Kamis, 30 Maret 2017

PANGGILAN GURU SEKOLAH MINGGU

PANGGILAN GURU SEKOLAH MINGGU[1]
Pdt Dr Albet Saragih, MA.,MPd.K*

I.            Pendahuluan
Sekolah Minggu adalah wadah Pendidikan Kristen untuk memperlengkapi dan mempersiapkankan generasi gereja dalam kebenaran Alkitab. Bagaimana wajah gereja di masa depan sangat banyak dipengaruhi oleh keseriusan gereja memperlengkapi Sekolah Minggu di masa kini . Gereja yang tidak memberikan perhatian sepenuh hati bagi peningkatan kualitas pelayanan dan pembelajaran Sekolah Minggu, maka jangan berharap banyak dalam kemajuan gereja. Stagnan atau malah kemunduran akan menimpa gereja.
Di tengah perkembangan zaman  sekarang ini,  pertumbuhan ekonomi  mengglobal, iptek yang semakin canggih, membawa perubahan di segala aspek kehidupan. Berbarengan dengan itu, sekularisasi, konsumerisme, materialisme, individualisme, rasionalisme, serta ateisme semakin tumbuh kembang di kalangan masyarakat kita. Sekolah Minggu kita harus tumbuh di tengah serbuan segala produk modernisasi ini. Perubahan-perubahan yang membentuk keluarga mempunyai pengaruh pada anak-anak kita. Sebagaimana data dari masyarakat Amerika[2] , perubahan itu antara lain :
1.   60 % dari pernikahan-pernikahan pertama sekarang cenderung berakhir dengan perpisahan atau perceraian
2.   Hampir 25% dari anak-anak sekarang hidup dalam keluarga dengan orangtua tunggal, dibanding dengan 9% pada tahun 1960
3.   Hanya sekitar separoh dari anak-anak dari keluarga-keluarga orangtua tunggal yang kemudian tinggal dalam keluarga dengan dua orangtua menikah lagi
4.   Hanya 40-50% dari anak-anak yang akan tumbuh dalam keluarga tradisional dengan dua orangtua
5.   56% dari anak-anak berusia di bawah 6 tahun dalam keluarga-kelurga yang orangtuanya masih menikah yang mempunyai ibu bekerja di luar rumah. Hal ini dibandingkan dengan 19% pada tahun 1960
6.   4% dari anak-anak dari TK-kelas 3 SD kadang-kadang atau secara tetap ditinggalkan sendirian untuk memelihara dirinya sendiri
Data ini  tidak persis sama dengan apa yang kita alami di Indonesia. Akan tetapi secara kasat mata bisa dilihat potensi-potensi ke arah perubahan itu sudah semakin nyata terlihat dalam masyarakat kita.
Michael J. Anthony[3] menyatakan , karakteristik abad ke-21 ini adalah terus meningkatnya komunikasi, pasar internasional yang pesat, ekonomi global, pasar bebas, dan relasi yang multinasional. Semua hal baru ini telah membawa dampak yang mendalam dalam kehidupan generasi sekarang. Dalam konteks Amerika, ada tiga paham filosofis multikulturalisme, naturalisme, dan relativisme yang telah menggerus sistem hukum moral dan etika bangsa Amerika dan juga sistem pendidikan di sekolah negeri. Dikatakan lebih lanjut bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi oleh pendidikan Kristen pada abad ke-21 ini adalah menghadapi serangan dari semua paham filosofis humanistik sekuler pada satu sisi, dan pada sisi lain mendidik orang Kristen dengan kebenaran mutlak yang hanya terdapat di dalam Alkitab. Tantangan yang lebih luas datangnya dari kalangan masyarakat masa kini yang semakin lama semakin sekuler dalam sistem nilai dan kehidupannya.
II.          Panggilan Suci
             Menjadi Guru Sekolah Minggu (GSM) adalah panggilan suci. Sama seperti jabatan pelayanan lainnya seperti pendeta, evangelis/ guru Injil, penatua, diaken adalah suatu panggilan suci untuk memenangkan jiwa bagi Kristus. Dikatakan panggilan suci karena hanya orang-orang yang diurapi Tuhan yang dapat menunai tugas itu. Tidak boleh sembarang orang menjadi pengajar atau pembimbing pada pelayanan anak-anak. Karena kalau salah dalam memulai maka akhirnya juga tidak baik. Menjadi GSM bukan hanya siapa yang rela, atau yang punya waktu untuk anak-anak. Tapi siapa yang sedia membagi hidupnya, imannya dan kasihnya, keterampilan  kepada anak-anak. Sebagaimana seorang gembala menuntun, memberi makan dan minum serta merawat dengan sepenuh hati domba-dombanya, demikian gambaran panggilan tugas dari para GSM.  Karena itu menjadi GSM memiliki kedudukan strategis dalam pendidikan Kristen sebab dia menyiapkan generasi gereja. Dan dalam prosesnya ada kegiatan menolong, membimbing, menanamkan, membangunkan, mengilhami, dan membetulkan. Yesus sangat memperhatikan dan menyambut baik anak-anak. “Biarkanlah anak-anak itu , janganlah menghalang halangi mereka datang kepadaKu  , sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat 19:14).  Karena Yesus memerhatikan anak-anak, begitu pula seharusnya dengan gereja lokal. Gereja merupakan tempat di mana anak-anak disambut dan diajarkan kebenaran-kebenaran Alkitab. Sayangnya, beberapa gereja   tidak memandang anak-anak layaknya Yesus memandang anak-anak.  Apa pun alasannya, harus ditekankan bahwa Yesus memandang   anak-anak sebagai bagian yang penting dalam kerajaan Allah. Oleh   sebab itu, gereja harus mengusahakan dan melakukan visi Yesus.
