Kamis, 30 Maret 2017

Bentuk - Bentuk Pelayanan PAK Terintegrasi



Bentuk - Bentuk Pelayanan PAK Terintegrasi
Albet Saragih[1]

Abstraksi


Pendidikan Agama Kristen (selanjutnya ditulis PAK), adalah proses pembelajaran yang berbasis alkitabiah yang sudah berlangsung sejak zaman gereja purba. Apa yang diungkapkan dalam Kis 2: 42 “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan....” .

Kata kerja bertekun adalah [proskartereo] yang artinya “memegang erat sesuatu”, “bertekun dengan sesuatu”, “menyibukkan diri dengan”, “berdedikasi kepada” atau “terlibat dengan sungguh-sungguh pada sesuatu”. Saya rasa kita dapat melihat dari asal kata yang digunakan bahwa beberapa hal menarik perhatian orang-orang ini, sehingga menghasilkan dedikasi/ketekunan mereka pada sekumpulan kegiatan yang mana semuanya berhubungan. Sesuatu sudah menarik perhatian mereka.
Menjadi jemaat pembelajar, adalah pesan  kuat yang disampaikan melalui Amanat Agung Tuhan Yesus Mat 28: 19-20  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Dalam pilar “menjadi muridKu” memuat aspek mandasar yang dilakukan gereja sepanjang masa. "Menjadikan murid" menunjukkan kualitas hasilnya yaitu seorang murid. Apa artinya menjadi murid Kristus?

Menjadi murid Kristus[2] bukan hanya sekedar menjadi seorang yang bertobat atau anggota dari sebuah gereja. Arti kata murid berarti : "pengikut" seseorang yang belajar secara dekat dari gurunya (ia belajar bukan hanya dari mendengar tetapi juga melakukan seperti yang diajarkan gurunya, itulah seorang murid!). Tuhan Yesus tidak menginginkan seorang petobat yang pasif, tetapi Yesus menginginkan seorang murid yang aktif, seseorang yang menemukan rahasia keindahan hidup sebagai orang Kristen. Murid yang berdiri teguh, memberitakan Injil, mengerjakan Firman-Nya di tengah dunia yang bengkok dan jauh dari Tuhan.
Seorang murid adalah orang yang memprioritaskan kasihnya kepada Kristus sebagai prioritas utama. Ia mau memikul salibnya dan mengikut Yesus. Seorang murid menempatkan Kristus di atas segala harta miliknya. Murid Kristus rela berkorban-rela bayar harga untuk melakukan apa saja yang sesuai kehendak Kristus, dengan keyakinan pasti bahwa jalan Tuhan adalah selalu yang terbaik. Murid-murid Kristus adalah orang-orang yang saling mengasihi satu dengan yang lain sama seperti Kristus mengasihi mereka masing-masing. Setiap anggota jemaat adalah orang yang telah dimuridkan, untuk menjadi murid Kristus, yang bertujuan mejadikan orang-orang di sekitarnya menjadi murid sama seperti dia telah menjadi murid Tuhan  Demikian gereja dengan setia melakukan proses edukasi kepada jemaatNya.
            Sejak zaman gereja mula-mula berbagai bentuk atau cara pemuridan ditempuh gereja. Dari sejarah gereja dapat dipahami kegiatan menjadikan murid sudah berlansung dan terorganisir. Bermula saat keduabelas murid mendapat panggilan dan didikan langsung dari Yesus Sang guru Agung. Bentuk-bentuk cara pemuridan yang dilakukan Yesus sangat fundamental dan futuris. Bentuk Pengajaran dilakukanNya dengan mengumpulkan murid-murid ; baik di ruangan atau di alam terbuka, di mana Yesus duduk sedang mengajar muridNya ,

Beberapa bentuk pelayanan PAK  yang ada dilakukan : keluarga,gereja, dan masyarakat diantaranya :
1.1   PAK dalam Keluarga
Sejak awal Allah sangat menaruh perhatian besar terhadap eksistensi keluarga.  Itu  terbukti dimana Allah sendiri membentuk keluarga sebelum manusia jatuh ke dalam dosa melalui penyatuan Adam dan Hawa (Kej.2: 21-24) di Taman Eden. Kemudian dilanjutkan dengan pemberitahuan tentang tanggung jawab orangtua dalam mendidik anaknya untuk menjadi generasi takut akan Tuhan. Ul 6:6  Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,   haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.  Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,  dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. Ul 6:4-9
Text Box: Keluarga adalah pendidik utama dan pertama. Keluarga menjadi wadah persekutuan untuk membangun fondasi iman ,karakter, sosial budaya, moral , dan solidaritas . Sejak awal Kristen mula-mula menjadikan keluarga sebagai basis edukasi religius.  Bahkan keluarga-keluarga menjadi wadah awal sidang jemaat dimulai dan akhir berkembang. Contohnya jemaat di rumah Priskila dan Akwila Kis

Keluarga adalah komunitas cinta yang sangat alami dan intim. Melalui keluarga peserta didik membangun sikap dan karakter yang mendorong untuk ikut menjaga dan memelihara keluarga[1]. Dan juga, Gereja mengajar melalui partisipasi keluarga-keluarga dalam persekutuan yang beribadah. Kini keluarga semakin mendapat perhatian dalam gereja, dan banyak penelitian telah diterbitkan dalam banyak buku tentang pokok tersebut. Di dalam hubungan antara keluarga dan gereja terdapat tindakan ganda: tindakan kesaksian keluarga melalui ibadah bersama, dan tindakan Roh Kudus dalam kehidupan keluarga yang menucul dari ibadah tersebut. “Horace Bushnell” berpendapat bahwa, suatu kesatuan organis antara kehidupan keluarga di gereja dan keluarga-keluarga yang terikat dalam perjanjian di Israel[2].
Keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan utama, dengan orang tua sebagai pendidik. Lama sebelum ada pendidikan formal sekolah, keluarga sudah ada. Tanggung jawab orang tua sebagai pendidik, khususnya dalam hal iman atau agama tercatat dalam Perjanjian Lama (Ulangan 6), namun tanggung jawab ini umumnya diahlihkan kepada guru agama di sekolah maupun jemaat. hal ini disebabkan karena orang berpikir bahwa pendidikan adalah yang dilaksanakan secara formal saja, yakni yang dilakukan menggunakan bentuk skolastik, dengan kurikulum dan guru yang khusus. Hanya sedikit yang berpikir bahwa pendidikan dapat dilaksanakan tanpa kelas maupun kurikulum[3].
Keluarga Kristen adalah pemberian Tuhan yang tak ternilai harganya keluarga Kristenlah yang memang peranan yang terpenting dalam PAK, bahkan lebih penting pula dari segala jalan lain yang dipakai gereja untuk pendidikan itu. Baik anak-anak, maupun orang tuanya memperoleh berkat rohani besar di dalam keluarga yang dipimpin oleh Roh Tuhan. apabila keluarga itu disucikan dan dikuasai oleh Yesus Kristus sendiri, niscaya keluarga itu menjadi taat yang kuat dalam tangan Tuhan untuk memperkembangkan dan mematangkan pribadi Kristen yang luhur. Dengan demikian keluarga Kristen merupakan suatu persekutuan antara anak-anak dengan ayah dan ibunya (dengan kakek dan neneknya pula), yang sanggung menciptakan suasana Kristen sejati di dalam lingkungan mereka sendiri.
Keluarga mempunyai tempat yang mutlak dalam sejarah suci. Di Alkitab kita menyaksikan pentingnya keluarga yang dipakai oleh Tuhan sebagai saluran dan jalan keselamatan yang dirancangkan Tuhan bagi umat manusia[4]
Dalam perjanjian lama kita dapat melihat keluarga yang dapat kita mengambil contoh dari keluarga-keluarga para Patriakh (bapa-bapa leluhur). Seperti Abraham, Ishak, dan Yakub. Keluarga-keluarga ini besar pengaruhnya terhadap hidup segala keturunan dan anggota keluarganya[5].
Pendidikan agama dalam keluarga merupakan dasar bagi seluruh pendidikan lainnya dalam masyarakan ujmat Tuhan pada zaman Perjanijan Lama.  Demikianlah rumah tangga Kristen dapat merupakan bayangan dari gereja, bahkan dari kerajaan Allah.
Akan tetapi, sepanjang sejarah umat manusia, keluarga selalu menghadapi suatu perjuangan untuk memperhatankan diri di hadapan pelbagai kuasa yang mengamcam keutuhannya. Sering keljuarga diibartkan dengan suatu negara kecil yang tertangkap dalam pertempuran kuasa-kuasa yang hebat; kawan-kawannya sedikit saja, lawan-lawannya terlalu banyak.  Adakalanya gereja sendiri menjadi seteru bagi keluarga, yakni bilamana gereja hanya memakai tenaga keluarga untuk membangun dirinya sendiri[6]
II.1.2 PAK di Gereja
Di lingkungan Gereja memang sudah tersedia pedoman katekisasi namun belum terlaksana dengan baik. Selain perlu dievaluasi perlu dirumuskan warna teologi gereja khususnya GMIM yang dituangkan dalam pengakuan iman GMIM yang adalah sumber ketekisasi gereja. Teologi GMIM mengacu kepada teologi Calvin, namun di jemaat kita dapat melihat adanya warna pentakosta baru atau karismatik, tetapi juga fundamentalisme dan bahkan Roma katolik[7].  
Dalam gereja ada beberapa bentuk pengajaran PAK, salah satunya yang paling menonjol adalah Katekisasi Sidi. 
Katekisasi Sidi adalah salah satu bentuk dari beberapa katekisasi yang ada. Namun pada zaman ini ada bahaya-bahaya katekisasi sidi yang belakangan ini sering muncul dalam kehidupan jemaat diantaranyan :
a. Ketekisasi hanya dituruti para jemaat oleh sebab adat gereja menuntutnya.
b. peneguhan sidi itu sendiri saja yang menjadi tujuan dan pegangan seterusnya bagi calon-calon anggota Sidi jemaat.
c. pelajaran yang diberikan di katekisasi dianggap sudah cukup untuk seleruh hidup kemudian.
d. katekisasi gampang cendurung pada suasana sekolah. Para pelajarnya memang datang untuk belajar tetapi jangan hendaknya pengajaran itu bersifat intelektualistis atau dengan kata lain terlalu menitik beratkan pengetahuan otak[8].
Dalam katekisasi hendaknya pendeta dengan para calon Sidi jemaat bersifat ramah tamah bagaikan seorang bapa yang bercakap-cakap dengan anaknya, hubungan mereka harus mesra dan secara perseorangan. Jangan kita merasakan puas mengajar di depan kelask atekisasi saja, melainkan seharusnya kita mencari atau mengadakan kesempatan untuk bicara secara pribadi dengan masing-masing calon sendiri, karena mereka tidak boleh diterima secara otomatis saja menjadi anggota penuh dalam gereja, biarpun mereka sudah mengikuti pelajaran katekisasi dengan setia.
II.1.3 PAK di Sekolah
PAK di sekolah adalah salah satu bentuk pendidikan agama Kristen di samping katekisasi sidi, sekolah Minggu, dan PWG (pembinaan warga gereja), sehingga seharnya juga merupakan tanggung jawab gereja. Di Indonesia pendidikan agama dilihat sebagai bagian integral yang hakiki bagi pembangunan bangsa dan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Akihbatnya gereja-gereja sering tidak memperdulikan penyelenggaraan PAK di sekolah-sekolah, terutama di sekolah negeri atau swasta yang non-Kristen, karena menganggap itu merupakan wewenang serta tanggung jawab sekolah atau pemerintah, bukan Gereja.
Banyak gereja yang belum memahami hakikat PAK di sekolah atau menyadari tanggung jawabnya atas PAK di sekolah. Hal ini tampak dalam strategi pelayannya, khususnya di bidang pendidikan atau pembinaan iman jemaat, yang umumnya belum mencantumkan PAK di sekolah dalam rencana program[9].
Dalam PAK di sekolah negeri mempunyai faedah dan bahayanya seperti :
            a. Dengan jalan ini gereja dapat menyampaikan Injil kepada banyak anak-anak dan pemuda-pemuda yang sukar dikumpulkan dalam PAK gereja sendiri, seperti dalam sekolah minggu atau katekisasi.
            b. Anak-anak yang menerima PAK di sekolah, akan merasa bahwa pendidikan umum dan agama itu bukan dua hal yang tak ada hubungannya, melainkan sebaliknya harus berjalan bersama-sama.
            c. Jikalau gereja tak mampu membiayai pekerjaan sekolah minggu dan sekolah Kristen secara besar-besaran, maka PAK di sekolah negeri itu banyak menolong gereja yang lemah secara keuangan.
            d. Dan akhirnya ada faedahnya bahwa dengan termasuknya pengajaran agama dalam rencana pelajaran umum, maka agama itu dengan sendirinya mulai merupakan suatu bagian mutlak dari kebudayaan segenap rakyat.
Akan tetapi di pihak lain jangan kita menutup mata bagi bahaya-bahaya yang terkandung dalam PAK di sekolah negeri, seperti :
            a. Ada kalanya pengajaran agama itu dijadikan sebagian yang resmi dari seluruh rencana pelajaran di sekolah.
            b. Apabila PAK itu diberikan dalam suasana sekolah umum besarlah bahanya pokok-pokok agama itu diajarkan sama seperti pokok-pokok lain yang direncakan sekolah itu.
            c. Oleh sebab itu sebaiknya kita waspada jangan sampai kita menurunkan derajat dan mengubah wujud PAK.
            e. boleh jadi murid-murid berpendapat bahwa PAK yang telah diterimanya di sekolah sudah cukup, sehingga kurang perlu mereka mengikuti pengajaran agama yang diselenggarakan gereja[10].
II.1.4 PAK kepada Anak-anak
            Anak-anak yang dibaptiskan termasuk golongan manusia lain daripada anak-anak bukan Kristen, akerna mereka selalu dikelilingi oleh pagar jemaat dan rumahtangga Kriste, hidupnya bercorak lain dari hidup orang yang belum tergolong pada umat Tuhan[11]
Dalam PAK bagi anak-anak kita dapat menggunakan beberapa cara untuk mengajar :         
            II.1.4.1 Baptisan
Baptisanlah yang meletakkan dasar bagi segala pimpinan dan pengajaran selanjutnya dalam kehidupan seorang anak. Sebab itu baiklah orangtua menerima baptisan kudus itu sebagai suatyu bagian dari berita Injil,, yang menyampaikan dan menyugguhkan rakhmat Allah dalam Yesus Kristus kepada anak mereka ang lemah dan berdosa itu. Di 
            Di samping itu baptisan Kristen meltekkan tanggungjawab dan tugas yang penting pada orangtua. Mereka harus menyahut beberapa soal yang didapkan kepada mereka, antara lain mengenai kewajiab mereka untuk mendidik anaknya sendiri sebagai anak Tuhan pula. Mereka harus mendidik anak mereka dalam “takut akan Tuhan” kata takut disini  berarti rasa sega, hotmati, penakluklan diri kepada Firman Tuhan
II.1.4.2 Rumah-tangga Kristen
Rumah tanggalah yang merupakan dasar masyarakat. Sebab itu rumahtangga Kristen sangat besar artinya. Di antara kaum lainnya. Perhubungan suami dan isteri adalah perhubungan yang paling rapat antara dua manusia. Dan jikalau suami isteri Kristen yang telah menjadi sedarah itu dianugerahi anak, mereka merupakan segitiga yang suci.
            Mula-mula bayi kecil hanya mengenal ayah dan ibunya, yang menyelengaran segala keperluaannya. Juga pada umur yang amat muda itu si anak sudah banyak menerima kesan-kesan yang besar pengaruhnya bagi seluruh hidupnyua kemudian. Rumah-tanggalah yang dapagt menanamklan dalam abtin anak-anak muda pengertian akan dua hal yang merupakan inti sari pengajaran agama Kristen. Yakni apakah Taurat dan anugerah.
            Anak-anak belajar supaya jangan berdusata dan jangan bersikap munafik. Mereka disuruh menjujung dan mempraktikkan peraturan ketertiban rumah tanggak mereka, dan kalau mereka melanggarnya patat dihukum. Tetapi serentak dengan itu ayah dan ibu mengajar anak-anaknya pakah anugerah itu. Betapa indahnya apabila seorang anak kecil memohon dan menerima kemampuan.
            II.1.4.3 Gerej sendiri
Baiklah gereja untuk memberikan tempat kepada anak-anak dalam segala usaha dalam gereja. Memang sudah ada sekola minggu, tetapi di samping sekolah Minggu sebaiknyalah anak-anak juga mendapat perhatian dan pendidika nayng lebih luas lagi. Pendeta seyogianaya tahu nama-nama anak yang ada di jemaatnya. Anak-anak kecil masih terlalu muda untuk selalu masuk kebaktian orang dewasam tetapi mereka boleh mengambil bagian dalam kebaktian anak-anak; mereka harus turut merakan pesata besar dair jemaat, sepert pada hati Natal ataupun Paskah.
II.1.5 PAK kepada Kaum muda
a.      PAK kepada Remaja
Kaum pemuda merupakan suatu masalah yang sukar dan penting bagi Greja Kristen dewasa ini. Kaum pemuda di Indonesia tentu saja menyerupai pemuda di seluruh dunia. Di mana-mana kaum pemuda bergerak dan bertindak. Mereka suka berbaris dan beraksi. Mereka menggemari perarakan dan upacara. Mereka ingin berorganisasi serta mengikuti pemimpin-pemimpin yang dikagumi.
            Kaum pemuda bersifat dinamis, dan mau berjuang untuk mewudkan cita-citanya. Nmereka hendak membarui masyrakat dan ingin memberantas segala sesuatu yang jelek, yang jahat, yang merintangi perkembangan dunia ini ke arah keadilan dan kemakmuran. Janganlah hendaknya gereja mengabaikan tugasnya terhadap golongan ini, melainkan sebalkiknya hendaknya gereja banyak mencurhakan perhatian dan pekerjaan kepada orang muda, supaya jangan sebentar mwereka membelakangi gereja. 
            Pentingnya umur pemuda tentu saja pertama mengenai diri mereka sendiri. Mereka telah tiba pada masa peralihan dalam hodupnya yang besar akibatnya. Mereka sudah bukan anak lagi, dan beluim juga masuk ke usia kedewasaan. Umur antara ini menyatakan diri dengan rupa-rupa perubahan, baik dalam tubuh maupun jiwa di pemuda itu.
            Banyaknya terjadi permasalahan dalam PAK kepada kaum muda. Seperti hubungan Pemuda dengan orang tuanya,para pemuda antara lain bergunul dengan soal-soal dan kesangsian mengenai agama. Jikalau pemuda rupa-rupanya tak suka lagi mengaku kuasa orangtuanya atas hidupnya. Kitya semua memang sudah mahluim bahwa soal hidup kelaliman merupakan masa dan perjuangan yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan kaum pemuda.









[1] Penulis adalah dosen S1 PAK sejak 1997, Kaprodi S1 PAK STTSU Medan  , yang juga mengajar di Program Magister (S2), dan  Program Doktor (S3) di kampus yang sama. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar