Selasa, 03 November 2020

Pola Asuh Orang Tua Pada Masa Pandemi

 




 

 




URL    : http://journal.sttjaffrayjakarta.ac.id/index.php/JI

p-ISSN : 2685-3477

e-ISSN : 2685-3469

Edition : Volume 2, Nomor 2, Desember 2020

Page     :

 

 

Pola Asuh Orang Tua Kristen Pada Masa Pandemi

 

Albet Saragih, Johanes Waldes Hasugian

Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Email: albetsaragih@gmail.com

 

Johanes Waldes Hasugian

Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Email: johaneswhasugian@gmail.com

 

 

ABSTRACT:

This paper is the result of an analysis of the practical situation of family education in the Christian community in the midst of a world pandemic. When the government must limit its citizens to stay at home, stay at home, work from home, social distancing, must wear masks, wash hands; then all this has an impact on difficulties for families. Children learn distance (online) from home. It is the parents who play a greater role in learning, the burden of the teacher and the school becoming more corporalized. Christian parents face severe challenges in realizing their calling and role in the current situation. How should Christian parents take care during the 19th pandemic? 1). Restore first love. Initial love is rooted in 2 things: First, the basic relationship of husband and wife love that has been blessed by God. Second, Restoration of love with God, 2). Restoration of first love for children, 3). God-Level Patience, 4). Preparing good nutrition for all family members; 5). Continue to share love, as a model model for children.

Key Words:

Parenting, Christian Parents, Pandemic, Covid-19

 

 

 


 

 

 

 

ABSTRAK:

Paper ini adalah hasil analisis terhadap situasi praktis pendidikan keluarga komunitas kristiani di tengah  pandemi melanda dunia. Ketika pemerintah harus membatasi warganya untuk tinggal di rumah saja, stay at home, work from home, social distancing, harus pakai masker, cuci tangan; maka semua ini berdampak kesulitan bagi para keluarga. Anak-anak belajar jarak jauh (online) dari rumah. Orangtualah yang lebih banyak berperan dalam pembelajaran, beban guru dan sekolah semakin terporalisasi. Para orangtua Kristen menghadapi tantangan berat dalam mewujudkan panggilan dan perannya dalam situasi seperti sekarang ini. Bagaimana sebaiknya orangtua Kristen melakukan pengasuhan di saat  pandemi covid 19 ? 1). Pulihkan kasih mula-mula. Kasih mula-mula itu adalah berakar pada 2 hal: Pertama,  dasar hubungan kasih suami-istri yang sudah diberkati Tuhan. Kedua, Pemulihan kasih  dengan Tuhan, 2). Pemulihan kasih mula-mula terhadap anak, 3).Kesabaran Tingkat Dewa, 4). Penyiapan gizi yang baik buat semua anggota keluarga; 5). Tetap berbagi kasih, sebagai model asuhan keteladanan bagi anak-anak.

Kata Kunci:

Pola Asuh, Orang tua risten, Pandemi, Covid-19

 

 

 

 

Kata Kunci:

Pola Asuh, Orang tua Kristen, Pandemi, Covid-19

 

 

 

PENDAHULUAN

Di tengah situasi pandemic covid 19, yang sudah berlangsung sejak Februari 2020 hingga sekarang sudah Agustus, jadi sudah hampir 6 bulan, masyarakat kita mengalami kegalauan. Pandemi Corona ini memaksa kita semua harus melakukan perubahan pola hidup, pola budaya ,keluarga bahkan juga pola ibadah. Dalam hal keluarga, misalnya, pandemic ini mendorong semakin memperkokoh ketahanan keluarga, dengan kebijakan pemerintah yang mewajibkan masyarakat untuk Stay at home, dan Work From Home, menjadikan keluarga yang selama ini sibuk di luar rumah, sekarang seharian bersama di rumah. Bermain, memasak, belajar, olahraga, dan juga beribadah bersama di rumah. Namun berbagai masalah pun muncul. Karena anak-anak harus tinggal di rumah, belajar di rumah bersama orangtua, maka banyak orangtua mengeluh, bahkan stress. Banyak yang tidak siap menjadi guru bagi anak-anaknya. Belum lagi kuota internet melambung tinggi, hp atau laptop anak-anak harus disediakan masing-masing, sementara ekonomi semakin merosot. Banyak orangtua di rumahkan akibat pengaruh pandemic. Keuangan keluarga limbung. Sementara kebutuhan akan makanan, dan kebutuhan anak-anak semakin tinggi. Kehidupan social kita lumpuh. Peribadahan di gereja juga lumpuh. Sehingga orangtua harus menyelenggarakan ibadah keluarga. Banyak orangtua tidak siap akan hal ini. Mengasuh anak di tengah pandemic ini menjadi sorotan. Bagaimana seutuhnya mengasuh anak-anak dalam situasi berkembangnya virus corona covid 19 yang mematikan ini. Keluargalah sesungguh menjadi unit terkecil yang paling efektif mencegah, memperlengkapi, dan mengkampanyekan pola hidup keluarga yang baik, bertumbuh, dan menjadi berkat di tengah masyarakat  kita sekarang ini. Bagaimana caranya ? Itulah yang akan dikaji dalam tulisan ini.

Adalah harapan setiap orangtua Kristen kalau anaknya baik-baik, berprestasi, sopan santun, ramah, dengar nasihat orangtua , dan takut akan Tuhan. Setiap orangtua pastilah selalu berusaha sesuai kemampuannya untuk mengasuh anak-anaknya . Pada dasarnya tidak ada orangtua merancangkan yang jahat untuk anaknya, melainkan rancangan yang baik. Itu sebabnya, anak-anak dididik dengan telaten, baik di rumah maupun di sekolah. Masing-masing orangtua dalam mengasuh anak-anaknya memiliki model pengasuhan sendiri. Para ahli menggolongkannya menjadi tiga model, yakni otoriter, permisif, dan demokratis. Pola asuh otoriter adalah model pengasuhan di mana orangtua menerapkan seperangkat peraturan kepada anaknya secara ketat, serta cenderung menggunakan kekerasan (bersifat diktator). Anak diwajibkan taat, tunduk, tanpa dan patuh. Semua diputuskan orangtua, yang merasa paling tahu, dan paling mengerti tentang anaknya. Pola asuh permisif lebih menerapkan model pengasuhan yang lebih banyak memberikan kebebasan kepada anaknya dan kurang mengontrol. Arahan maupun bimbingan kurang dilakukan. Anak melakukan apapun juga sesuai hatinya. Sementara pola asuh demokratis, orangtua ada memberi kebebasan akan tetapi disertai arahan dan bimbingan orangtua. Orangtua banyak berdialog dan berembuk dengan anaknya untuk mengambil keputusan, sehingga anak belajar bertanggung jawab, mandiri, dan dewasa.

Pola asuh orangtua Kristen adalah segala sikap, didikan, latihan, serta segala perlakuan yang dibuat oleh orangtua terhadap anaknya dengan didasari oleh spritualitas, dasar iman, serta cara hidup praktis keluarga kristiani, sehingga anak bertumbuh, berkarakter, dan berbuah manis di hadapan Tuhan. Pola asuh orangtua Kristen di dasarkan kepada Firman Allah , sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). Orangtua bertanggung jawab untuk memberi asuhan dan didikan kepada anak mereka serta mempersiapkan mereka untuk hidup berkenan kepada Allah(Ams 4:1-4; 6:20). Yang terutama bertanggung jawab memberikan didikan rohani kepada anak-anak adalah keluarga, bukan gereja atau sekolah Minggu. Gereja dan sekolah Minggu hanya membantu didikan dari orang-tua.  Inti pengasuhan Kristen ialah hati Bapa harus berpaling kepada hati anaknya agar dapat membawa  anak itu kepada hati Juruselamat.

Di tengah pesatnya perkembangan zaman sekarang ini, sering kali keluargalah yang mendapat dampak paling signifikan. Ada banyak orangtua , khususnya di kota-kota besar - karena kesibukan panggilan pekerjaan, usaha, maupun minat dan hobi - hampir tidak mempunyai waktu yang cukup buat anak-anaknya. Sekalipun sekarang ini sudah semakin banyak orangtua sadar untuk menerapkan quality time bagi anaknya. Namun hal itu belumlah menjadi suatu gerakan nasional. Masih terbatas komunitas atau perorangan. Sehingga secara pribadi saya sangat khawatir dengan perkembangan yang tidak sehat ini. Kualitas keharmonisan keluarga Kristen ada semakin rapuh. Ada semakin banyak anak dalam keluarga kekurangan kasih sayang, kurang perhatian dan perlindungan. Semakin banyak keluarga yang brokenhome, KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga),pisah ranjang, bahkan bercerai dan menikah lagi. Maka anaklah menjadi korban keegoisan orangtua. Sehingga muncullah istilah singgle parent atau orangtua tunggal. Banyak terjadi diakibatkan perceraian, tapi juga karena pasangan telah terlebih dahulu meninggal.

 

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, khususnya dengan metode deskriptif dan menggunakan sumber literatur (pustaka) yang ada berkenaan dengan pola asuh orang tua Kristen di masa pandemi.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN/ISI

 

Mengenal Pandemi Covid-19

Covid-19 adalah pandemi wabah virus yang kini dihadapi oleh dunia, termasuk Indonesia. Wabah ini adalah sejenis virus baru dalam golongan kelompok virus SARS dan MERS. Kekhawatiran dunia akan wabah virus ini diakibatkan karena penyebarannnya yang  luar biasa cepat.  Tak hanya masalah kesehatan yang terkena akibat dari bencana ini yang mengakibatkan jutaan orang di seantero dunia terpapar sakit dan mati, tetapi juga terjadi masalah ekonomi, psikis, dan masalah sosial kemasyarakatan .World Health Organization (WHO) sendiri telah menetapkan penyakit akibat virus ini sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020 oleh Dr.Tedros Adhanom Ghebreyesus, WHO’s Director-General.[1] Artinya, penularan dan ancamannya telah melampaui batas-batas antar negara . Penularan virus ini sungguh sangat cepat dan berdampak luas. Seperti malaikat maut pencabut nyawa, virus covid 19 ini menyebar kemana-mana. Pemerintah pusat dan daerah telah mengeluarkan banyak kebijakan demi memutus penyebaran Covid-19. Banyak negara atau kota besar menerapkan kebijakan lockdown. Indonesia sendiri menerapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di mana masyarakat dibatasi ruang geraknya. Bandara ditutup, terminal bus maupun pelabuhan ditutup. Sekolah maupun universitas diliburkan dan mereka belajar di rumah menerapkan model pembelajaran online (daring) maupun offline. Kantor-kantor pemerintah maupun swasta pun sempat ditutup. Pergerakan masyarakat dibatasi, sehingga perjalanan mudik dalam rangka silaturahmi karena Idul Fitri pun dilarang.  Gedung gereja yang megah tempat kita bersekutu harus tutup, kita diharuskan ibadah keluarga di rumah saja. Kekhawatiran besar sedang melanda kita. Ribuan orang sudah meninggal dunia. Pandemi yang kita sedang hadapi bukan hanya musibah tentang kesehatan saja, tetapi juga masalah ekonomi dan sosial di lingkungan masyarakat. Masalah ekonomi yang dimaksud seperti PHK massal yang diakibatkan kebijakan pemerintah atas PSBB dan pembatasan lainnya.

Survey  dilakukan oleh  Snapcart pada 17-28 Maret 2020 melibatkan 2000 laki-laki dan perempan berumur 15-50 tahun di 8 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Palembang, Makassar, dan Manado) . Survei ini untuk melihat  seberapa besar dampak pandemi virus corona covid 19 terhadap gaya hidup orang Indonesia. Hasil  survei menunjukkan  pandemi virus corona berdampak terhadap kehidupan sosial masyarakat. Sebanyak 48 persen responden mengaku  kehidupan sosialnya terganggu, faktor karier atau pekerjaan 45 persen, berubahnya rencana perjalanan atau liburan 42 persen, kehidupan beragama 32 persen [2]

 

Apa dampak pandemi covid 19 terhadap keluarga dan gereja ?

Pendemi covid 19, telah berdampak luas dalam kehidupan masyarakat kita. Secara khusus di masyarakat kristiani, banyak jemaat sekarang ini merindukan dapat beribadah bersama di gereja. Hal ini juga terjadi pada gereja-gereja, di mana sejak akhir Maret 2020 tidak lagi melaksanakan ibadah yang bersifat pengumpulan umat; tidak ada lagi ibadah di gedung gereja. Ibadah gereja mulai dialihkan secara digital, melalui teknologi live streaming. Semua itu bertujuan untuk berpartisipasi dalam menghambat laju penularan Covid-19 yang bisa terjadi melalui kontak fisik [3].Kalau selama ini pusat pergerakan ibadah kita ada di gereja, namun sejak Maret 2020 lalu, pertemuan ibadah di gereja sementara ditutup, persekutuan ibadah keluarga sektor-sektor ditutup, persekutuan STM (Serikat Tolong Menolong) ditutup. Pesta-pesta adat , resepsi, gedung pertemuan, wisma adat,hotel-hotel juga banyak  ditutup. Bahkan kalau ada keluarga yang sakit di rumah sakit, ataupun meninggal dunia, kita tidak berani membezuknya, karena takut terpapar covid 19. Perkunjungan kita kepada keluarga, teman, atau sahabat pun ditiadakan, karena takut membawa virus. Tidak ada lagi sementara ini pulang kampung karena rindu, sebab di kampung juga melarang perantaunya pulang. Kecuali mau dikarantina di sana 2 minggu. Kekerabatan kita sedang diuji.  Kita tidak boleh salaman lagi, apalagi berpelukan dengan teman , cipika cipiki. Harus dijaga jarak 1-2 meter supaya terhindar dari covid 19. Rajin cuci tangan, selalu pakai masker apabila keluar rumah, rajin olah raga, dan mengkonsumsi makanan yang bergizi, serta hindari stres, adalah pola hidup yang sangat dianjurkan sekarang ini, sekalipun sudah masuk ke new era.

Yang perlu dicermati di sini adalah, mulai bermunculan pelayanan-pelayanan yang terkait dengan digitalisasi. Setiap pelayanan harus dapat mengaktualisasikan diri dengan eranya[4], termasuk dengan era digital sekarang ini. Tidak dapat dibayangkan jika keadaan seperti ini menerpa gereja di masa tahun 1980-an di mana internet masih begitu asing sekali. Bukankah peristiwa ini dapat dijadikan momentum, karena persoalan social distancing dapat diatasi dengan virtual meeting ala teknologi digital melalui aplikasi video conference. Itu satu hal yang harus dilihat sebagai sisi baik, bahwa gereja menembus batas-batas fisik, hadir dalam ruang yang lebih luas dan dapat dinikmati oleh siapa saja. Momentum lain adalah munculnya ibadah-ibadah rumah, yang meng-ingatkan kembali pada masa para rasul, di mana mereka membangun gereja rumah.

 

Peran Keluarga Hadapi Pandemi Covid-19

Pandemi atau wabah global Covid-19 menjadi masalah besar yang mengejutkan semua pihak. Dampaknya sangat hebat mengenai semua lapisan masyarakat. Siapa yang bisa berperan dalam penanganan dan pencegahan penyebaran virus ini? Semua pihak, siapa saja dari unsur pemerintah dan masyarakat. Bagaiman caranya? Tentu dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Peran keluarga menjadi menarik untuk dibahas.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling bergantungan. (Depkes RI, 1988). Lina Handayani, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta  menyatakan, fungsi esensial keluarga menjadi sangat terasa dan lebih terasa di masa physical distancing. Di saat semua orang sangat dibatasi keluar rumah, maka fungsi keluarga menjadi solusi bagi pemenuhan kebutuhan dasar sebagai makhluk sosial. Keharmonisan keluarga menjadi salah satu cara untuk mengurangi stress dan tetap dalam zona kebahagiaan. Bila tidak stress dan tetap bahagia, imunitas terjaga.[5]

 

Penerapan asuhan keluarga Kristen

Keluarga Kristen di tengah pandemi ini sekarang ini tentu juga sangat mengalami kesulitan, bahkan krisis di segala bidang. Stay at home , work from home, selalu pakai masker, dan rajin cuci tangan, social distancing,  menjadi gaya hidup kita sekarang. Akibat dari dirumahkanya semua aktivitas kegiatan pekerjaan, maka  proses belajar mengajar anak-anak, mengerjakan pekerjaan kantor, melakukan bisnis maupun beribadah  online. Pada masa pandemi ini sedang terjadi revolusi, perubahan yang terjadi secara cepat, pada aktivitas sosial masyarakat . Banyak masyarakat kita gagap dalam menghadapi situasi . Gereja yang selama ini sudah mapan dalam tradisi pelayanan yang ada, begitu pandemi covid 19 mewabah, juga banyak tidak siap . Banyak hamba Tuhan maupun para majelis gereja gagap, bingung, apa yang harus dilakukan. Sejak Maret 2020, gereja tidak lagi bisa beribadah di gereja. Tidak ada lagi persekutuan secara bersama.Mulailah ibadah online. Pendeta, atau Hamba Tuhan, beserta beberapa majelis memimpin ibadah secara virtual. Perjamuan kudus juga secara virtual. Keluarga-keluarga kristiani juga banyak gagap menghadapi situasi pandemi covid 19 ini. Biasanya semua anggota keluarga sibuk dengan pekerjaan sendiri. Bapa pergi pagi pulang sore atau malam untuk berkerja. Ibu juga sibuk di rumah mempersiapkan segala kebutuhan keluarga, berbelanja, dsb. Anak-anak pergi pagi pulang sore dari sekolahnya, banyak les tambahan, berdiskusi dengan teman, olah raga, main game online di warnet. Semua ini stop. Semua harus stay at home. Bapak, ibu, dan anak-anak seharian di rumah saja. Kalau hari biasanya anak-anak , apalagi sudah remaja tak betah berlama lama di rumah. Tapi sekarang ini harus. Anak-anak yang terbiasa bermain, olah raga, lari-lari, ngumpul, ketawa-ketawa bersama teman, jajan bersama, berpelukan dengan kawan, duduk berdempetan, bahkan kadang bergumul di rerumputan  sekolah.

Sekarang, dalam proses belajar mengajar maupun ibadah, semua dilakukan secara virtual. Aplikasi zoom, google classroom, WA Grup, Youtube, bahkan TVRI menjadi solusi pembelajaran maupun ibadah paling efektif di masa covid 19 ini. Menghadapi situasi seperti ini, keluarga –keluarga kristiani ada yang siap, tapi mungkin lebih banyak yang tidak siap. Penggunaan teknologi digital dalam melakukan ibadah bukanlah hal yang menghilangkan esensi ibadah, karena sejatinya gereja merupakan persekutuan, dan persekutuan dibangun atas dasar iman kepada Yesus Kristus. Gereja rumah pada masa rasul-rasul dapat diimplikasikan dalam bentuk gereja digital pada masa kini33, masa digitalisasi[6].

 

Pengasuhan Orang tua Kristen di Masa Pandemi Covid-19

1.       Pulihkan kasih mula-mula

Kasih mula-mula itu adalah berakar pada 3 hal;  Pertama, dasar hubungan kasih suami-istri yang sudah diberkati Tuhan. Hubungan suami-istri yang selama ini mungkin sudah mulai hambar akibat kesibukan oleh karena pekerjaan, anak-anak, atau kesibukan bisnis; maka inilah saatnya itu dipulihkan. Karena setiap hari 24 jam kita bersama, maka lakukanlah pendekatan-pendekatan yang mencairkan kebekuan itu. Kualitas hubungan kembali dipulihkan.  Kedua, Pemulihan kasih  dengan Tuhan. Dengan merebaknya masa pandemi ini, eksistensi keluarga  sebagai gereja semakin diteguhkan. Persekutuan doa keluarga, serta kesempatan ibadah minggu sekeluarga tentulah mambawa makna tersendiri. Bapak, ibu, dan anak bersatu hati mengambil tugas pelayanan. Membawa pujian, memimpin doa, membaca alkitab, atau renungan. Mendengar khotbah secara online dari pendeta bersama-sama. Tentu dengan berpakaian ibadah. Bukan menonton khotbah pendeta. Ada persembahan, persembahan syukur, persembahan persepuluhan. Persembahan ini ditransfer ke rekening gereja. Hal yang penting dan utama di dalam pelaksanaan ibadah di rumah ialah jemaat tetap sungguh-sungguh beribadah kepada Allah Tritunggal, menyanyikan pujian kepada Tuhan, berdoa, dan puncak serta pusatnya ialah mendengarkan firman Tuhan melalui khotbah secara langsung (live streaming) atau di dalam bentuk rekaman atau di dalam bentuk cetakan tertulis[7].

Ketiga, Pemulihan kasih mula-mula terhadap anak. Pada dasarnya semua orangtua mengasihi anak. Akan tetapi sering terjadi hubungan orangtua dengan anak mengalami pasang surut. Anak-anak banyak yang nakal, susah diatur, lasak, suka melawan. Oleh karena itu, orangtua bersifat dingin kasih kepada anak. Kewajiban memberi nafkah dan mencukupkan kebutuhan anak tetap dilakukannya. Akan tetapi hubungan tidak mencair, tidak kompak, kurang harmonis. Inilah saatnya semua itu diperbaharui. Orangtua yang bijaksana melakukan berbagai pendekatan dengan anaknya agar hubungan mencair. Mulai dari menyiapkan makanan yang dan bergizi, mengadakan permainan bersama, berolahraga bersama, berjemur bersama, sampai berkebun bersama. Dan tentunya melalui ibadah-ibadah bersama, saling mendoakan satu dengan yang lain dalam doa berantai di rumah, Roh Kudus kiranya mengurapi terjadinya pemulihan itu. Irwnto Berutu & Haris Evan R Siahaan memberi saran, Setiap anggota  berdoa dan memuji serta menyembah Tuhan …. melalui pertemuan virtual, dengan durasi yang lebih singkat. Selanjutnya, penyampaian firman Tuhan dalam berbagai format akan lebih mudah dilakukan[8].

Adalah menjadi tanggung jawab orangtua untuk mendidik anak dalam Tuhan. Ada 15 langkah yang harus diambil oleh para orang- tua untuk menuntun anak mereka menuju kehidupan yang saleh di dalam Kristus:1). Menyerahkan anak-anak kepada Allah (1Sam 1:28Luk 2:22),2) Mengajar anak-anak agar takut akan Tuhan  Ibr 1:9),3). Mengajar anak-anak untuk menaati orang-tua (Ul 8:5; ),4) Melindungi anak-anak dari berbagai pengaruh jahat (Ams 13:20; 28:71Yoh 2:15-17), 5) Menyadarkan anak-anak bahwa Allah selalu mengamati dan menilai apa yang mereka lakukan, pikirkan, dan katakan (Mazm 139:1-12), 6) Membawa anak kepada iman pribadi, pertobatan (Mat 19:14), 7) Menetapkan anak-anak dalam sebuah gereja rohani " (Mazm 119:63), 8). Mendorong anak untuk tetap hidup terpisah dari dunia serta bersaksi dan bekerja bagi Allah 2Kor 6:14-7:1, 9). Memberi tahu anak tentang pentingnya baptisan dalam Roh Kudus (Kis 1:4-5), 10)Mengajarkan anak-anak bahwa Allah mengasihi mereka (Luk 1:13-17). Tiap hari anak diajarkan  Firman Allah (Ul 4:9; 6:5-7; ), 12). Mendorong anak  hidup bertekun dalam doa melalui teladan dan nasihat, (Kis 6:4Rom 12:12), 13) Mempersiapkan anak  menderita dan dalam mengalami penganiayaan oleh sebab kebenaran (Mat 5:10-12), 13). Berdoa syafaat untuk anak(Ef 6:18).  Memiliki kasih dan kepedulian  untuk anak-anak[9]

 

Kesabaran dalam mengasuh anggota keluarga

Di tengah pandemi ini, tingkat stres, dan emosional keluarga pada umumnya semakin tinggi. Hal itu dilatarbelakangi terjadinya krisis diberbagai dimensi kehidupan kita. PHK terjadi besar-besaran, perekonomian merosot, kriminalitas semakin merajalela, kekhawatiran akan virus covid 19, membuat para orangtua dan dewasa lainnya semakin stress. Belum lagi anak-anak riuh di rumah. Tugas PR nya banyak, dan ibu atau bapak harus banyak menggantikan peran guru di sekolah. Ada banyak  orangtua sangat kewalahan membantu PR anaknya. Sementara tuntutan dari sekolah, setiap PR harus dikerjakan, dan segera dikirim secara online. Pulsa internet untuk program belajar ini sangat menyedot keuangan keluarga, belum lagi harus bayar uang sekolah atau komite setiap bulan. Sekolah swasta menuntut demikian, karena guru dan pegawai harus mendapat gaji juga, karena mereka mengajar secara virtual juga.Demikian juga di sekolah negeri hampir tidak jauh beda. Sebab banyak sekolah negeri sekarang ini harus mempekerjakan guru honor, akibat tidak mencukupi  guru berstatus ASN, di mana dari uang komitelah dianggarkan honor mereka.

Tambahan lagi, karena anak seharian di rumah, kelasakan dan keributan mereka biasanya di sekolah, sekarang ini  di rumah terjadi. Rumah bisa berubah menjadi seperti kapal pecah. Riuh rendah teriakan, tertawa, bunyi mainan, suara TV, musik, dll. Bapak dan terlebih Ibu, harus memiliki kesabaran yang tinggi menghadapi semua ini. Mengutip pesinetron, “ butuh kesabaran tingkat dewa”. Tapi kesabaran yang seperti itu menjadi tiang dalam pengasuhan orangtua kristen di masa pendemi ini terhadap anak-anak mereka. Sehingga ada terlontar ungkapan seorang ibu, “ ternyata menjadi guru bagi anak-anak itu tidak mudah”. Situasi pandemi ini rupanya menyadarkan para orangtua, betapa sulitnya mendidik anak di sekolah.

 

Imunitas tubuh dengan asupan vitamin

Di tengah situasi menghadapi pandemi  covid 19 ini, sampai sekarang belum ditemukan obat penangkalnya. Para medis selalu mendorong setiap anggota keluarga mempertahankan dan meningkatkan antibodi setiap individu agar tubuh mampu melawan apabila terpapar  virus covid 19. Selain itu, setiap anggota keluarga harus saling mengingatkan dan memberi teladan dalam perilaku hidup bersih dan sehat. Keluarga  menyediakan sarana untuk hidup bersih dan sehat, yaitu dengan menyediakan sabun, air bersih, desinfektan,  sirkulasi udara terjaga dengan baik. Keluarga hendaknya mengusahakan pemenuhan gizi seimbang. Makanan yang bergizi  tidak harus mahal. Sayur dan buah yang murah meriah. Pilih sayur dan buah yang sedang musim sehingga lebih mudah didapat dengan harga lebih terjangkau. Keluarga juga membiasakan berolah raga dan aktivitas fisik. Olah raga ringan dan  murah dapat dilakukan di rumah, seperti senam dan naik turun tangga. Berada di rumah tidak identik dengan bermalas-malasan.[10]

Tetap berbagi kasih, sebagai model asuhan keteladanan bagi anak-anak

Saat pandemi covid 19 masih melanda Indonesia, bahkan lebih dari 129 negara di dunia, krisis terjadi di mana-mana. Tentunya, hal ini menjadi sebuah persoalan teologis yang serius dan membutuhkan langkah-langkah yang tepat dalam menyikapinya[11]. Tak terelakkan, krisis ekonomi paling terasa berdampak. Seperti diberitakan, dampak covid 19, pemerintah pusat maupun daerah yang ada di zona merah mengambil kebijakan PSBB, dengan menerapkan protokoler kesehatan secara ketat untuk memutus penyebaran virus tersebut. Pemerintah menutup atau membatasi transportasi darat,laut, dan udara. Bandara ditutup. Hotel-hotel dan tempat hiburan harus tutup. Perusahaan maupun kantor-kantor pemerintah menerapkan work from home , sekolah hingga universitas diliburkan dan belajar secara jarak jauh dengan online. Kebijakan ini mengakibatkan, semua orang harus tinggal di rumah, memakai masker, sering cuci tangan, dan harus mengatur gizi untuk keluarga. Krisis ekonomi terjadi di mana-mana. Banyak perusahaan tutup, karyawannya di rumah. Puluhan ribu buruh mengalami gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Hal ini tentu memunculkan kesulitan-kesulitan baru yang berdampak kepada lemahnya ketahanan keluarga. Masyarakat bawah (grasroot) paling merasakan dampak pandemi ini. Para petani, buruh tani, nelayan kecil, karyawan di dunia hiburan, karyawan hotel maupun supir angkot dan ojol (ojek online) sangat mengeluhkan sulitnya membutuhi kehidupan masa pandemi ini.  Tidak heran kalau banyak orang harus banting setir, dalam pekerjaannya. Dari supir perusahaan atau perhotelan, sekarang mencoba tanaman hidroponik di pekarangan rumah. Para karyawan enterteiner, banyak beralih pekerjaan menjadi reseller, membuka usaha online, ikut MLM, atau membuat pelatihan-pelatihan dengan memanfaatkan IT, seperti webiner, diklat virtual.

Melihat kondisi ekonomi masyarakat semakin merosot, semakin banyak pengangguran, kemiskinan makin signifikan. Oleh karena itu, masyarakat harus ditumbuhkan sikap kegotongroyongan. Keluarga-keluarga kristiani hendaknya bisa memanfaat situasi covid ini untuk berbagi kasih kepada keluarga atau individu yang teradampak covid  19. Dan saat-saat berbagi kasih itulah, anak-anak kristiani perlu menyaksikan dan dilibatkan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Sehingga nilai-nilai solidaritas, semangat rela berkorban dan berbagi kasih, perduli dengan orang lain, mengasihi sesama, kiranya semakin tertanam dalam benak mereka. Bahwa sekalipun kesulitan yang berasal dari covid 19 sedang melanda, tetapi semangat mengasihi dengan berbagi kasih tetap bergelora, agar kita semakin diberkati.

 

KESIMPULAN

 

Masa pandemic covid-19 yang dihadapi sekarang ini membawa dampak luas dalam masyarakat, baik ekonomi, social, kerohanian,termasuk di dalam ketahanan keluarga dalam menjaga dan mewujudkan asuhan yang baik dalam keluarga. Keluarga-keluarga kristiani , ditantang untuk menyikapi secara kratif dampak pandemic ini sehingga bisa bertahan, bahkan bisa melangkah maju, jangan sampai pengasuhan kepada anak-anak terabaikan. Oleh karena itu, hal -hal yang sangat perlu dilakukan keluarga-keluarga kristiani dalam pengasuhan kepada anak-anak adalah :  1.Pulihkan kasih mula-mula yang berakar pada 3 hal;  Pertama, dasar hubungan kasih suami-istri yang sudah diberkati Tuhan.  Kedua, Pemulihan kasih setia  kepada Tuhan. Ketiga, Pemulihan kasih mula-mula terhadap anak. 2. Bapak dan ibu diharapkan memiliki Kesabaran dalam mengasuh anggota keluarga. Kesabaran dimaksud layaknya “ kesabaran tingkat dewa”. Tapi kesabaran yang seperti itu menjadi tiang dalam pengasuhan orangtua kristen di masa pendemi ini terhadap anak-anak mereka. 3. Imunitas tubuh dengan asupan vitamin. Keluarga  menyediakan sarana untuk hidup bersih dan sehat, yaitu dengan menyediakan sabun, air bersih, desinfektan,  sirkulasi udara terjaga dengan baik. Keluarga hendaknya mengusahakan pemenuhan gizi seimbang. 4. Tetap berbagi kasih, sebagai model asuhan keteladanan bagi anak-anak.Melihat kondisi ekonomi masyarakat semakin merosot, semakin banyak pengangguran, kemiskinan makin signifikan. Oleh karena itu, masyarakat harus ditumbuhkan sikap kegotongroyongan. Keluarga-keluarga kristiani hendaknya bisa memanfaat situasi covid ini untuk berbagi kasih kepada keluarga atau individu yang teradampak covid  19. Dan saat-saat berbagi kasih itulah, anak-anak kristiani perlu menyaksikan dan dilibatkan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Sehingga nilai-nilai solidaritas, semangat rela berkorban dan berbagi kasih, perduli dengan orang lain, mengasihi sesama, kiranya semakin tertanam dalam benak mereka.

 

DAFTAR RUJUKAN

 

alkitab. sabda.org,penjelasan tafsiran ayat. diakses 30/6/2020

Amtiran , Abdon “Pandemi Covid-19 dan Implikasinya terhadap Polarisasi Mazhab Teologi di Indonesia”. MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen, Vol 1, No 2 (Juni 2020)

Berutu , Irwanto, Siahaan , Harls Evan R. “Menerapkan Kelompok Sel Virtual di Masa Pandemi Covid-19”. SOTIRIA (Jurnal Theologia dan Pendidikan Agama Kristen), Vol 3, No 1, Juni2020

Dwiraharjo , Susanto ,”Konstruksi Teologis Gereja Digital: Sebuah Refleksi Biblis Ibadah Online di Masa Pandemi Covid-19”. EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani; Vol 4, No. 1 (Mei 2020)

Irwan Widjaja, Fransiskus dkk, “Menstimulasi Praktik Gereja Rumah di tengah Pandemi Covid-19” KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen), Vol. 6, No. 1, April 2020

Saputra , Eka Yudah, “WHO Tetapkan COVID-19 Sebagai Pandemi, Apa Maksudnya?,” Tempo, accessed March 20, 2020, https://dunia.tempo.co/read/1318511/who-tetapkan-covid-19-sebagai-pandemi-apa-maksudnya/full&view=ok. 

https://www.liputan6.com/bola/read/4225707/riset-tunjukkan-gaya-hidup-orang-indonesia-berubah-karena-virus-corona-covid-19, diakses 29/6/2020

Pelayanan Kristiani 1, no. 1 (2017): 23–38, www.stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/epigraphe. 

https://www.suaramerdeka.com/news/opini/228739-peran-keluarga-hadapi-pandemi-covid-19,  diakses 29/6/20

Rafflesia, 6/2 (April 2020) P-ISSN: 2356-4547 https://s.id/Man_Raf E-ISSN: 2721-0006

Siahaan, Harls Evan R. “Aktualisasi Pelayanan Karunia Di Era Digital,” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan

(https://www.redaksi9.com/read/1974/Strategi-Keluarga-dalam-Hadapi-Pandemi-Covid-19.html, diakses 29/6/20)

Silitonga , Roedy , “Respon Gereja Atas Pandemik Coronavirus Disesasi 2019 Dan Ibadah di Rumah . Manna

 



[1] Eka Yudah Saputra, “WHO Tetapkan COVID-19 Sebagai Pandemi, Apa Maksudnya?,” Tempo, accessed March 20, 2020, https://dunia.tempo.co/read/1318511/who-tetapkan-covid-19-sebagai-pandemi-apa-maksudnya/full&view=ok.  

[3] Susanto Dwiraharjo ,”Konstruksi Teologis Gereja Digital: Sebuah Refleksi Biblis Ibadah Online di Masa Pandemi Covid-19”. EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani; Vol 4, No. 1 (Mei 2020)

[4] Harls Evan R. Siahaan, “Aktualisasi Pelayanan Karunia Di Era Digital,” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 1, no. 1 (2017): 23–38, www.stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/epigraphe. 

[6] Fransiskus Irwan Widjaja dkk, “Menstimulasi Praktik Gereja Rumah di tengah Pandemi Covid-19” KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen), Vol. 6, No. 1, April 2020

[7] Roedy Silitonga , “Respon Gereja Atas Pandemik Coronavirus Disesasi 2019 Dan Ibadah di Rumah . Manna Rafflesia, 6/2 (April 2020) P-ISSN: 2356-4547 https://s.id/Man_Raf E-ISSN: 2721-0006

[8] Irwanto Berutu, Harls Evan R. Siahaan, “Menerapkan Kelompok Sel Virtual di Masa Pandemi Covid-19”. SOTIRIA (Jurnal Theologia dan Pendidikan Agama Kristen), Vol 3, No 1, Juni2020

[9] alkitab. sabda.org,penjelasan tafsiran ayat. diakses 30/6/2020

[11] Abdon Amtiran, “Pandemi Covid-19 dan Implikasinya terhadap Polarisasi Mazhab Teologi di Indonesia”. MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen, Vol 1, No 2 (Juni 2020)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar