari
keberadaan lansia yang tertertulis dalam Alkitab dalam Kejadian 5: 1-11(tentang
umur manusia), Kejadian 12 (tentang usia orang yang lebih mendekati kewajaran,
contoh Abraham), Kejadian 47 (tentang Yakub di masa tuanya) dan Ul 34:7 (tentang
Musa), Mazmur 90:10, Pengkhotbah 12:1; 1 Samuel 12:2, Mazmur 71:18. Perubahan yang terjadi pada lansia sepenuhnya
didukung oleh pemaparan Alkitab. Dalam hal ini Alkitab juga mendukung akan
perubahan yang terjadi pada lansia sebagai suatu fase yang harus dilalui sebagi
berkat Tuhan.
Data
Lansia Indonesia
·
Menkes Nafsiah Mboi pada pembukaan Launching
Pengembangan Program Peduli Lanjut Usia di Jakarta Maret 2013 mengakui bahwa kementerian
belum memiliki data yang memadai masalah kesehatan pada lanjut usia karena
survei dan penelitian yang terkait dengan lanjut usia masih sangat terbatas.
·
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010: Indonesia termasuk
lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni
18,1 juta pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk.
·
Umur Harapan Hidup (UHH) manusia Indonesia tahun 2014
diharapkan meningkat dari 70,6 tahun pada 2010 menjadi 72 tahun pada 2014.
·
Proyeksi Bappenas jumlah penduduk lansia 60 tahun atau
lebih akan meningkat dari 18.1 juta pada 2010 menjadi dua kali lipat (36 juta)
pada 2025.
·
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007: pola penyakit
pada lansia terbanyak adalah gangguan sendi kemudian diikuti oleh hipertensi,
katarak, stroke, gangguan mental emosional, penyakit jantung dan diabetes
mellitus. (Menkes RI, http://goo.gl/i40e0)
·
Sekitar 2,8 juta orang Lansia yang masih terlantar di
Indonesia dari sekitar 20 juta orang Lansia.[9]
·
Data lansia Indonesia 2016: Berdasarkan data Kementerian Sosial
(Kemensos) dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 jiwa yang masuk
kategori lansia berjumlah 18.043.717 jiwa. Kategori lansia tidak terlantar
berjumlah 10.533.831 jiwa, rawan terlantar 4.658.280 jiwa dan terlantar
2.851.606 jiwa.
·
Dari
hasil sensus penduduk yang dilaksakan oleh BPS menunjukan pada tahun 2000,
usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67
tahun dari populasi
lanjut usia yang di perkirakan 17 juta orang . Pada tahun 2020 jumlah penduduk
lansia Indonesia diproyeksikan mencapai 11,34 persen pada tahun 2020, 28 juta orang yang berusia 71 tahun [10].
·
Menjelang tahun 2050 , jumlah warga
Lansia akan melonjak menjadi 2,02 miliar atau 21 persen jumlah penduduk dunia.
Di puluhan negara, termasuk sebagian besar negara Eropa Timur, jumlah warga
berusia di atas 60 tahun akan melebihi 30 persen populasi dunia. Perubahan
komposisi penduduk lanjut usia menimbulkan berbagai kebutuhan baru
yang harus dipenuhi , sehingga dapat pula menjadi permasalahan yang komplek
bagi lanjut usia ,baik sebagai individu ,keluarga maupun masyarakat.[11]
Tidak
mudah menghabiskan masa tua di Indonesia. Hal itu diakibatkan ketiadaan sistem
jaminan sosial membuat kesejahteraan warga Lansia di Indonesia amat rendah.
Menurut laporan HelpAge International (satu lembaga nirlaba yang bermarkas di
London) sekaitan dengan Hari Warga Lanjut Usia Internasional 1 Oktober 2014 , mengeluarkan
suatu Indeks Warga Lanjut Usia Global (Global
AgeWatch Index) yang melakukan survei tentang negara ternyaman di dunia
bagi kaum lansia tahun ini menempatkan Indonesia pada urutan 71 dari 96 negara
yang disurvei. Indonesia jauh di bawah
Thailand (ke-36), Philipina (ke-34), dan Vietnam (ke-45).[12]Singapura
dan Malaysia negara yang nyaman untuk lansia di Asia Tenggara. Negara nomor
satu yang menjamin para orang tua itu adalah Norwegia. Negara buat orang tua
paling sengsara yaitu Afghanistan. Menjadi tua di Indonesia tidak mudah karena
buruknya jaminan pendapatan, layanan kesehatan, layanan pendidikan/pekerjaan,
dan lingkungan yang mendukung.[13]
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan
segera dan terintegrasi.
Harapan
hidup untuk warga Indonesia setelah
melewati usia 60 tahun adalah 18 tahun, dengan harapan hidup sehat selama 14,3
tahun . Hanya 8,1 persen warga di atas 65 tahun yang punya pensiun. Rendahnya
warga punya pensiun karena mayoritas warga bekerja di sektor informal yang tak
punya jaminan pensiun. Sebagian warga masih menganut nilai dan filosophi
merawat orangtua . Nilai itu membuat indeks dukungan lingkungan bagi warga
lanjut usia di Indonesia tinggi.
Lanjut
usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Lanjut usia merupakan
periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses
kehidupan, serta telah menunjukkan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan
waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 60 tahun sampai meninggal[14].
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut
usia. WHOmenggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
v Lansia
pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
v Lansia
(elderly) 60 -74 tahun,
v Lansia
tua (old) 75 – 90 tahun
v usia sangat tua
(very old) diatas 90 tahun. [15]
II.
Tantangan
Menjadi
tua adalah pilihan bukan nasib, demikian menurut Romo Endaryono[16]
ketika memberi pencerahan di Adi Yuswa MBK. Motivator Dr. Paul Yosopandoyo
bahwa sebelum menjadi tua itu perlu persiapan agar nanti di masa tua bisa
seperti Sunset, matahari menjelang senja
yang indah dipandang dari sudut mana saja. Ini pandangan sangat ideal.
Namun kenyataannya menjalani masa tua di Indonesia itu ternyata tidak mudah.
Kemensos
juga mencatat terdapat 1,8 juta jiwa Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) ` unregister` dan dipastikan akan mendapatkan Kartu Indonesia Pintar
(KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)[17].Dalam
rangka untuk memberikan perlindungan dan jaminan pelayanan sosial bagi kalangan
lanjut usia (lansia) dilakukan melalui pendekatan
a. panti (day care)
b. nonpanti
(home care)
Pelayanan
kepada mereka itu merupakan keharusan yang dilakukan pemerintah.Mensos
berharap, kaum jompo atau orang lansia tidak dikirim ke panti. Kaum jompo atau
orang lanjut usia sepenuhnya menjadi tanggung jawab keluarga. "Kehadiran
para lansia di panti lansia merupkan opsi terakhir. Sebab, tetap sepenuhnya
tangung jawab berada di dalam keluarga," demikian kata Mensos Khofifah
Indar Parawansa.
Budaya timur, lansia dirawat
keluarga seperti anak, cucu, sanak saudara bahkan kerabat .
Ikut membantu memelihara
dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Perhatian dan pertolongan keluarga
sangatlah dibutuhkan oleh lansia dalam menjalani masa tuanya. Perhatian dan
pertolongan keluarga bukan saja karena lansiamembutuhkannya, juga
sudah seharusnya setiap anak harus memperhatikan dan memelihara orang
tuanya. (Kel 20:12). Semua ini dilakukan bukan hanya
senang hati, juga dengan rendah hati dan penuh hornat sambil menyadari,
kita melakukannya di hadapan Allah [18].
Dengan
terjadinya pertumbuhan pesat jumlah Lansia di negeri kita, yang berdampak ke
berbagai aspek, harus disikapi dengan
bijaksana. Gereja maupun lembaga-lembaga Kristen lainnya tidak bisa berdiam
diri.Tidak cukup hanya berdoa dan menghiburkan. Tapi harus ada aksi nyata yang
bersifat strategis.
III.
PERAN
PAK
1.
Defenisi
PAK adalah usaha gereja untuk membina kehidupan iman
dari anggota-anggotanya dan semua orang yang dipercayakan kepada pemeliharaan
gereja dari semua golongan umur dengan berbagai cara dan bentuk, misalnya
dengan pengajaran dan latihan keterampilan demi terwujudnya iman Kristen dalam
kehidupan mereka[19].
Menurut rumusan Redaksi
PAK PGI: PAK adalah usaha sengaja gereja
untuk menolong orang dari semua golongan umur yang dipercayakan kepada
pemeliharaannya untuk menjawab penyataan Allah dalam Yesus Kristus, Alkitab dan
kehidupan Gereja, supaya mereka di bawah pimpinan Roh Kudus dapat diperlengkapi
guna melayani Tuhan di tengah-tengah keluarga, gereja, masyarakat, dan dunia
alam.[20]
PAK adalah kegiatan yang berusaha atau
bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi (kemampuan) anak didik (baik anak-anak, remaja, pemuda
maupun dewasa-keluarga) kepada ketaatan dan pengabdian kepada Allah dan
FirmanNya sesuai dengan ajaran agama Kristen yang berdasarkan Alkitab
(Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru).
Ketaatan dan pengabdian mana dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari,
baik di dalam keluarga, sekolah, tempat bekerja, gereja, jemaat maupun di dalam
masyarakat pada umumnya.
Dari
rumusan di atas, dapat kita pahami
secara substansial bahwa PAK itu adalah usaha gereja.Artinya
pembelajaran PAK itu adalah tanggung jawab sepenuhnya dari gereja sebagai
pemegang Amanat Agung Tuhan Yesus (Mat
28 :19-20), baik pembelajaran PAK yang terlaksana di gereja lokal, di dalam
keluarga, maupun konteks masyarakat dan sekolah. Gereja tidak dapat melepaskan
diri dari tanggung jawabnya terhadap hal ini. Kalau di Indonesia , pembelajaran
PAK menjadi bagian dari Kurikulum Pendidikan Nasional, sehingga dalam
pelaksanaannya pemerintah Indonesia
menjadi mitra gereja dalam mewujudkan amanat dimaksud, itu adalah suatu
kebaikan yang kita syukuri.
2.
PAK atau
PWG
Sejak tahun 50-an gereja-gereja di Indonesia mengenal dua istilah baru, yaitu PAK (Pendidikan Agama Kristen) dan PWG (Pembinaan Warga Gereja). Itu belum berarti bahwa pengertian di balik kedua istilah itu telah dipahami secara benar. Orang cenderung mengasosiasikan PAK dengan Sekolah Minggu, anak kecil atau pelajaran agama di sekolah. Pengertian PWG pun dipahami secara keliru. Orang mengerti bahwa PWG adalah kursus untuk menjadi “pendeta mini” yang pandai memimpin renungan.
PAK
merupakan cabang ilmu “baru” di Indonesia. Mulai dikenal setelah Indonesia
merdeka. PAK dalam tradisi berbahasa Inggris disebut Christian Education, atau Christian
Religious Education (CRE), adalah
berakar dari tradisi gereja Inggris dan Amerika. Inggris, karena dari sanalah
Bapak Sekolah Minggu (Sunday School) Robert Raikers. Akan tetapi pembelajaran
PAK berkembang seutuhnya di Amerika, khususnya pada gereja Methodis, Baptis,
dan gereja Injili lainnya, Pentakosta dan New Pentakosta yang sering disebut Kharismatik.
Di
Indonesia, sejak awal masuknya Badan Misi Protestan adalah berasal dari kawasan
Eropa Kontinental, yakni Belanda, Jerman. Gereja-gereja hasil misi dari Eropa kontinental
ini hampir tidak mengenal istilah PAK. Tapi justru yang dikembangkan dalam
pengajaran kepada kedewasaan gereja lokal adalah Pembinaan Warga Gereja (PWG).
Itulah sebabnya , sejak dari awal mula berdiri sekolah-sekolah Teologi di bumi
Nusantara , mata kuliah PWG sudah menjadi bagian dari kurikulumnya. Tujuannya
tentu memperlengkapi para calon pendeta supaya mendewasakan jemaat (Ef 4:11-12)
Pendidikan Agama Kristen
atau Christian Religious Education mulai dikenal gereja-gereja di Indonesia,
ketika beberapa misionaris gereja-gereja Baptis dan Methodis dari Inggris dan
Amerika masuk ke tanah air kita. Antara lain, misi Baptis yang dibawa masuk
semasa Sir Jhon Rafless menjadi Gubernur Jenderal Inggris yangg saat itu
berpusat di Malacca di mana wilayah kekuasaannya sempat sampaike Nusantara.
Utusan Misionaris Baptis yang terkenal tercatat pernah melayani ke Tanah Batak,
adalah Burton dan Ward pada tahun 1824. Mereka mundur karena Inggris menarik
diri dari Sumatera. Sepuluh tahun kemudian 1834, Misi Baptis Amerika mengutus
dua orang missionaris, Munson dan Layman, masuk
lagi ke Tanah Batak , dengan berjalan kaki dari Sibolga menuju
Silindung. Di perjalanan itulah, tepatnya di desa Lobu Pining, mereka dibunuh
masyarakat setempat. Mereka mati martir. “Darah orang martir menjadi benih
gereja” , demikian dinyatakan Bapa Gereja Tertulianus pada abad ke-4. Darah
misionaris Baptis menjadi benih , sehingga gereja- gereja Protestan yang
bertumbuh dan berkembang besar di Tanah Batak. Terpujilah nama Tuhan.
Gereja – gereja Baptis
secara konsisten menerapkan Sunday School. Sekolah Minggu yang benar-benar
sekolah pada hari Minggu, di mana kelas-kelas pembelajaran di mulai dari kelas
pratama untuk kanak-kanak hingga kelas manula. Ada kurikulumnya, ada kepala
sekolah, guru, buku raport, dsb. Tercatat, mantan Presiden Jimmi Carter, walau
sudah berusia 80-an tahun masih aktif sebagai guru Sekolah Minggu Baptis untuk
kelas Lansia . Berbeda dengan apa yang dikenal Sekolah Minggu pada umumnya di Indonesia, di mana pada prakteknya
Sekolah Minggu itu adalah ibadah Anak-anak.
Dalam pelaksanaan PAK , gereja sebagai pemegang mandat
Amanat Agung Tuhan Yesus, berinsiatif,
kreatif, dan inovatif memprakarsai, adanya “ ruang” untuk memperlengkapi setiap
orang pecaya dari segala umur, agar mereka dimampukan mengemban perintah Firman Tuhan”
untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,sampai
kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak
Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus..”(Ef.4:12-13)
Ada begitu panjang kurun waktu
pembelajaran PAK terhadap seseorang yang
percaya, sejak kandungan hingga Lansia.
Tugas PAK adalah mengisi ruang tersebut secara merata dan maksimal. Selama ini
dikenal di gereja pelayanan PAK bersifat kategorial. Tapi penekanannya lebih
condong kepada anak, remaja, dan pemuda. Sebagai mensikapi tantangan zaman, gereja perlu mengusahakan
terobosan-terobosan yang kreatif dan
inovatif dalam pelayanan PAK ini, sehingga nuansa pemuridan yang menonjol. Dan
akan hal pelayanan kategorial tersebut perlu ada diversifikasi, sehingga
bukan hanya pembelajaran PAK terhadap anak, remaja dan pemuda dan
untukpranikah, seperti lajimnnya selama
ini ada di gereja, melainkan juga
ada kelas-kelas-kelas
pemuridan/pembelajaran PAK untuk memperlengkapi antara lain :
·
Ibu-ibu
hamil
·
para
keluarga muda
·
para
keluarga yang menghadapi anak remaja
·
para
keluarga yang dalam menghadapi usia pensiun
·
ibu-ibu
para janda
·
kelompok-kelompok
profesional
·
kepada
para lansia
Untuk menjawab tantangan
pembelajaran di atas, maka gereja dalam arti lembaga bersama ahli-ahli di
bidang PAK dan Teologi, Psikologi, ahli terkait lainnya, perlu bekerjasama
merumuskan kurikulum pembelajarannya
yang tentunya dikembangkan berdasarkan kajian teologisdan philosophis gereja
tersebut.
Secara
khusus berbicara tentang pelayanan PAK
kepada Lansia adalah urgen ditangani secara trategis, karena sesuai
perkembangan pesat jumlah Lansia seiring dengan semakin tingginya kesadaran
masyarakat akan pola hidup sehat. Pada prinsipnya pola yang berlaku di
tengah-tengah masyarakat Kristen di Indonesia bahwa kehidupan Lansia
ditanggungjawabi oleh keluarga. Kehadiran Panti Jompo atau sejenisnya belum
menjadi solusi utama. Sebab pada umumnya masyarakat Batak Kristen beranggapan
adalah tanggung jawabnya untuk memelihara orangtuanya hingga akhir hidupnya.
Kalau ada keluarga yang menitipkan Lansianya ke Panti Jompo, masih ada anggapan
bahwa tindakan itu seperti “mambuangkan” orangtuanya. Keluarga itu dianggap
tidak menghormati orangtuanya lagi.
Saya
percaya, anggapan itu tidak benar. Kehadiran panti jompo atau sejenisnya, yang
dikelola dengan berdasarkan kasih Kristus menjadi solusi atas pergumulan Lansia
. Ketika Lansia ada bersama keluarga , di mana anak dan cucunya sibuk dengan
berbagai bisnis dan pekerjaan lainnya, maka mereka sering mengalami kesepian,
merasa terabaikan, tidak ada teman curhat, dsb. Panti, Pos Pelayanan Orangtua
Sejahtera, atau paguyuban Lansia, saya percaya bisa menjadi solusi. Para Lansia
dalam pertemuan-pertemuan, maupun dalam keseharian mereka di panti , setiap
hari ada waktu untuk berbagi cerita dan pengalaman. Masih ada banyak aktivitas
yang menghasilkan bisa mereka kerjakan. Menghabiskan usia mereka di dalam takut
akan Tuhan adalah hal urgen yang harus kita lakukan. Jangan sampai Lansia
meninggal dalam ketidakpercayaan kepada Tuhan sebagai akibat dari
ketidakpedulian kita. Di sinilah pelayanan PAK Lansia mengambil peran penting.
Setiap warga gereja , atau masyarakat pada umumnya, kiranya perlu diperlengkapi
bagaimana mengasuh Lansia dalam presfektif kristiani dan humanis.
Sementara
itu, dari sisi pandang akademis, bagi kami PAK Lansia merupakan sambungan dari
rangkaian mata kuliah pada Kurikulum S1PAK[21]yang
kalau di STTSU terdiri dari :
1. Pembimbing
PAK 1,2 = 4 SKS
2. PAK
Anak 1,2 = 4 SKS
3. PAK
Remaja/Pemuda 1,2 = 4 SKS
4. dan
PAK dewasa/keluarga. = 2 SKS
______________
Jumlah = 14 SKS
PAK
kepada Lansia pada S1 , teorinya tidak dipisahkan
dari lingkup PAK dewasa/keluarga. Dalam pembelajaannya, selain teori dan
diskusi di kelas, para mahasiswa diperlengkapi dengan pengalaman lapangan
melalui praktek mengajar PAK anak, remaja/pemuda di kelas, survey lapangan,
maupun PPL di semester akhir. Sementara
mata kuliah PAK Lansia, dimunculkan di S2 Program Magister Pendidikan untuk 2
SKS sebagai suatu kajian.
Mata Kuliah PAK
Lansia melakukan
kajian terhadap teori dan
masalah-masalah di sekitar pelayanan PAK kepada Lansia (Lanjut Usia) . Kajian terhadap keberadaan Lansia ini akan ditinjau dari berbagai aspek; antara lain
dari sisi teologis, filosophis , sosial budaya, psikologis, Konseling pastoral, kesehatan.
Dan dilanjutkan dengan bentuk-bentuk pelayanan PAK praktis
yang dapat dilakukan
kepada para lansia
di gereja, masyarakat, maupun dalam konteks keluarga.
Tujuan : Diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi mengkaji,
menganalisis, dan melakukan inovasi terhadap
prakasis pelayanan PAK kepada
para manula, baik di gereja, masyarakat, maupun dalam
keluarga.
Sebagai sesuatu ilmu yang akademis tapi juga
praktis, PAK Lansia seyogianya terus
menerus harus diadakan kajian dan penelitian
mendalam untuk pengembangan ke depan. Pengembangan itu bukan hanya
menyangkut kepada pengembangan secara akademis melalui peningkatan prodi maupun
program pascasarjana PAK yang tentunya membawa kepada pusaran
penelitian-penelitian yang mendalam yang akan tersajikan di jurnal-jurnal
nasional terakreditasi secara nasional maupun internasional. Di pihak lain,
akan terus dilakukan pengembangan kurikulum PAK, baik di gereja maupun dalam
konteks pendidikan nasional. Untuk itu, para praktisi maupun para pakar di
bidang PAK hendaknya sehati melakukan terobosan pengembangan dan kajian teologi, filosophi, kurikulum,
pendekatan, strategi, metode , kegiatan pembelajaran serta evaluasinya.
Sehingga PAK kiranya semakin membumi di Indonesia.
2.Pendekatan PAK
Menurut Jack L. Seymour
dan Donald E. Miller dalam Contemporery
Approaches Christian Education[22], mengemukakan adanya beberapa pendekatan Pendidikan
Agama Kristen yang biasa berkembang saat
ini , yaitu :
Pertama,
Pengajaran Agama Kristen. Tujuannya
adalah membantu peserta didik dalam perjumpamaannya dengan tradisi kristiani
dan Wahyu Allah untuk memahmi , memikirkan, meyakini dan mengambil keputusan
berdasarkan isi pengajarannya. Pendekatan ini menekankan pola belajar teratur atau terencana.
Kedua,
persekutuan dan ibadah. Tujuannya adalah membantu umat untuk memahmi dan menghayati arti dari menjadi umat Allah
dan umat beriman di dalam dunia ini. Strategi belajar mengajar berakar pada
kehidupan dan pengalaman mereka sebagai gereja Tuhan.
Ketiga
, pengembangan spiritual. Tujuan utama dalam pendekatan ini ialah membantu
peserta didik berpartisipasi dalam tradisi imannya, supaya mereka menjadi
orang Kristen yang dewasa. Pembebasan,
tujuan pendekatan ini adalah mendorong umat untuk menghayati gaya hidup
kristiani dalam upaya bersama-sama mewujudkan perubahan dunia ke arah yang
lebih manusiawi.
Keempat,penafsiran,
bertujuan untuk membantu sesorang mempelajari keterampilan berkenaan dengan
tradisi iman dengan pengalaman nyata kehidupan sehari-hari.[23]
Firman
Tuhan: "Mata yang mengolok-olok ayah dan enggan mendengarkan ibu akan
dipatuk gagak lemah dan dimakan anak rajawali." (Amsal 31:17) Menghormati
orangtua adalah perintah Tuhan; jadi, lakukanlah demi Tuhan!
IV.
Bentuk
pelayanan PAK kepada Lansia
1. Ibadah
bersama Lansia
2. Kunjungan
rumah
3. Doa
4. Pembagian
traktat atau panduan doa dan renungan
5. Kunjungan
dan doa kepada lansia di panti jompo
6. Pendampingan
saat sakit
7. Membuka
Posko persekutuan Lansia
8. Membuka
Posyandu Lansia
Daftar Kepustakaan
1.
Komisi
Nasional Lanjut Usia. 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Komnas
Lansia. Jakarta
2.
Crimmins,
E.M. 2004. Trends in The Health of the
Elderly, Annu. Rev Public Health
3.
Ronald
Hutapea, Sehat dan Ceria Diusia Senja:
PT Rhineka Cipta, Jakarta, 2005
4.
Tim
penyusun KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 2001
5.
Elizabeth
Hurlock, B, Psikologi Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Eriangga, 1980
6.
Richard
L. Morgan., Tetap Ceria di Usia Senja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1999
7.
Hanna
Santoso “Memahami Krisis Lanjut Usia”
.Jakarta. BPK GM
8.
Haryono, Jurnal Teologi dan Misi : “Pendidikan Berkualitas di Geneva “ 2012
9.
John
w,santrock. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:erlangga,2002
10. KOMPAS, Kamis
2,3 Oktober 2014.
11. John w,santrock.
Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:erlangga,2002
12. Robert.
R.Boehlke, Eli Tanya, Sumbangan Pemikiran Ramdolp
Crump Miller di bidang PAK Bagi Gereja-gereja di Indonesia.
13. Kurikulum
Nasional 2003
14. Jack L. Seymour
dan Donald E. Miller .Contemporery
Approaches Christian Education
15. M.S.E. Simorangkir., Buku Konkord, Konfesi Gereja
Lutheran, Jakarta: BPK-GM, 2004
16. Badan Pusat
Statistik. 2010. Sensus Penduduk 2010,http://demografi.bps.go.id/proyeksi/index.php/proyeksi-penduduk2/dataproyeksi2
17. http://kurniawan-ramsen.blogspot.co.id/2013/05/program-pelayanan-untuk-lansia.html, 29 april 2016
18. https://pondoklansiabethani.wordpress.com/beritafakta/fakta/data-lansia-indonesia/, diakses 3 JUNI
2016
20. http://Lanjut
usia Indonesia.go.id. tanggal 24/09/2014
22. (Arhttp://news.okezone.com/read/2016/06/02/337/1404941/pemerintah-tangani-warga-lansia-melalui-dua-pendekatan?page=2i),
diakses 3 juni 2016
[1]
Penyaji adalah Ketua Prodi PAK S1, dan dosen Pascasarjana (S2,S3) di STT
Sumatera Utara. Selain mengajar di
Pascasarjana STT Pelita Kebenaran Medan, STT Renatus Pematang Siantar, STT REAL
Batam, STT Injili Humble di Bengkayang, Kalbar; juga menjadi gembala sidang di
GPIBI Syalom Medan-Pancurbatu; serta menjabat pengurus Badan Pimpinan Pusat
GPIBI.
[2] Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Profil
Penduduk Lanjut Usia 2009. Komnas Lansia. Jakarta
[3]Crimmins, E.M. 2004. Trends in The Health of the Elderly, Annu.
Rev Public Health 25:79-98
[4] Ronald
Hutapea, Sehat dan Ceria Diusia Senja:
PT Rhineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm.32
[5]
Tim penyusun KBBI, Jakarta: Baiai Pustaka, 2001, hlm.496
*Makalah
ini telah disajikan dalam Panel Diskusi “Christian
Religious Education For Senior Adult” (PAK untuk Lansia) yang
diselenggarakan Prodi PAK S1,S2, STTSU, Sabtu 11 Juni 2016.
[6]Elizabeth
Hurlock, B, Psikologi Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Eriangga, 1980, hlm. 396
[7]
Richard L. Morgan., Tetap Ceria di Usia Senja, Jakarta: BPK-Gunung
Mulia, 1999, hlm.3
[8]
Hanna Santoso “Memahami Krisis Lanjut
Usia” .Jakarta. BPK Gunung Mulia
[10] Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus
Penduduk 2010,http://demografi.bps.go.id/proyeksi/index.php/proyeksi-penduduk2/dataproyeksi2
[12]KOMPAS, Kamis 2,3 Oktober 2014.
[14] John w,santrock. Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta:erlangga,2002, hal 193 2 http://Lanjut usia Indonesia.go.id. tanggal
24/09/2014
[16]http://www.parokimbk.or.id/warta-minggu/editorial/12-10-2014-lansia/,
diakses 3 juni 2016
[17]
(Arhttp://news.okezone.com/read/2016/06/02/337/1404941/pemerintah-tangani-warga-lansia-melalui-dua-pendekatan?page=2i),
diakses 3 juni 2016
[18]M.S.E. Simorangkir., Buku
Konkord, Konfesi Gereja Lutheran, Jakarta: BPK-GM, 2004, blm 505
[19]Robert.
R.Boehlke, Eli Tanya, Sumbangan Pemikiran Ramdolp Crump Miller dibidang PAK Bagi
Gereja-gereja di Indonesia.
[20]
Kurikulum Nasional 2003
[21]Istilah-istilah
dan pembagian PAK di atas adalah bersumber dari kurikulum PAK di Perguruan
Tinggi Teologi Agama Kristen (PTTAK) yang dikembangkan pada prodi PAK di STTSU Medan.
[22]Jack L. Seymour dan Donald E.
Miller .Contemporery Approaches Christian
Education
[23]Haryono, Jurnal Teologi dan Misi : “Pendidikan Berkualitas di Geneva “ 2012
Makasih buat penjabarannya sangat memberkati
BalasHapusterimakasih pak tulisannya sangat memberkati, dan membantu dalam pelayanan
BalasHapusSalom trimakasih pak, sajian makalahnya. Telah membantu tugas -tugas dan untuk pengembangan dalam pelayanan. Tuhan memberkati.
BalasHapus