Pengertian Panggilan
Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru kata “Panggilan” Muncul dalam pemberitaan sekitar 700 kali sebagai kata kerja, kata benda maupun sebagai kata sifat. Menurut Perjanjian Lama pekerjaan ataupun aktivitas yang dilakukan terhadap sesuatu merupakan kekuatan panggilan terhadap suatu tugas ataupun hak istimewa. Dalam panggilan Abraham (Kej 12:1), Musa (Kel 3:10) ataupun Yesaya (Yes 6:9) tidak membedakan suatu panggilan dari perintah Tuhan sendiri.[4]  Dalam Perjanjian Lama kata panggilan memiliki makna teologis yaitu[5]
1.      Mengandung di dalamnya panggilan untuk melayani Allah dalam suatu fungsi dan suatu tujuan khusus ( 1 Sam 3:44, Yes 49:1)
2.      Menguraikan dan menunjuk kepada suatu hubungan antara Allah yang menamai dan apa yang menamai (Yes 43:1)
Dalam Perjanjian Baru istilah yang dipergunakan untuk menyebut panggilan yaitu κάλέώ yang artinya “memanggil” dengan kata gabungan dan kata jadiannya  merupakan kata verbal yang keluar dari Allah sendiri (bnd. Roma 11:29)[6] Dengan demikian panggilan itu adalah bersaksi tentang Tuhan “ Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus , bukan berdasarkan perbuatan kita, melainan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman” (2 Tim 1:9)
Dalam Perjanjian Lama nabi memiliki dua ciri khas yang khusus yaitu:[7]
v Suatu panggilan dari Allah. Setiap nabi yang dipanggil Allah dan diberi tugas untuk bernubuat (Yes 6:1-8).Pemanggilan menjadi seorang nabi tidak berdasarkan keturunan ataupun dilantik kepada jabatan tertentu meliankan ketentuan langsung dari Tuhan.
v Sebagai penyampai firman Tuhan kepada manusia lain. Berita atau firman yang disampaikan bukan suatu karangan manusia melainkan sesuatu yang diterima dari Allah (bnd. Yer 23:18)
             Dalam Perjanjian Baru panggilan diarahkan secara khusus kepada pemanggilan kedua belas rasul oleh Yesus.Pemanggilan tersebut memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda dari kedua belas rasul. Istilah rasul berakar dari bahasa Yunani yaitu Apostolos yang memiliki arti orang yang diutus, utusan. Dari konteks  nyata bahwa rasul bukanlah gelar dan pangkat namun sebagai fungsi yang diberikan kepada seseorang berhubungan dengan tugas yang harus dijalankan sebagai utusan Yesus Kristus dalam pemberitaan injil kerajaan Allah (bnd. Mat 10:1)
             Panggilan kepada kedua belas rasul oleh Yesus bertujuan sebagai pemanggilan terhadap pelayanan. Panggilan terhadap kedua belas rasul dapat dikategorikan sebagai panggilan khusus dikarenakan panggilan itu didasarkan atas ketetapan Allah sendiri melalui Yesus Kristus. Panggilan itu juga berdasarkan atas karunia Allah yang secara mutlak (Mat 25:14-30).
             Panggilan merupakan suatu tugas khusus yang diberikan Allah kepada seseorang. Panggilan atas seseorang didasari atas prakarsa Allah. Seperti halnya dalam Perjanjian Lama Musa dipanggil Allah sebagai nabi ditengah-tengah kehidupan bangsa Israel. Dalam Perjanjian Baru panggilan terus berlanjut walaupun gelar atau sebutan terhadap seseorang yang dipanggil telah berubah. Dengan kata lain sebutan atas nabi dalam Perjanjian Lama telah terputus namun makna dan arti panggilan Allah terus berlanjut melalui pemanggilan kedua belas murid oleh Yesus yang disebut rasul. Panggilan itu berlanjut terhadap rasul bertujuan untuk melanjutkan karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus serta memberitakan Injil kerajaan sorga ke seluruh dunia. Panggilan atas seseorang manusia yang dimulai dari kehidupan bangsa Israel sampai masa kehidupan Yesus hingga masa sekarang melalui gereja (Israel baru) yang menunjukkan relasi hubungan antara Allah dan umat manusia tidak terputus. Melalui panggilan seseorang Allah menunjukkan kasih setiaNya kepada umat manusia sebagai ciptaanNta yang paling mulia.
             Dalam masa sekarang panggilan terus berlanjut melalui gereja. Gereja merupakan suatu bentuk persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dengan tujuan tertentu yaitu mendapatkan keselamatan dari Allah. Panggilan terhadap gereja ditujukan secara langsung kepada tugas gereja di dunia ini yakni sebagai saksi Yesus di dunia akan karya keselamatanNya. Alkitab sangat jelas memaparkan tugas dari gereja sendiri (bnd. Kis 1:8) dan inilah yang mengkonkritkan tugas gereja di dunia ini.

  Anak-anak adalah aset besar gereja . Mereka adalah gereja masa kini dan penampakan wajah gereja masa depan. Oleh sebab itu, gereja harus secara serius memerhatikan pelayanan Sekolah Minggu dalam konteks misi. Itu sebabnya nuansa penginjilan (evangelical) warna kental pelayanan anak-anak ini. Sekolah Minggu tidak hanya dilihat dalam persfektif objek pelayanan , tapi juga subjek yang dapat memberi pelayanan. Sebagai objek pelayanan, sekolah minggu menjadi tempat pemuridan (methetes) Mat.28:19-20. Dalam konteks inilah GSM berperan multi, (pembimbing rohani, pendidik, pelatih, gembala) untuk memperlengkapi anak menuju dewasa rohani. Namun di sisi lain, sebagai subjek pelayanan; anak-anak juga dapat sangat efektif mengajak dan memberitakan Injil kepada orang- orang  yang dekat di sekitarnya yang mengasihi mereka : ayah-ibu, nenek-kakek, tante, tetangga, teman sekolah, dsb.

             Sering muncul keluhan dari para pelayan Tuhan di gereja perihal anak remaja atau pemuda. "Mengapa kita kehilangan begitu banyak anak remaja yang dulu pernah begitu rajin ke gereja?" “Anak - remaja kalau sudah hari Minggu pada lambat bangun karena malam Minggu hingga larut malam main game di warnet”. Para orangtua juga mengeluh, kalau anaknya dulu ketika SD sangat penurut, sedia diantar ke gereja, tapi sekarang setelah remaja, selalu membantah, dan tidak mau lagi ke gereja”. “Yang katanya malulah, malas dan masih ngantuk, tidak menariklah, dan masih banyak alasan lain”. Saya mencermati bahwa kalau anak-remaja tidak tertarik ikut kegiatan gereja, banyak faktor penyebabnya. Salah satu faktor penting adalah pada guru Sekolah Minggunya yang sebelumnya tidak berhasil menanamkan sikap kebergantungan anak-anak kepada Tuhan. Sehingga ketika mereka tumbuh menjadi remaja, di mana jasmaninya makin besar dan kesempatan memberontaknya semakin terbuka, maka keaktifan bergereja.  Sebab gurulah pemegang peran utama di Sekolah Minggu. Alat peraga yang kurang, atau ruangan yang kurang memadai, akan dapat ditutupi kalau gurunya semangat, penuh urapan dan kreatif.  Sebab itu, gereja hendaknya membangun GSM berkualitas, memiliki panggilan ,visi dan misi serta program yang baik.
SM yang memiliki panggilan, visi dan   misi tidaklah mudah. Berikut ini  beberapa hal penting    harus dimiliki agar Sekolah Minggu Anda  berhasil   dan memiliki panggilan.
  1. Visi Sekolah Minggu[8]
"Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat" (Ams 29:18).    
Pertanyaan: apakah maksud yang mendasari didirikannya SM di tempat anda melayani  ? SM tidak didirikan karena keinginan manusia saja. Allahlah yang menggerakkan manusia yang dikasihiNya  untuk memiliki kerinduan menjangkau anak-anak bagi     kerajaanNya. Visi SM adalah melihat jauh ke depan kepada kerinduan Allah untuk bersekutu dengan manusia, di antara mereka adalah anak- anak yang masih muda belia, supaya melalui mereka kasih dan kuasa Tuhan dinyatakan.
Visi    : Menjadi anak SM yang saleh, takut Tuhan, dan ceria serta bertumbuh untuk melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus (Ef 4:13)
  2. Misi Sekolah Minggu
"Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu;" (Mat.19:14) Pertanyaan: apa yang ingin dilakukan dan dikerjakan SM di tempat anda melayani? Melalui kegiatan SM kita ingin agar anak-anak dapat  dengan bebas datang kepada Tuhan Yesus dan menerima Dia menjadi Juruselamat pribadi mereka.
Misinya:
1). Memperlengkapi anak-anak SM supaya bertumbuh imannya menuju kedewasaan dan kepenuhan Kristus
2). Memperlengkapi anak-anak SM bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus

  3. Tujuan Sekolah Minggu
     "Gembalakanlah domba-domba (kecil) Ku." (Yoh. 21:18) SM bertujuan untuk:
a. menjadi sarana yang dapat dipakai Allah untuk mengumpulkan anak-anak dan memberitakan Firman Tuhan kepada mereka.
b. menjadi sarana agar anak-anak mendapat siraman kasih Allah   melalui persekutuan yang diadakan.   
     c. menjadi sarana agar anak-anak dimuridkan dan menjadi alat  bagi pelebaran kerajaanNya.

III.        Syarat Menjadi GSM
Dasar alkitabiah :
1.   "Janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat" (Yak. 3:1).
2.   "Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan lemah lembut menuntun orang yang suka melawan" (2 Tim. 2:24).
3.   "Mereka (diaken/pelayan Tuhan) juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat" (1 Tim. 3:10).
4.   "Sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat (pelayan Tuhan) harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah ..." (Tit. 1:7).

Syarat-syarat dasar seorang GSM[9]:
1.    Memiliki hati yang baru (Yoh. 3:3; 1Kor. 2:14; 2Kor. 5:17).
GSM haruslah seorang yang rohnya telah diperbarui oleh Roh Kudus atau sudah lahir baru. GSM yang mengenal Tuhan Yesus secara pribadi dan sungguh-sungguh mengalami kasih-Nya yang luar biasa akan dapat dengan mudah menceritakan kepada anak-anak yang dilayaninya siapakah Yesus yang sesungguhnya.


2.     Memiliki hati yang lapar (1 Pet. 2:2; Yoh. 6:35).
GSM haruslah seorang yang rindu memiliki hati yang selalu lapar dan haus akan Firman Tuhan. Dari persekutuannya dengan Firman Tuhan, guru bertumbuh dan siap menjadi berkat karena hidupnya adalah seperti aliran air yang tidak pernah kering.
3.    Memiliki hati yang taat (Flp. 1:21-22; Gal. 2:20-21).
Hidup seorang GSM adalah milik Kristus. Karena itu, hidupnya adalah hidup yang taat sebagai hamba yang setia dan rela menjalankan apa yang dikehendaki oleh Tuannya.
4.    Memiliki hati yang disiplin (Rom. 12:11; 2 Kor. 4:8).
GSM harus bergumul untuk memiliki hati yang disiplin dan tidak tergoyahkan karena kesulitan. Guru juga harus berani memaksa diri untuk tidak hanyut dalam kejenuhan karena rutinitas belajar dan mengajar. Hati yang disiplin akan menolong kita untuk senantiasa melayani secara konsisten, berapi-api, dan terus memberikan kemajuan.

5.    Memiliki hati yang mengasihi (Yoh. 3:16; Ef. 4:1-2).
GSM yang telah mengalami kasih Tuhan akan sanggup mengasihi anak-anak didiknya, sekalipun kadang mereka nakal, bandel, dan sulit dikasihi. Setiap anak berharga di mata Tuhan. Kasih Tuhan memungkinkan kita untuk mau berkorban dan terus mengasihi dengan kasih yang tanpa pamrih karena pelayanan kita didorong oleh motivasi yang benar, yaitu mengasihi Tuhan dan anak-anak didik kita.

6.    Memiliki hati yang beriman (Ams. 3:5; 2 Tim. 1:12).
GSM harus senantiasa bersandar pada Tuhan dan bukan pada kekuatan sendiri. Ingatlah bahwa hidup kita bukanlah hidup karena melihat, tapi karena percaya bahwa semua kekuatan kita datangnya dari Dia yang memberinya dengan berkelimpahan.

7.    Memiliki hati yang mau diajar (Yes. 50:4; 1 Tim. 4:6).
Sebelum GSM melayani dan mengajar anak-anak, mereka harus terlebih dahulu mau belajar dan dilatih dengan pokok-pokok kebenaran Firman Tuhan. Guru yang baik adalah juga murid yang baik dalam kebenaran. Oleh karena itu, seorang guru harus rendah hati bersedia dikritik dan ditegur supaya ia bisa terus lebih baik.




8.    Memiliki hati yang suci (1 Pet. 1:15; 1 Tim. 4:12).
Hidup suci adalah modal utama bagi seorang pelayan Tuhan yang ingin memberikan teladan hidup yang benar dan berkenan kepada Tuhan. Seorang pelayan Tuhan tidak akan membiarkan hidupnya dikotori oleh kebiasan buruk dan perbuatan-perbuatan dosa yang akan mempermalukan nama Tuhan.

IV.        Kewajiban Dan Tanggung Jawab GSM
Tujuh hal yang dituntut dari seorang GSM:
1.   Mengajar (Teaching) -- 1 Tim. 2:7.
Yang disebut "mengajar" adalah suatu proses belajar-mengajar (Teaching-Learning Proccess). Di dalam proses belajar mengajar ini, guru harus dapat mewujudkan perubahan dalam diri murid, baik perubahan dalam pengetahuan, pemikiran maupun sikap atau tingkah laku. Melalui Alkitab Paulus menyebutkan, dalam kehidupannya sebagai pengajar, ia menjadi alat Roh Kudus untuk mewujudkan perubahan atas diri orang lain: yang tadinya tidak percaya menjadi percaya; yang tadinya tidak memahami kebenaran menjadi memahami kebenaran; yang tadinya menentang sekarang taat.
2.   Menggembalakan (Shepherding) -- Yeh. 34:2-6; Yoh. 10:11-18.
Nabi Yehezkiel menegur gembala pada zaman itu yang tidak menunaikan kewajibannya dengan baik. Berbeda dengan yang kita lihat dalam Tuhan Yesus, seorang Gembala yang baik itu. Guru SM harus meneladani Yesus dalam menggembalakan domba-domba kecil-Nya. Seorang gembala mempunyai hati yang rela berkorban. Meskipun menghadapi kesulitan, ia tidak akan meninggalkan dan membiarkan domba-dombanya sendirian; ia juga mengenal setiap dombanya, bahkan bersedia membawa domba yang masih berada di luar untuk masuk ke dalam kandangnya; ia pun wajib menyediakan makanan rohani untuk kebutuhan dombanya, termasuk kebutuhan intelektual, emosi dan mental.

3.   Kebapaan (Fathering) -- 1 Kor. 4:15
Paulus berkata, "Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus Yesus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu." Banyak guru yang dapat memberi nasehat dan menegur, namun sedikit di antara mereka yang dapat merangkul, mengayomi, membesarkan hati, dan mendidik murid-muridnya dalam Injil. Seorang guru bukan hanya dapat menggurui, tapi juga dapat membagikan hati dan hidupnya bagai seorang bapa yang mengasihi anaknya.

4.   Menjadi Teladan (Modeling) –
 Kor. 11:1; Flp. 3:17; 1T es. 1:5- 6; 2 Tes. 3:7; 1 Tim. 4:11-13.
Paulus, selaku guru, sangat berani menuntut orang-orang Kristen untuk meneladaninya sebagaimana ia telah meneladani Kristus. Paulus menasihati Timotius, "Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." Seorang guru akan mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap muridnya apabila ia terus memberi masukan positif yang dapat ditiru, baik dalam cara berpikirnya maupun tutur katanya. Oleh karena itu, seorang guru perlu selalu memperhatikan dirinya sendiri apakah ia patut menjadi teladan yang baik bagi muridnya.

5.   Menginjili (Evangelizing) -- 1 Tim. 2:7.
Selaku guru, Paulus mengajar orang untuk mempercayai Kristus sebagai sasaran utamanya, demikian juga seharusnya seorang guru SM. Mengajar bukan hanya mengisi murid dengan kebenaran yang bersifat kognitif saja, tetapi terutama mengisi kebutuhan jiwa mereka dengan kasih dan iman yang menyelamatkan. Karena itu, bawalah anak-anak didik untuk mendengar berita Injil supaya keselamatan sampai kepada jiwa mereka.

6.   Mendoakan (Praying) -- 2 Tes. 1:11-12.
Kewajiban lain dari seorang guru SM adalah mendoakan muridnya satu per satu dengan menyebut nama dan kebutuhan mereka masing-masing. Yakinkan bahwa Anda cukup dekat dengan mereka sehingga tahu apa yang harus didoakan; apakah itu untuk keluarganya, sekolahnya, atau lingkungan masyarakat tempat pergaulan mereka, dll. Mereka sangat membutuhkan pertolongan Allah dan Andalah yang akan ikut memperjuangkannya.

7.   Meraih Kesempatan (Catching) -- 2 Tim. 4:2.
Satu hal penting lain yang harus dipenuhi oleh guru SM adalah meraih kesempatan. Manusia di dunia ini tidak hidup dalam kekekalan. Kesempatan sering datang hanya sekejap dan dalam waktu yang tidak diduga. Bila guru SM sanggup memanfaatkannya, walaupun mungkin hanya dengan sepatah kata atau satu sikap, mungkin juga dengan satu doa syafaat, hal ini dapat memberikan pengaruh kekal bagi murid-muridnya. "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran".[10]
Deskripsi Jabatan Guru[11]
V.          Persiapan dasar bagi  GSM :
1.   Pengetahuan Alkitab
Karena Alkitab merupakan buku pegangan yang terpenting dalam sekolah minggu, guru harus paham mengenai isinya. Ia harus mengusahakan dirinya untuk mempelajari Alkitab dengan sungguh-sungguh dan sistematis. Misalnya, untuk mengerti pelayanan Yesus, bukan saja pokok-pokok utama dari pengajaran-Nya yang harus diketahui, tetapi juga keadaan sosial, politik, ekonomi, dan rohani yang menjadi latar belakang seluruh pelayanan Yesus di bumi. Bagaimanakah hal-hal ini memengaruhi tindak-tanduk-Nya? Atau bagaimanakah kehidupan pada zaman Yesaya, Yeremia, atau Yehezkiel?
Pada saat apa dalam sejarah bangsa Yahudi, mereka bernubuat? Penelaahan Alkitab sedemikian itu tidak dilakukan sebagai ibadah pribadi, itu merupakan satu usaha sistematis untuk memahami arti Alkitab dan menguasai isinya. Ketika seseorang melakukan hal ini, pengajarannya menjadi makin berkuasa dan Alkitab menjadi lebih nyata dalam pikiran murid-murid.
2.   Teologi
Kadang-kadang orang memikirkan teologi sebagai satu pelajaran yang rumit. Pelajaran ini tampak kepada mereka sebagai satu campuran teori dan pikiran-pikiran yang abstrak dan kabur. Sebenarnya, setiap orang memiliki teologi, yakni sesuatu yang dipercayainya mengenai kebenaran Kristen. Kepercayaannya mungkin tidak tersusun dan ia mungkin tidak dapat menyatakannya dengan jelas; walaupun demikian, ia yakin bahwa semua yang dipercayainya itu benar.
Dalam hal mengajar, bilamanapun seorang guru berbicara tentang Allah, tentang Yesus,tentang Roh Kudus,  Alkitab, kasih, dan iman, ia sedang mengajarkan teologi. Betapa pentingnya kesesuaian pengajarannya itu dengan pengajaran-pengajaran Alkitab dan apa yang dipercayai (doktrin/konfesi) gerejanya.
3.   Sifat-Sifat Kelompok Usia
Pengajaran itu efektif bila dilakukan dengan mengingat minat, keperluan, dan sifat-sifat murid. Dalam hal mengajar di sekolah minggu, banyak anggota kelas tertinggal sementara guru maju dalam suatu perjalanan rohani karena guru tidak memulainya pada tingkat pengertian si murid. Para guru yang mengajar anak-anak harus mempertimbangkan tingkat perkembangan murid-muridnya agar tidak mengajarkan konsep-konsep agama yang tidak mungkin dipahaminya. Para guru orang dewasa harus memastikan bahwa mereka memberi pengajaran yang cukup dalam yang perlu bagi pendewasaan kelas itu.
4.   Teknik Mengajar
Penggunaan teknik-teknik dengan bijaksana akan menjadikan pengetahuan Alkitab lebih berarti dan tetap. Hukum dasar dalam hal belajar adalah bahwa pengajaran itu lebih berhasil bila para murid melibatkan diri dan saling memengaruhi. Jadi, seorang guru harus mengetahui teknik-teknik manakah yang akan menerbitkan tanggapan terbaik atas suatu kebenaran pelajaran yang diberikan. Ia juga harus mengetahui batas-batas dari bermacam-macam teknik itu, cara untuk menyesuaikannya dengan kesanggupan kelompok usia itu, dan bagaimana waktu serta ruangan yang tersedia memengaruhi pemilihan suatu metode mengajar. Misalnya, seorang guru tidak menceritakan sebuah cerita dalam cara yang sama dalam kelas kanak-kanak dan kelas tunas remaja; ia juga tidak akan memisah-misahkan kelas itu dalam beberapa kelompok diskusi jika hanya ada lima atau enam murid yang hadir dalam kelas itu.
VI.         Persiapan Pembelajaran
1.           Isi pelajaran berpusat pada Alkitab
Guru-guru sekolah minggu juga tidak boleh lupa pada subjek yang mereka ajarkan -- Alkitab! Oleh sebab itu, mereka yang melayani sebagai guru harus menjadi orang yang dengan setia mengikuti perintah dalam Titus 2:1: "Beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat."
Yang menjadi perhatian guru dalam hal ini adalah "Apa yang dikatakan Alkitab?" Ia harus mengetahui tokoh-tokoh Alkitab, apa yang mereka lakukan, dan di mana serta kapan mereka melakukannya. Biarpun cerita atau kebenaran asasi itu sudah lazim bagi guru, ia harus selalu bertanya kepada dirinya: "Terdapat pelajaran apakah bagi saya pribadi di sini?" sambil mengizinkan Roh Kudus menyatakan penerapan yang baru baginya. Lalu ia akan mempelajari pelajaran itu dari segi pandangan murid, lagi pula menyadari bahwa pandangan seorang anak kelas satu SD akan jauh berbeda dari seorang remaja.
2. Penerapannya berpusat pada murid
Bila guru hanya memerhatikan apa yang dikatakan Alkitab, pelajaran akan menjadi terlalu teoritis dan tidak berhubungan dengan soal-soal kehidupan yang sedang dihadapi oleh anak-anak di kelas. Jadi, guru harus memikirkan apa yang diperlukan murid-muridnya dan menyusun suatu tujuan pelajaran yang akan memimpin ia untuk memberi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan pengertian mereka. Dalam hal mengajar SM , guru harus menyusun rencana pelajaran untuk menolong  mengatur bahannya dan menyajikan pelajarannya dengan lebih efektif. Rencana pembelajaran setidaknya memuat :
a.   Tujuan pelajaran ; dibuat singkat, padat, cukup terbatas supaya dapat dicapai, dan cukup bersifat pribadi supaya dapat mengubahkan hidup.
b.   Menyiapkan materi pembelajarannya
c.    Memilih metode
d.   Proses kegiatan pembelajaran
e.    Evaluasi
 
Seluruh persiapan pelajaran memuncak dalam penyajian pelajaran. Pada saat inilah para murid dipimpin dan digerakkan. Meskipun guru telah merencanakan dengan teliti dan merasakan sebelumnya apa yang akan menjadi tanggapan kelasnya, ia tahu bahwa ia harus menyisihkan apa pun yang perlu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tak disangka-sangka, untuk mengubah satu kehidupan meskipun ia tidak menyampaikan seluruh pelajarannya! Teknik mengajar yang bermacam-macam itu memungkinkan seorang guru menyesuaikan pengajarannya dengan keadaan kelasnya.
VII.       Harapan bagi GSM
  1. Antusiaslah saat berada di dalam kelas. Sikap ini membantu menciptakan suasana di mana ada keinginan yang kuat untuk belajar sebagai murid. Bila seorang guru terlalu banyak bergerak, membosankan, atau terus menguap karena kurang tidur, maka dia tidak bisa berharap bahwa murid-murid yang diajarnya akan sangat tertarik untuk mendengarkan apa yang dia katakan.
  2. Doronglah supaya muncul pertanyaan. Saat murid-murid bertanya, jawablah dengan sopan dan sabar. Selalu gunakan Alkitab untuk menjawabnya: "menyelidiki Alkitab" (Yohanes 5:39)  Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci… . Saat Anda tidak tahu jawabnya, akuilah itu, kemudian katakan kepada murid-murid Anda bahwa Anda akan mencoba memberi jawabannya sebelum minggu berikutnya.
  3. Tantanglah murid-murid Anda. Dalam beberapa kasus, mereka dapat melakukan lebih banyak dari yang dapat kita berikan kepada mereka. Berilah mereka tugas-tugas. Tugas-tugas itu tidak akan membunuh mereka. Mereka mungkin meresponsnya dengan mengatakan bahwa mereka sangat sibuk dengan kegiatan sekolah atau pekerjaan, dan mungkin saja alasan itu benar. Tetapi sekolah dan pekerjaan merupakan hal kedua setelah mempelajari firman Tuhan.
  4. Berdoalah bagi murid-murid Anda. Doakan pengertian dan pertumbuhan rohani mereka melalui apa yang Anda lakukan. Biarkan mereka tahu bahwa Anda berdoa bagi mereka dan benar-benar peduli pada mereka.
  5. Tepat waktulah hadir di kelas. Bila pada kenyataannya, Anda dan murid-murid Anda langsung ke kelas tanpa terlebih dahulu diadakan pertemuan di aula atau tempat lain, maka hadirlah di kelas beberapa menit sebelum kelas dimulai dan beradalah di kelas menunggu jiwa-jiwa yang sangat berharga yang akan Anda ajar ini. Sapalah setiap murid dengan sapaan yang hangat. Mungkin ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan guru datang terlambat. Kejadian ini memang tidak dapat dihindari. Tetapi para guru yang punya kebiasaan terlambat hadir di kelas memberikan pesan yang sangat kuat (pesan yang sangat tidak diinginkan!) bagi murid-murid mereka.
Bila seorang guru terlambat 5 menit sebanyak lima puluh kali dalam setahun, maka dalam 1 tahun dia sudah mencuri waktu dari murid-muridnya untuk mempelajari Alkitab selama 250 menit (4 jam 10 menit). (2 Kor 13:5). Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.
  1. Siapkan baik-baik setiap kelas. Jangan biarkan ada yang mengganggu pelajaran dan persiapan Anda. Anak yang masih kecil sekalipun dapat "menusuk" guru yang tidak siap. Bila sekolah minggu merupakan pengajaran yang berharga, maka sangat penting untuk memberikan usaha yang terbaik (Kolose 3:23)  Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. , dan itu berarti harus mempersiapkan diri sebelum mengajar di kelas.
  2. Selalu ingat tujuan dari pelayanan Anda sebagai guru. Mengajar tidak berarti akan terbebas dari masalah. Mengajar bisa membuat frustrasi, bahkan kadang-kadang membuat putus asa. Saat kita merasa bahwa kita hanya melihat kemajuan yang sedikit pada murid-murid, kita perlu ingat bahwa Roma tidak dibangun dalam semalam saja, demikian juga dengan seorang anak yang belajar kehendak Tuhan dan bagaimana berjalan dengan iman dalam jangka waktu yang singkat. Teruslah bekerja dengan giat.[12]


Puisi doa yang ditulis oleh Leslie Pinckney Hill[13]
Guru
Tuhan, siapakah aku ini sehingga boleh mengajarkan jalan-Mu hari lepas hari kepada anak-anak-Mu? 
bukankah aku pun rawan tersesat?

Aku mengajarkan mereka pengetahuan,
namun aku menyadari
betapa kecilnya cahaya lilin pengetahuanku.

Aku mengajarkan mereka kuasa
untuk berkehendak dan berbuat
tetapi sekarang barulah aku melihat
kelemahan demi kelemahanku.

Aku mengajarkan mereka untuk mengasihi
semua manusia dan semua ciptaan Tuhan
namun aku menyadari
bahwa kasihku masih jauh dari cukup.

Tuhan, jika aku harus tetap menjadi
pemandu bagi mereka
Oh biarlah anak-anak kecil itu melihat
bahwa guru mereka bersandar erat-erat pada Engkau.










DAFTAR REFERENSI
Michael J. Anthoni, ed.Foundation of Ministry . Surabaya, Gandum mas, 2012.
________________ "Introducing Christian Education: Foundations for the Twenty-first Century". Michigan, Grands Rapid
Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 2, Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1996.
Robert Clark dalam Lawrence O. Richards. Pelayanan Kepada Anak-Anak. Bandung, Kalam Hidup 2007
e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak



[1] Bahan ini disajikan dalam Kegiatan Pembinaan Guru Sekolah Minggu (GSM) se-Provinsi Riau tanggal 22-25 Juni 2016 di Pekanbaru diselengarakan oleh Pembimas Kristen Kanwil Kemenag Riau
*Penyaji adalah dosen S1,S2,S3 dan Ka.Prodi PAK STT Sumatera Utara di Medan, serta menjadi dosen Pascasarjana di STT Pelita Kebenaran Medan, STT Renatus Pematang Siantar, dan menjabat sebagai Ketua STTI Humble Bengkayang, Kalbar. Menjadi pendeta dan menggembalakan jemaat Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia (GPIBI) Syalom di Medan, serta menjabat sebagai unsur pimpinan di Badan Pimpinan Pusat (BPP) GPIBI Nasioal di Jakarata.
[2]. Michael J. Anthoni, ed.Foundation of Ministry . Surabaya, Gandum mas, 2012. Hal.147
[3] Michael J. Anthony "Introducing Christian Education: Foundations for the Twenty-first Century". Michigan, Grands Rapid
[4] William  A. Dyrness, Agar Bumi Bersukacita  BPK-GM hlm. 113
[6] Frank M. Boyd, Kitab Nabi-Nabi Kecil, Gandum Mas-Malang
[7] David L. Baker, Roh dan Kerohanian, BPK-GM hlm.20
[8] e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak
[9] Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 2, Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1996. hal 217 -- 219
[10] Ibid
[11] Robert Clark dalam Lawrence O. Richards. Pelayanan Kepada Anak-Anak. Bandung, Kalam Hidup 2007, hal.416
[12] e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar